Penjelasan Rebo Wekasan atau Rabu Terakhir Bulan Safar Menurut Buya Yahya

Pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah (LPD) Al-Bahjah KH Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya mengatakan, tidak ada petunjuk dari Rasulullah SAW bahwa harus mengamalkan amalan di Rebo Wekasan atau Rabu terakhir bulan Safar.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 20 Sep 2022, 08:30 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2022, 08:30 WIB
Buya Yahya tentang amalan puasa di 1 Muharram
YouTube Al-Bahjah TV

Liputan6.com, Bogor - Rebo Wekasan atau Rabu terakhir bulan Safar oleh sebagian kalangan dianggap sebagai hari keramat dan menakutkan. Pasalnya, di hari tersebut diyakini bahwa Allah akan menurunkan banyak bencana.   

Pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah (LPD) Al-Bahjah KH Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya mengatakan, tidak ada petunjuk dari Rasulullah SAW bahwa harus mengamalkan amalan di Rebo Wekasan atau Rabu terakhir bulan Safar.

Menurut Buya Yahya, cerita tentang Rebo Wekasan adalah cerita tentang orang saleh mendapatkan berita (ilham) bahwasanya di hari itu akan turun penyakit. Lalu meminta perlindungan dari Allah agar dijauhkan dari penyakit.

“Kalau (ajaran) dari nabi tidak ada, cuma kalau udah katanya ulama selagi tidak bertentangan dengan ajaran nabi tidak bisa kita (katakan) langsung murni bid’ah,” jelasnya dikutip dari YouTube Al-Bahjah TV, Selasa (20/9/2022).

Menurutnya, ketika orang saleh mendapatkan ilham boleh dipercaya boleh juga tidak. Dengan catatan selama yang dilakukan hasil ilham tersebut tidak bertentangan dengan ajaran nabi.

“Misalnya bersedekah atau salat hajat agar dijauhkan dari malapetaka, maka mengikuti ilham selagi itu tidak bertentangan syariat itu boleh,” Buya Yahya mencontohkan.

Buya Yahya menambahkan, bila ada yang tidak mempercayai ilham tersebut jangan dicaci maki. Misalnya, seseorang memilih tidak melakukan amalan saat Rebo Wekasan karena tidak diajarkan oleh Rasulullah SAW.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Ilham Bukan Hujjah

Ulama kondang ini menegaskan jika ilham bukan hujjah. Sekalipun seorang wali kutub mendapatkan ilham, tidak boleh menjadi hujjah. 

“Tapi kalau Anda percaya karena dia saleh, kemudian ilhamnya tidak melanggar syariat, maka boleh Anda ikuti,” ujarnya.

“Jadi kalau Anda mempercayai guru Anda seorang yang saleh boleh-boleh saja dilakukan, akan tetapi yang Anda lakukan tentunya dasarnya adalah nabi, bukan dasarnya ilham. Ilham pengantar kepada sunah nabi,” tambah Buya Yahya.

Buya Yahya mencontohkan, misalnya berdasarkan dari ilham bahwasanya pada Rabu terakhir bulan Safar akan turun bala, maka tolaklah bala dengan salat dua rakaat.

“Salat apa itu? Salat yang pernah diajarkan nabi untuk menolak bencana namanya hajat. Kemudian ditambah lagi sedekah. Nabi yang nyuruh, itu boleh,” kata Buya Yahya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya