Liputan6.com, Jakarta Danau Bojongrongga di Desa Bojongsari, Kecamatan Kadungreja, Kabupaten Cilacap dulu mengisahkan mitos sebagai tempat bersemedi siluman buaya putih. Danau tersebut tak terawat. Ditumbuhi eceng gondong serta tumbuhan liar. Danau ini juga terkenal angker.
Citra buruk itu perlahan-lahan coba diubah oleh Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Bojongsari. Pemandangan rawa yang dipenuhi eceng gondok sirna jadi danau yang bersih. Belasan rumah makan dan aneka wahana permainan air dibangun jadi tawaran kebahagiaan bagi pengunjung.
Baca Juga
Setelah bersolek, pada Ramadan 2018 ini danau Bojonggrongga menjadi salah satu tempat favorit ngabuburit warga Kabupaten Cilacap. Tak sekadar didatangi oleh pasangan remaja, keluarga-keluarga muda menjadikan Danau Bojongrongga sebagai tempat berbuka bersama.
Advertisement
"Katanya, dulu ada siluman buaya putihnya," kata Sururudin, Kepala Desa Bojongsari.
Sururudin berbagi cerita. Rumah makan dibangun dengan bambu beratap rumbia atau ijuk agar terkesan eksotis. Atap nipah dan dinding semi terbuka menjamin tiap ruangan memiliki sirkulasi udara yang baik. Tiap bangunan, kecuali di bagian tingkat, langsung terakses dengan danau.
"Antar bangunan dihubungkan dengan jembatan-jembatan bambu," katanya.
Di bulan Ramadan, aneka jus segar hingga takjilan tersedia lengkap di rumah makan yang dikelola Pokdakan Bojongsari. Menu paling khas yakni ikan tawar, mulai digoreng, dibakar, disop, hingga bumbu asam pedas.
"Alhamdulillah semakin kreatif pengelolanya," ujar Surur.
Dimanfaatkan sebagai lokasi wisata, Danau Bojongrongga membawa dampak positif bagi masyarakat. Puluhan remaja yang sebelumnya menganggur mendapat aktivitas ekonomi dengan bekerja di rumah makan. Selain itu, dari kunjungan ke danau Bojongrongga, desa memperoleh pendapatan asli desa (PAD). Rencananya, pengelolaan Danau Bojongrongga akan dialihkan sebagai Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). [noe]
Sumber: Merdeka
Reporter: Abdul aziz