Kepala Lapan: Hingga 2021 Puasa dan Lebaran Seluruh Ormas Islam Serempak

Kementerian Agama beserta pihak terkait menggelar sidang isbat secara tertutup guna menetapkan 1 Ramadan 1439 Hijriah.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Mei 2018, 18:28 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2018, 18:28 WIB
20150717-Pemantauan Hilal-Jakarta
Tim Rukyatul Hilal usai meneropong posisi hilal di Mesjid Al Musriyiin, Jakarta, Kamis (16/7/2015). Rukyatul Hilal dilanjutkan dengan sidang Isbat untuk menentukan jatuhnya Idul Fitri 1 Syawal 1436 Hijriah. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Agama beserta pihak terkait menggelar sidang isbat secara tertutup guna menetapkan 1 Ramadan 1439 Hijriah. Hal ini dilakukan sehubungan sejumlah organisasi besar Islam memiliki kriteria berbeda dalam menentukan hari pertama puasa.

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan, hingga 2021 seluruh organisasi Islam akan melaksanakan puasa secara bersamaan. Pemerataan tersebut lantaran kriteria ketinggian derajat hilal bagi seluruh ormas islam terakomodasi.

"Setidaknya ormas ormas besar itu sudah terakomodasi kita tahu bahwa sampai 2021 awal Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah itu berpotensi seragam karena posisi bulan itu masih berada di bawah ufuk seperti awal Ramadan ini atau diatas dua derajat seperti nanti Syawal," ujar Thomas di kantor Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Selasa (15/5/2018). 

Selepas 2021, Thomas mengatakan penentuan Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah kembali berbeda. Ini dikarenakan, kriteria derajat hilal setiap ormas Islam berbeda. Thomas menuturkan derajat hilal ormas Muhammadiyah setinggi 0 derajat, Nahdhatul Ulama setinggi 2 derajat, sementara Persis 3 derajat.

"Pasca-2021 potensi itu akan terjadi lagi perbedaan ketika posisi bulan berada di kriteria-kriteria berbeda diantara 0 kriteria Muhammadiyah, 2 derajat kriteria NU oleh karenanya kalau kriteria hilal wujud derajatnya di wilayah indonesia dan 2 derajat NU dipakai pasca-2021 kita akan mengalami perbedaan lagi," katanya.

 

Pertimbangan Aspek Astronomi

Kendati demikian, ia mengatakan, guna pemerataan bisa terealisasikan maka rukyat Jakarta sedianya bisa menjadi patokan secara nasional. Tentunya rukyat dilakukan tidak hanya sekadar melihat adanya hilal melainkan juga mempertimbangkan aspek astronomi sehingga mampu dipertanggungjawabkan.

"Kementerian Agama akan mengupayakan supaya rekomendasi Jakarta itu bisa diimplementasikan di tingkat nasional, regional, dan global  kalau kita bisa menyepakati kriteria ini maka insya allah kita bisa mempunyai kalender Islam tunggal," Thomas memungkas.

 

Reporter: Yunita Amalia

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya