Liputan6.com, Jakarta Tak lama lagi, umat Islam akan merayakan Idul Fitri 1 Syawal 1441 H. Berbagai ucapan populer, termasuk ucapan minal ‘aaidiin wal faaiziin, tidak luput dikirimkan keluarga, sahabat dan kerabat. Padahal, arti minal aidin wal faidzin sesungguhnya bukan merujuk pada "mohon maaf lahir dan batin". Lalu apa sebenarnya arti minal aidin wal faidzin? Dan bagaimana ucapan selamat Idulfitri yang benar?
Minal aidin wal faidzin menjadi kalimat tahniah atau ucapan selamat yang lazim dituturkan saat Idulfitri. Kalimat ini kerap diucapkan saat saling bermaafan.
Baca Juga
Namun, sebagian orang masih beranggapan bahwa arti minal aidin wal faidzin adalah "mohon maaf lahir dan batin". Arti minal aidin wal faidzin ini jelas menjadi salah kaprah.
Advertisement
Ucapan minal 'aidin wal-faizin ini menurut seorang ulama tidaklah berdasarkan dari generasi para sahabat ataupun para ulama setelahnya (Salafus Salih). Kalimat minal aidin wal faidzin ini mulanya berasal dari seorang penyair pada masa Al-Andalus, yang bernama Shafiyuddin Al-Huli, ketika dia membawakan syair yang konteksnya mengisahkan dendang wanita di hari raya.
Kalimat minal aidin wal faidzin diterjemahkan menjadi "semoga kita semua tergolong orang yang kembali dan berhasil". jadi arti minal aidin wal faidzin yang diucapkan saat Idul fitri adalah doa dan harapan agar kita semua menjadi golongan orang yang kembali ke fitrah atau suci.
Fitrah yang sejati itu mengandung kebaikan, kemuliaan, kejujuran, dan persaudaraan. Bererhasil memiliki makna dalam berpuasa kita berhasil atau mampu menahan hawa nafsu.
“Minal Aidin wal Faizin” lebih menyimpan arti pencapaian seorang mukmin setelah berpuasa penuh dan melawan hawa nafsunya dengan beribadah kepada Tuhannya di bulan Ramadan.
Dilansir dari NU Online, dalam banyak literatur Islam, ternyata ada tradisi yang kerap dilakukan para sahabat ketika merayakan Idul Fitri. Mereka biasa mengucapkan selamat kepada para Muslim yang berhasil menjalankan puasa selama sebulan penuh.
Ucapan sesama muslim
Lafal ucapan tersebut yaitu, " Taqabbalallaahi minnaa wa minkum." Artinya, " Semoga Allah menerima (amal ibadah Ramadan) kami dan engkau."
Ucapan di atas ada yang menambahkan dengan " Taqabbal yaa kariim, wa ja'alanaallaahu wa iyyaakum minal 'aaidiin wal faaiziin." Ada juga yang menambahi dengan " Wal maqbuulin kullu 'ammin wa antum bi khair."
Jika dirangkai, maka lafalnya berbunyi " Taqabbalallaahi minnaa wa minkum taqabbal yaa kariim, wa ja'alanaallaahu wa iyyaakum minal 'aaidin wal faaiziin wal maqbuulin kullu 'ammin wa antum bi khair."
Artinya, " Semoga Allah menerima (amal ibadah Ramadlan) kami dan kamu. Wahai Allah Yang Maha Mulia, terimalah! Dan semoga Allah menjadikan kami dan kamu termasuk orang-orang yang kembali dan orang-orang yang menang serta diterima (amal ibadah). Setiap tahun semoga kamu senantiasa dalam kebaikan."
Jika terlalu panjang, cukup menggunakan kalimat 'Taqabbalallahu minna wa minkum.' Bukan dengan 'Minal aidzin wal faidzin.' Ibnu Hajar Al Asqalani dalam kitab Fathul Bari berpendapat demikian.
"Jika Para sahabat Rasulullah saling bertemu di hari raya, sebagiannya mengucapkan kepada sebagian lainnya, 'Taqabbalallahu minnaa wa minkum'. Selain itu, bacaan ini adalah paling populer di kalangan sahabat Nabi Muhammad SAW, dibadingkan bacaan “minal ‘aaidiin wal faaiziin”.
Para ulama telah menegaskan, bahwa ucapan selamat untuk datangnya hari raya, tidak ada batasannya. Selama ucapan tersebut mengandung arti baik maka sah-sah saja untuk mengucapkannya.
Baik kalimat Minal Aidin Wal Faizin dan Taqabbalallahu Minna Waminkum, keduanya memiliki doa khusus. Semuanya sangat baik diucapkan oleh sesama Muslim saat idulfitri.
Sedangkan Idul Fitri memiliki makna yang berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai dari kewajiban berpuasa itu sendiri yaitu manusia yang bertaqwa. Kata Id berdasar dari akar kata aada – yauudu yang artinya kembali sedangkan fitri bisa berarti buka puasa untuk makan dan bisa berarti suci.
Fitri yang berarti buka puasa berdasarkan akar kata ifthar (sighat mashdar dari aftharo – yufthiru) dan berdasar hadis Rasulullah SAW yang artinya:
”Dari Anas bin Malik: Tak sekali pun Nabi Muhammad SAW. Pergi (untuk shalat) pada hari raya Idul Fitri tanpa makan beberapa kurma sebelumnya." Dalam Riwayat lain: "Nabi SAW makan kurma dalam jumlah ganjil." (HR Bukhari).
Dengan demikian, makna Idul Fitri adalah hari raya saat umat Islam kembali berbuka atau makan. Karena itu salah satu sunnah sebelum melaksanakan shalat Idul Fitri adalah makan atau minum walaupun sedikit. Ini menunjukkan bahwa hari raya idul fitri 1 syawal adalah waktunya berbuka dan haram untuk berpuasa.
Sedangkan kata Fitri yang berarti suci, bersih dari segala dosa, kesalahan, kejelekan, keburukan berdasarkan dari akar kata fathoro-yafthiru dan hadis Rasulullah SAW yang artinya “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan didasari iman dan semata-mata karena mengharap ridho Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (Muttafaq ‘alayh).
Barangsiapa yang salat malam di bulan Ramadan dengan didasari iman dan semata-mata karena mengharap ridho Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq ‘alayh).
Kesimpulannya, Idul Fitri bisa berarti kembalinya kita kepada keadaan suci, atau keterbebasan dari segala dosa dan noda sehingga berada dalam kesucian (fitrah). (Anugerah Ayu Sendari)
Advertisement