Kisah Karomah Wali Taklukkan Harimau, Gus Baha Ungkap Penyebabnya

K.H. Bahauddin Nur Salim atau Gus Baha membahas jalur kewalian yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Sebab syarat yang harus terpenuhi sudah tersedia. Hal ini ia ceritakan lantaran menurutnya jalur ini lebih mungkin dilakukan oleh banyak orang. Dalam kisah ini, Gus Baha tidak menyebutkan nama wali tersebut.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Nov 2022, 16:30 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2022, 16:30 WIB
Gus Baha (Tangkap layar YouTube Kumparan Dakwah)
Gus Baha (Tangkap layar YouTube Kumparan Dakwah)

Liputan6.com, Cilacap - Ulama kharismatik KH Bahauddin Nur Salim atau Gus Baha membahas jalur kewalian yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Sebab syarat yang harus terpenuhi sudah tersedia.

Hal ini dia ceritakan lantaran jalur ini lebih mungkin dilakukan oleh banyak orang. Dalam kisah ini, Gus Baha tidak menyebutkan nama wali Allah tersebut.

“Kalau kisah di ‘Uqudullujain ini ada kisah istri yang judes yang menyebabkan suaminya menjadi wali. Kalian jadi wali itu berat, puasa dalail tidak kuat, wiridan tidak kuat, satu-satunya yang sudah ada kan istri yang judes," kata Gus Baha mengawali ceritanya sebagaimana dikutip kanal You Tube Konten Aswaja An Nahdliyyah (Selasa, 01/11/22),

“Itu perangkat yang sudah disiapkan Allah SWT. Kamu milih jadi wali apa? Melarat tidak kuat, kaya tidak bisa. Satu-satunya yang tersedia kan hanya istri judes," tambah Gus Baha berkelakar.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Taklukkan Harimau

Pengasuh Pondok Pesantren LP3A Rembang ini melanjutkan ceritanya bahwa suatu ketika ada seseorang yang ditengarai teman suaminya bertamu dan menanyakan suaminya kepada istrinya. Si Istri tersebut menjawab, “Di hutan, mencari kayu, semoga saja dia di makan macan. Laki-laki tidak berguna,”.

Sambil mengelus dada lelaki tersebut menunggu kepulangan temannya. Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya yang ditunggu datang. Orang tersebut melihat temannya pulang dengan berjalan kaki dan di belakangnya ada macan yang mengangkut kayu miliknya.

Akhirnya ia sadar bahwa atas kesabarannya menghadapi istri yang judes dan kurang ajar, temannya kini menjadi wali yang memiliki karomah. Salah satunya mampu menaklukkan harimau.

Beberapa bulan kemudian, temannya kembali datang untuk bertamu. Sesampainya di rumah temannya, ia menanyakan perihal temannya.

Namun, kali ini yang ia temui bukan istri yang dulu, sebab telah bercerai. Lalu ia menanyakan keberadaan suaminya dan dijawab lemah lembut dengan penuh kesopanan bahwa suaminya sedang mencari kayu bakar di hutan.

Bukan hanya itu saja, si istri tadi juga meminta do’a kepadanya agar suaminya senantiasa diberikan keselamatan dan dihindarkan dari berbagai halangan yang merintang. Singkatnya, perilaku istrinya yang sekarang merupakan sosok istri yang sholihah dan sangat berbakti kepada suaminya.

Setelah menunggu beberapa lama akhirnya datang juga. Namun kali ini ia datang sendirian memikul kayu bakar. Tidak seperti dahulu dibantu oleh harimau.

Temannya pun kaget melihat karomah temannya telah hilang. Setelah dikonfirmasi perihal tersebut, ia mengaku bahwa karomahnya hilang semenjak mempunyai istri yang solihah dan berbakti.

Mengetahui Wali dari Karakteristiknya

Mengutip laman NU, secara umum para wali Allah dapat dikenali meski tidak mudah dipastikannya. Syekh Zarruq menyebutkan tiga sifat utama para wali Allah. Menurutnya, orang yang memiliki tiga sifat ini mungkin wali Allah:

ثم الولي يعرف بثلاث: إيثار الحق، والإعراض عن الخلق، والتزام السنة بالصدق

Artinya, “Tetapi waliyullah itu dapat dikenali dengan tiga tanda: mengutamakan Allah, (hatinya) berpaling dari makhluk-Nya, dan berpegang pada syariat Nabi Muhammad SAW dengan benar,” (Lihat Syekh Zarruq, Syarhul Hikam, As-Syirkatul Qaumiyyah, 2010 M/1431 H, halaman 133).

Adapun Ibnu Athaillah dalam kitab Al-Hikam-nya menyatakan bahwa wali Allah lebih sulit dikenali daripada Allah itu sendiri. Wali Allah selalu mengantarkan kita kepada Allah. Sedangkan kewaliannya sendiri sulit diidentifikasi.

قال رضي الله عنه سبحان من لم يجعل الدليل على أوليائه إلا من حيث الدليل عليه ولم يوصل إليهم إلا من أراد أن يوصله إليه

Artinya, “Mahasuci Allah yang tidak menjadikan tanda bagi para wali-Nya selain tanda yang menunjukkan ada-Nya. Mahasuci Allah yang tidak ‘mempertemukan’ kepada para wali selain orang yang dikehendaki sampai kepada-Nya.”

Adapun tugas kita di dunia ini memang bukan untuk melakukan sensus mana orang yang dapat disebut sebagai wali atau bukan. Tugas utama kita adalah beribadah kepada Allah dengan tetap menjaga hak-hak muslim lainnya sebagai hamba Allah, termasuk salah satunya husnudzan.

Khazim Mahrur

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya