Liputan6.com, Jakarta - Lintasan cepat atau fast track jemaah haji Indonesia direncanakan akan diperbanyak pada musim haji selanjutnya. Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Nizar Ali.
Fast track ini akan diperbanyak agar jemaah haji bisa segera menuju hotelnya di Makkah dan Madinah tanpa berlama-lama di bandara tujuan.
Baca Juga
Apakah Penghafal Al-Qur'an Harus 30 Juz, Bagaimana jika Hafal Satu Surat Saja? Ini Penjelasan UAH
Kisah Rasulullah Menegur Sahabat yang Berdoa Minta Kesabaran Sempurna, Gus Baha Ungkap Alasannya
Tolong Jangan Tinggalkan Dzikir Pendek Ini setelah Sholat Fardhu meski sedang Buru-Buru, Fadhilahnya Dahsyat Kata UAH
Meski begitu, Nizar belum dapat memastikan jika seluruh embarkasi tahun depan akan mendapatkan fasilitas lintasan cepat sebagaimana diterapkan untuk percontohan bagi jemaah haji penerbangan dari Jakarta dan Surabaya 2018 ini.
Advertisement
"Kita mintanya kemarin seluruh embarkasi, tetapi melihat yang pertama keterbatasan waktu yang tidak memungkinkan karena kita baru deal itu bulan Ramadan," ujar Nizar, seperti dilansir Antara, Rabu (29/8/2018).
Adapun untuk perluasan lintasan cepat, Nizar mengatakan, sejatinya sudah bisa dilakukan tahun depan jika tidak terkendala mepetnya waktu persiapan.
Selain itu, kata dia, terdapat kendala ketersediaan sumber daya manusia (SDM) Arab Saudi yang mengurusi keimigrasian di embarkasi.
"Belum banyak (SDM Arab Saudi) yang bisa melakukaan perekaman biometrik jemaah Indonesia. Dengan begitu, inovasi itu baru bisa dilakukan untuk jemaah Jakarta dan Surabaya," ucapnya.
Persoalan selanjutnya, lanjut Nizar, fast track terkendala jumlah konter yang tersedia di embarkasi.
"Misalnya embarkasi Solo, Solo belum punya konter imigrasi yang sedemikian besar untuk percepatan ini sedikitnya butuh 20 konter, kalau hanya 5 sampai 10 itu bakal panjang juga antriannya," tutur Nizar.
* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kendala Lain
Nizar mengatakan, dari sisi lain jalur lintasan cepat untuk jemaah, juga harus memperhatikan kesiapan hotel. Salah satunya, kata dia, hotel harus disewa dengan sistem musim penuh (full season), bukan blocking time.
"Dampak dari penyewaan tidak menggunakan sistem musim penuh, saat jemaah cepat datang melalui fast track, ternyata hotel terkait belum siap karena belum memasuki waktu check in," paparnya.
Kemudian, lanjut dia, dari sisi penempatan kursi jemaah di pesawat juga menjadi persoalan jika tidak diperbaiki di musim haji tahun depan. Menurutnya, terdapat jemaah yang belum mengerti jika harus duduk di kursi pesawat sesuai nomornya.
Dengan begitu, kata Nizar, beberapa jemaah asal duduk saja sehingga menjadi kendala saat keluar pesawat kurang cepat.
Dampaknya, menurut dia, mereka tidak cepat berbaris antri sesuai urutan kala verifikasi data biometrik di terminal kedatangan.
"Ketika kursi pesawat ini kocar-kacir sehingga tidak sesuai dengan rombongan. Ke depannya seat pesawat harus diatur sesuai dengan urutan rombongan," terangnya.
Saat turun dari pesawat dan menuju bus, Nizar berharap jemaah yang sudah selesai urusan imigrasinya agar segera menuju bus tanpa perlu berlama-lama di bandara sehingga pergerakan semakin cepat menuju hotel tujuan.
"Di saat pengaturan fast track terjadi itu jamaah tidak boleh berlama-lama di bandara. Pokoknya yang ada di depan langsung masuk bus, mulai dari asrama semua sudah diatur rombongan satu ya pertama kali masuk, dua, tiga dan seterusnya," tegas Nizar.
Advertisement
Arti Fast Track
Fast track itu sendiri merupakan inovasi untuk mempercepat pergerakan jemaah haji. Skema yang dilakukan adalah pengambilan data rekam biometrik jemaah dilakukan di pemondokan di Indonesia.
Saat berada di bandara tujuan, jemaah haji ini hanya diperiksa sidik jarinya saja sebagai upaya verifikasi data diri.
Setelah itu, jamaah segera bergerak ke bus yang mengangkut mereka ke hotel di Makkah dan Madinah. Inovasi itu membuat waktu tunggu jemaah di bandara tujuan menjadi relatif lebih pendek jika dibanding dengan skema lama, ketika mereka harus melakukan verifikasi data biometrik secara lengkap di terminal kedatangan.