Ramadan Irit Sampah, Berani Coba?

Ramadan sejatinya menahan hawa nafsu. Pengendalian hawa nafsu juga berlaku pada sampah yang kita hasilkan selama bulan Ramadan.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 19 Mei 2018, 22:40 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2018, 22:40 WIB
Yuk, Berburu Aneka Takjil Menggoda di Pasar Benhil
Suasana saat warga berburu makanan dan minuman untuk berbuka puasa atau takjil di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta, Kamis (17/5). (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Bandung - Masyarakat kita sering dihadapkan pada berlimpahnya pilihan makanan di bulan Ramadan, terutama ketika waktu berbuka puasa. Lapar mata seringkali membuat orang kalap dalam menyiapkan berbagai makanan dan minuman.

Sayang, tak semua makanan yang dibeli habis dikonsumsi. Padahal, kebiasaan tersebut sebenarnya secara tidak langsung menambah jumlah sampah plastik di lingkungan karena berbagai makanan yang dibeli dikemas dalam plastik.

Fenomena konsumtif itu diperkuat data dari Perusahaan Daerah (PD) Kota Bandung. Kepala PD Kebersihan Kota Bandung Deni Nurdyana belum lama ini mengatakan, sampah warga Kota Bandung yang diangkut sudah mencapai 1.600 ton per hari.

Produksi sampah di Bandung selama Ramadan juga diperkirakan akan meningkat seiring aktivitas masyarakat mengolah makanan, baik untuk buka puasa maupun sahur, meningkat. Selain itu, sampah juga bisa dipicu acara buka bersama di kafe, belanja di mal atau tempat perbelanjaan.

Padahal, pegiat zero waste atau gaya hidup tanpa sampah, Siska Nirmala menyebut Ramadan sejatinya menahan hawa nafsu. Pengendalian hawa nafsu itu, menurut dia, juga berlaku pada sampah yang dihasilkan selama bulan Ramadan.

"Boleh jadi itu merupakan salah satu representasi hawa nafsu kita yang belum berhasil kita kendalikan. Hawa nafsu konsumerisme berlebihan," ujarnya seperti dinukil dari laman Zero Waste Adventures.

Dengan melatih mengurangi sampah, ia menyatakan secara tidak langsung seseorang sedang mengendalikan nafsu konsumerismenya. "Bonusnya adalah Ramadan yang lebih sehat karena makanan yang dikonsumsi juga lebih sehat," kata Siska.

Menerapkan Gaya Hidup Tanpa Sampah

Salah satu sampah rumah tangga
Salah satu sampah rumah tangga

Melihat masalah sampah makanan tersebut, kita pun sebenarnya bisa menerapkan gaya hidup tanpa sampah di bulan Ramadan, berikut tips gaya hidup tanpa sampah di bulan Ramadan:

1. Beli takjil dengan wadah sendiri

Takjil adalah satu hal yang tidak bisa dilewatkan di Bulan Ramadan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), takjil adalah mempercepat (dalam berbuka puasa). Jadi, takjil bisa berupa apa saja, termasuk air putih dan berbagai makanan manis khas Indonesia. 

Makanan-makanan tradisional khas Indonesia ini memang sayang kalau dilewatkan. Namun, banyak sekali makanan itu dijual dalam kemasan plastik. Untuk menghindarinya, belilah takjil di penjual yang belum mengemasnya dengan cup ataupun plastik sambil membawa wadah sendiri untuk mengemasnya.

2. Ganti camilan manis dengan buah-buahan

Meskipun takjil kolak sangat enak dan sayang dilewatkan, baiknya jangan terlalu banyak mengonsumsinya. Dari sudut pandang zero waste, mengganti camilan-camilan manis dan biasanya berkemasan dengan buah-buahan akan menghindari produksi sampah. Dari sudut pandang kesehatan, tentunya lebih banyak mengonsumsi buah-buahan jauh lebih baik karena kadar gula alami bagus untuk kesehatan.

3. Pilih kurma dengan kemasan paling ramah lingkungan

Masih berkaitan dengan takjil dan camilan, jangan lupa sediakan kurma. Mengonsumsi kurma saat berbuka dan sahur sudah dicontohkan Nabi Muhammad SAW.

Dari sudut pandang zero waste, mengonsumsi kurma sebagai pengganti camilan akan meminimalisir produksi sampah. Pilih kurma dalam kemasan dus, ukuran dus atau jumlah kurma sesuaikan dengan kebutuhan. Untuk satu keluarga besar, pilih kemasan dus kurma yang besar, jangan yang kecil.

Adapun dari sudut pandang kesehatan, mengonsumsi kurma apalagi untuk berbuka dan penutup sahur juga sangat baik untuk tubuh. Ada juga tips untuk mengonsumsi air rendaman kurma (air nabeez), yakni kurma direndam selama 12 jam sebelum diminum airnya, dan kurma rendamannya juga bisa dimakan.

 

4. Kontrol Berbelanja

Yuk, Berburu Aneka Takjil Menggoda di Pasar Benhil
Suasana saat warga berburu makanan dan minuman untuk berbuka puasa atau takjil di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta, Kamis (17/5). Makanan yang dijual di antaranya camilan ringan, kolak, minuman dingin hingga lauk pauk. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Di Ramadan tahun ini coba untuk tidak berbelanja selain bahan makanan. Memang berat apalagi untuk perempuan dan ibu-ibu. Tapi coba lihat lagi koleksi pakaian di lemari, pasti masih banyak pakaian-pakaian bagus tahun lalu untuk dipakai di Hari Raya.

Dengan tidak berbelanja, apalagi berbelanja berlebihan, kita bisa menghindari produksi sampah, menghemat uang THR, dan terhindar dari kemacetan dan tumpah ruah di pusat perbelanjaan.

5. Masak sendiri dan perbanyak sayuran

Bulan Ramadan juga kesempatan untuk lebih sering memasak makanan sendiri. Mengingat ritme makan yang hanya dua kali, berbuka dan sahur, akan lebih mudah untuk menyiapkan dan memasak makanan.

Mumpung masak sendiri, perbanyak menu sayuran. Selain mudah, sayuran juga tanpa sampah karena bisa dengan mudah ditemukan sayur tidak berkemasan di pasar tradisional. Jangan lupa, sampah organik sisa memasaknya bisa dikompos.

Dari sudut pandang zero waste, semakin sederhana proses masak dan minim bumbu, makanan akan semakin minim sampah. Dari sudut pandang kesehatan, makanan yang sederhana proses masaknya dan minim bumbu, justru semakin baik karena kadar vitamin di dalamnya tidak banyak terbuang.

Selain itu, konsep ini juga sejalan dengan konsep clean eating, dan juga pola makan sehat lainnya yang mengedepankan plant-based.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya