Ramadhan Kali Ini, Muhammadiyah Tekankan Religiusitas di Era Disrupsi

Pengajian rutin yang dilaksanakan Muhammadiyah Kalimantan Timur di setiap Ramadhan kali ini mengambil tema penguatan religiusitas di Era Disrupsi.

oleh Abdul Jalil diperbarui 16 Apr 2022, 12:00 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2022, 12:00 WIB
Pengajian Ramadan Muhammadiyah Kaltim
Pengajian Ramadan Muhammadiyah Kaltim.

Liputan6.com, Samarinda - Rektor Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) Prof Bambang Setiaji mengingatkan tantangan umat Islam di era disrupsi yang semakin menguat. Setelah serbuan pasar online, selama pandemi hingga saat ini, kehidupan masyarakat berubah dan mengalami era yang disebut era disrupsi.

Hal ini menjadi pembahasan utama Pengajian Ramadhan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Timur yang diselenggarakan 15-17 April 2022 di Aula Gedung E UMKT. Bagi Muhammadiyah, Ramadan kali ini menjadi momentum peningkatan religiusitas Umat Islam di era tersebut.

“Contoh pola disrupsi yang bisa kita saksikan yang pengajian ini. Bagaimana ratusan orang bisa ikut dan terlibat aktif, meski tak hadir di lokasi dan kegiatan ini jadi murah banget,” kata Bambang, Jumat (15/4/2021) di sela-sela kegiatan pegajian.

Meski demikian, Bambang menyebut Indonesia masih ketinggalan di era disrupsi saat ini. Perubahan pola masyarakat masih bersifat konsumtif dan mengubah kebiasaan hidup. Belum sampai pada peningkatan produktivitas.

“Penggunaan robotic yang dikendalikan dari jarak jauh itu salah satu contoh ketertinggalan kita. Kita harus kerja keras untuk mengejarnya,” sambungnya.

Tantangan Umat Islam di era disrupsi, kata Bambang, bisa dilihat pengalaman dari berbagai negara yang sudah mulai meninggalkan agama. Dia mencontohkan negara-negara di Asia Utara dan Asia Timur.

“Jepang, Korea, Cina, Taiwan dan lainnya banyak meninggalkan agama. Jadi bagaimana Muhammadiyah ini mendidik umat di era disrupsi ini jangan sampai meninggalkan agama,” sebut Bambang.

Jika Indonesia kemudian dididik meninggalkan agama, negara ini akan rapuh. Era Disrupsi membawa keuntungan besar namun ada bahaya dibaliknya.

“Dan kalau Indonesia ini dididik meninggalkan agama, banyak ya pemimpin-pemimpin yang berusaha supaya agama berkurang atau tidak masuk kurikulum, kalau itu terjadi rakyat akan sangat menderita dan rapuh,” paparnya.

Bisanya, sambung Bambang, negara-negara yang meninggalkan agama di berbagai aspek kehidupan masyarakat akan banyak mengalami frustasi sehingga meningkatkan angka bunuh diri.

“Kasian rakyat. Agama itu tameng yang sangat kuat di tengah kemudahan yang ditawarkan di era ini,” kata Bambang.

Bambang kemudian mengingatkan Pemerintah Indonesia di semua level pemerintahan untuk tetap mengupayakan pendekatan keagamaan di setiap kebijakan yang diambil. Manfaat agama, sebutnya, sangat membantu masyarakat Indonesia menghadapi masalah-masalah yang besar.

“Biasanya negara-negara dengan keagamaan yang tinggi, angka bunuh dirinya sangat rendah. Itu sangat penting untuk ketahanan selama krisis, mendidik rakyat tahan terhadap krisis dan krisis itu pasti terulang,” pungkasnya.

Ramadan dan Jati Diri Umat Islam

Pengajian Ramadan Muhammadiyah Kaltim
Pembukaan pengajian Ramadan Muhammadiyah Kaltim dihadiri Gubernur Kaltim Isran Noor.

Setiap Bulan Ramadan, Muhammadiyah memiliki tradisi pengajian. Pengajian ini diawali di tingkat nasional, kemudian turun hingga tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

Beragam tema dengan isu kontemporer menjadi bahan kajian untuk memberikan pencerahan bagi umat Islam dan tentu saja bagi warga Muhammadiyah. Ramadan dianggap menjadi momentum terbaik untuk berbenah dan memberi solusi bagi Indonesia.

Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Timur, Suyatman menjelaskan, pengajian Ramadan kali ini mengambil tema, “Membangun Religiusitas yang Mencerahkan di Era Disrupsi”. Tema ini diambil karena menjadi masalah utama masyarakat saat ini.

“Pengajian ini materinya diarahkan untuk menghadapi era disrupsi seperti sekarang ini. Untuk lebih menguatkan keislaman dan tauhid kita agar kita tetap optimis dalam mengadapi segalanya itu,” kata Suyatman.

Dia mengingatkan, ada tantangan tersendiri di era saat ini yang serba tidak menentu. Kemudahan yang didapat akan menggerus nilai-nilai keislaman.

“Sebab saat ini relatif serba tidak menentu, sehingga kita harus kembali kepada jati diri islam. Disamping sebagai orang Muhammadiyah jangan pernah melupakan ideologi Muhammadiyah yang memang itu termasuk sesuatu yang esensial bagi seluruh warga Muhammadiyah,” paparnya.

Untuk itulah Pengajian Ramadan tahun ini mengambil tema besar tersebut. Religiusitas Umat Islam harus tetap dijaga dan menjadi tanggung jawab organisasi besar Islam seperti Muhammadiyah.

“Penekanannya pada pengajian kali ini adalah bagaimana meningkatkan keberagamaan kita secara lebih baik, lebih benar, lebih bagus, sehingga membawa islam itu semakin berkemajuan di tengah-tengah masyarakat. Harus mencerahkan dan mencerdaskan,” pungkasnya.

Gerakan Tauhid

Isran Noor
Gubernur Kaltim Isran Noor saat menerima kunjungan kerja Kepala BNPB Doni Monardo pada 22 Januari 2020 lalu. (Dok. Humas Pemprov Kaltim)

Pelaksanaan Pengajian Ramadan kali ini dibuka langsung oleh Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor. Gubernur Isran menyebut, Muhammadiyah memiliki peranan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Gerakan tauhid yang digaungkan Muhammadiyah sudah menyebar ke mana-mana, di seluruh Negara Indonsia, bahkan di berbagai negara lainnya,” kata Isran memulai sambutannya.

Isran menyebut, bangsa kita kurang bersyukur dan selalu mengeluh. Demonstrasi yang terjadi di mana-mana sudah jauh dari esensi nilai moral.

“Suka menyalahkan orang lain, menyalahkan pemerintah. Kenapa ini terjadi? Inilah yang menurut kita perdalami karena mungkin kita tidak atau kurang bersyukur dengan nikmat yang sudah kita rasakan,” sebutnya.

Menyinggung soal era disrupsi yang menjadi tema besar Pengajian Ramadan Muhammadiyah Kaltim saat ini, Isran mengingatkan soal rasa syukur. Indonesia adalah negara hebat yang dianugerahi Allah segalanya untuk mencukup kehidupan rakyatnya.

Dia mengingatkan bangsa Indonesia untuk mensyukuri segala karunia yang diberikan Allah pada negeri ini. Bukan mengeluh, apalagi menyalahkan pemerintah. 

"Muhammadiyah salah satunya memiliki prinsip sami'na wa atho'na dalam menyelenggarakan aktivitasnya. Taat kepada pemerintah," kata Isran.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya