Green Deen Iftar, Gerakan Buka Puasa Ramah Lingkungan di Inggris

Sebuah gerakan buka puasa berkonsep ramah lingkungan digelar di Inggris dengan nama Green Deen Iftar.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 14 Jun 2018, 21:20 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2018, 21:20 WIB
Ini Alasan Buah dan Sayuran Jelek Harus Dimakan
Ini Alasan Buah dan Sayuran Jelek Harus Dimakan (iStockphoto)

Liputan6.com, London - Sekelompok warga Muslim di London, Inggris, baru-baru ini menggelar agenda buka puasa bertajuk Iftar Green Deen, yang sekaligus menjadi ajang pembuktian bahwa makanan lezat tidak harus berkalori tinggi.

Para peserta buka puasa disuguhi sup yang terbuat dari daun jelatang yang dibudidayakan di wilayah setempat, aneka sajian nabati buatan rumah (homecook), dan ditutup oleh sajian teh herbal yang menyegarkan.

Dikutip dari Al-Arabiya English pada Kamis (14/6/2018), sajian buka puasa tidak disajikan di piring dan gelas kertas layaknya perayaan komunal pada umumnnya, melainkan semua orang yang datang diimbau membawa alat makan sendiri.

Selain itu, nantinya jika ada sisa makanan, masing-masing partisipan diimbau untuk membawa pulang sebagai tanggung jawab pribadi.

"Buka puasa seperti ini adalah tentang bagaimana menemukan "isu kunci" untuk menekan konsumsi daging, sehingga diharapkan berpengaruh pada pengurangan limbah makanan dan plastik selama Ramadan," kata Jumana Moon, salah seorang penyelenggara.

Agenda buka puasa unik pertama kali diinisisasi oleh dua organisasi muslim, yakni Rabbani Project dan Rumi's Cave, di kawasan London Utara.

Rabbani Project adalah sebuah kolektif Sufi yang didedikasikan untuk kegiatan "spiritual, ekspresi kreatif dan cinta", yang menggunakan musik, seni dan tulisan kreatif dalam penyebaran pesan Islam.

Adapun Rumi's Cave didirikan oleh Sheikh Babikir Ahmed Babikir, seorang cendekiawan muslim asal Sudan, pada tahun 2014 sebagai pusat komunitas dan ruang seni budaya, yang terinspirasi oleh peninggalan penyair Persia Abad ke-13, Jalal ad-Din Rumi.

"Penekanan kami adalah pada makanan yang bersumber secara etis, musiman --tanpa daging dan tanpa susu-- tanpa menggunakan alat makan dari bahan plastik. Hal ini adalah tentang mencoba menghubungkan kembali tanggung jawab kita dengan alam sebagai bagian dari ibadah kita, bukan sebagai minat yang terpisah," jelas Moon.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

Merawat Lingkungan Versi Islam

Ilustrasi Sahur, Buka Puasa, Puasa, Ramadan (iStockphoto)
Salah Memilih Menu Sahur Selama Puasa Ramadan Berbahaya untuk Tubuh (Ilustrasi/iStockphoto)

Agenda buka puasa berkonsep ramah lingkungan ini, selalu dimulai dengan pembacaan bersama ayat suci Alquran, yang diikuti oleh kajian tentang tema pentingnya merawat lingkungan menurut ajaran Islam.

Selanjutnya, setelah azan Magrib dikumandangkan, seluruh peserta disajikan teh herbal dan tiga jenis hidangan, yakni buah potong, buah musiman, dan olahan sayur mayur.

Setiap peserta mendapat porsi yang dibuat seragam, sesuai dengan anjuran gizi dari konsultan kesehatan yang disewa. Seluruh sisa makanan, bahkan sekadar biji buah berukuran kecil, diimbau untuk tidak disisakan di tempat.

"Kami meminta setiap sisa makanan yang tidak bisa disantap, seperti biji dan kulit buah, dikumpulkan ke petugas khusu, untuk kemudian dilakukan pengomposan, yang bisa digunakan sebagai bahan baku pupul alami," jelas Kasher bin Az-wiyaz, salah seorang penyelenggara lainnya.

Di sisi lain, menurut Sohaib Elnahla, salah seorang peserta mengatakan bahwa Iftar Green Deen menunjukkan pentingnya ajaran Islam dalam mengelola makanan, yang baik, sehat dan berkelanjutan.

"Jika semua masjid melakukan agenda buka puasa seperti ini, maka akan berdampak besar pada manfaat ibadah puasa Ramadan yang kami jalani," kata Elnahla.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya