Teks Materi Khutbah Jumat November: Pahlawan untuk Kemajuan Bangsa

Perjuangan para pahlawan untuk kemerdekaan Republik Indonesia dan melawan para penjajah tidak boleh dilupakan oleh generasi masa kini. Generasi sekarang atau generasi Z sejatinya banyak mengambil hikmah dari kisah-kisah heroik pejuang bangsa.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 03 Nov 2022, 18:30 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2022, 18:30 WIB
Ilustrasi Pahlawan
Ilustrasi Pahlawan. (Sumber: Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Perjuangan para pahlawan untuk kemerdekaan Republik Indonesia dan melawan para penjajah tidak boleh dilupakan oleh generasi masa kini. Generasi sekarang atau generasi Z sejatinya banyak mengambil hikmah dari kisah-kisah heroik pejuang bangsa.

Menjelang Hari Pahlawan 10 November, generasi Z perlu dipupuk lagi semangat membangun bangsa. Jika dulu para pahlawan berjuang dengan senjata, generasi Z bisa dengan ide dan aksi nyata yang solutif memecahkan masalah-masalah negeri.

Namun itu tidak mudah, generasi Z acapkali harus ada dorongan dulu agar mau membangun bangsa. Padahal seharusnya itu sudah menjadi kewajiban yang mesti dilakukan.

Untuk membakar lagi semangat pahlawan kepada generasi masa kini, momentum Jumat bisa dimanfaatkan. Dalam hal ini khatib bisa menyampaikan materi khutbah Jumat yang berkaitan dengan pahlawan.

Harapannya, ketika khatib menyinggung kembali nilai-nilai perjuangan pahlawan, generasi Z bisa banyak mengambil hikmah dan timbul semangat untuk membangun bangsa dengan caranya di era sekarang.

Soal materi khutbah tema pahlawan, khatib tak perlu khawatir. Berikut ini Liputan6.com bagikan teks materi khutbah berjudul “Pahlawan untuk Kemajuan Bangsa” yang diambil dari suaramuhammadiyah.id. Teks materi khutbah ini bisa dibacakan khatib pada momentum salat Jumat pekan ini.

 

Khutbah Pertama

إِنَّ اْلحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ، وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيِّئاَتِ أَعْمَالِناَ مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضَلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَا دِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الَّلهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلىَ نَبِيِّناَ مُحَمَّد وَ عَلىَ اٰلِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ

فَياَعِبَادَ اللهِ أُصِيْكُمْ وَإَيّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ

Para Hadirin yang Budiman

Siang Jum’at ini pendar cahaya mentari memancarkan sinarnya nan terang benderang menembus ke muka bumi membawa secarik berkah dan harapan luhur bagi umat manusia beriman yakni terbentangkannya banyak jalan untuk mendekati diri-Nya agar bisa mengisi energi spiritualitas dan juga mensyukuri atas tetes percik nikmat-Nya yang nian agung. Shalawat berbingkai salam semoga tercurah pada Nabi Muhammad SAW. Semoga kita bisa meniru dan mengejawantahkan tabiat beliau yang begitu agung.

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٖ

Artinya: “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS Al-Qalam [68]: 04).

Para Hadirin yang Budiman

Setiap tanggal 10 November, Indonesia selalu memperingati hari Pahlawan. Peringatan ini tentu memberikan secercah sesanti sarat makna yang menuntut generasi pasca kemerdekaan agar bisa mereguk sekaligus mengaplikasikan sesanti tersebut.

Berbicara mengenai hari pahlawan, mengingatkan kita akan kisah heroik pertempuran Surabaya tahun 1945. Kisah ini sangat melegenda hingga detik sekarang, karena dalam catatan literatur sejarah menyatakan pertempuran ini hanya dilakukan dengan senjata bambu runcing.

Bayangkan para musuh saja sudah menggunakan senjata yang super canggih pada kala itu. Sedangkan pejuang kita masih menggunakan senjata yang paling sederhana. Tentu dalam pikiran kita era digital ini mustahil mampu mengalahkan mereka.

Tapi Bung Tomo dengan menggelegar memberikan spirit menggebu kepada para pejuang, “Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka!” Atas spirit itulah, seakan ada energi besar yang mendorong mereka untuk menumpaskan para imperialisme dengan tetesan peluh dan darah membasahi tubuh. Pertempuran pun terjadi. Diperkirakan sekitar 6-16 ribu pejuang kemerdekaan Indonesia gugur dalam pertempuran selama tiga minggu tersebut. Semoga syahid!

Inilah pertempuran paling akbar yang pernah terjadi selama proses perjuangan kemerdekaan. Kepadanya kita doakan agar arwahnya tenang dan kita lanjutkan harapan terbesar mereka yakni menjadikan bangsa ini semakin melesat maju dan gemilang di masa depan.

Lanjutan Khutbah Pertama

Para Hadirin yang Budiman

Hari ini Indonesia tengah mencari sosok pahlawan. Tentu pahlawan yang mampu membawa arah transformasi dan kemajuan besar bagi kehidupan bangsa. Di tengah gempuran wabah Covid-19 yang tak kunjung henti ini, seyogianya dapat mencambuk diri kita agar bisa mendedikasikan diri sebagai seorang pahlawan.

Mencari pahlawan di era krusial ini sangat sukar. Bahkan untuk dapat menyepadankan dengan pahlawan yang telah gugur itu, pasti jauh lebih sulit lagi. Sebab karakteristik pahlawan sejati itu dia selalu peduli dan mencintai bangsanya dengan sadik. Tidak memikirkan hajat pribadi maupun kelompoknya, akan tetapi memikirkan hajat bagi kehidupan bangsa dan negara.

Tanpa penghayatan spiritual yang dalam, tentu sangat sukar bagi kita untuk menjadi seorang pahlawan. Perlu ditekankan bahwa pahlawan tidak saja dikonotasikan sebagai bentuk melawan dengan senjata, tetapi bagaimana pahlawan itu dapat memberikan dampak besar bagi kemajuan bangsanya. Inilah tantangan besar yang dihadapi oleh bangsa pada saat ini.

Oleh karena itu, dalam menyongsong 100 tahun ulang tahun kemerdekaan pada 2045 nanti, kita mesti merancang sebuah kerangka masa depan yang mencakup kiprah konstruktif untuk bisa menjadi seorang pahlawan bagi kemajuan bangsa. Kita selaku generasi penerus sudah saatnya memulai mengejawantahkan kiprah konstruktif tersebut.

Satu di antara kiprah yang bisa dilakukan bagi kita semua adalah selalu menampilkan paradigma pemikiran besar (big thinking). Disini kita dituntut untuk melenyapkan pemikiran cetek dan daya nalar ilmiah rendah yang membuat sulitnya mengambil keputusan secara cepat dan arif. Padahal kita menyaksikan percaturan global saat ini sangat dibutuhkan sosok yang berani mengambil keputusan dengan segala konsekuensinya.

Bagi David J. Schwartz dalam bukunya “Berpikir dan Berjiwa Besar” mengatakan pemikir besar sebagai ahli dalam menciptakan gambar yang positif, memandang ke depan, optimistis baik di dalam pikiran mereka sendiri maupun pikiran orang lain.

David memberikan contoh pernyataan, “Tidak ada gunanya; kita sudah kalah.” Kalau pemikir cetek tentu akan mengabaikan. Berbeda dengan pemikir besar, pasti dia akan melenyapkan dan digantikan dengan diksi “Kita belum kalah. Mari kita terus berusaha. Ini ada segi lain yang baru.”

Pernyataan ini seolah membongkar kebobrokan diri kita. Yang selalu pesimistis terhadap iklim kehidupan yang terjadi. Namun, bagi seorang pemikir besar tentu akan selalu memancarkan tabiat optimistis betapapun kelamnya kehidupan. Dan pada saat yang sama mampu menyuguhkan aneka hidangan gagasan-gagasan ilmiah yang bisa berkontribusi dalam merekonstruksi kehidupan kebangsaan yang maju dan mendunia.

Lewat peringatan hari Pahlawan ini, khatib mengajak agar kita semua yang hadir di masjid mulia ini untuk bisa memulai hidupnya dengan menjadi seorang pemikir besar. Kita pasti bisa menjadi pemikir besar.

Kuncinya pada kesungguhan (sooth), ketulusan (sincerity), dan kemauan (desire) harus melekat kuat di dalam jiwa kita. Dengan demikian masa depan bangsa ini akan terjamin maju karena telah di nakhodai oleh para pemikir besar. Dan inilah sosok pahlawan bangsa yang dicari selama ini. Selamat Hari Pahlawan.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ

إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَقَاضِيَ الْحَاجَاتِ

رَبَّناَ هَبْ لَناَ مِنْ أَزْوَاجِناَ وَذُرَّيَّاتِناَ قُرَّةً أَعْيُنٍ وَاجْعَلْناَ لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَاماً

. رَبَّناَ لاَ تُزِغْ قُلُوْبَناَ بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَناَ وَهَبْ لَناَ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ اْلوَهَّابُ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبّى اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَالسَّلاَمُ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Cristoffer Veron P, Penulis Almunus SMK Muhammadiyah 1 Kota Yogyakarta dan Anggota Grup Jaringan Anak Panah

Saksikan Video Pilihan Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya