Liputan6.com, Agam - Rasuna Said merupakan salah satu ulama perempuan yang menjadi aktivis pejuang kemerdekaan. Beliau lahir di Maninjau, Agam, Sumatera Barat pada 14 September 1910. Nama lengkap perempuan berdarah Minang ini adalah Hajjah Rangkayo Rasuna Said atau HR Rasuna Said.Â
Banyak keteladanan yang dapat kita ambil dari sosok Rasuna Said. Mengutip dari e-journal Al-Fikru terdapat dua aspek pokok yang menjadi nilai teladan dari sosok Rasuna Said yaitu aspek keteladanan (cerdas, berbudi pekerti luhur, serta gigih dan tangguh) dan kepahlawanan (berani, rela berkorban, dan cinta Tanah Air)
Baca Juga
1. Cerdas
Advertisement
Hal ini sudah tampak sejak beliau kecil, Rasuna aktif mengikuti berbagai pengajian. Setelah lulus dari Sekolah Dasar, beliau melanjutkan studinya di Pondok Pesantren Ar-Rasyidiyah yang merupakan satu-satunya siswi di pondok pesantren tersebut.Â
2. Berbudi Pekerti Luhur
Rasuna sangat menentang adanya poligami. Beliau lebih memilih perceraian daripada poligami. Ia berpendapat bahwa poligami adalah tindakan yang melecehkan kaum perempuan. Poligami juga menyebabkan meningkatnya angka kawin-cerai.Â
3. Gigih dan Tangguh
Sebagai seorang guru, Rasuna banyak menanamkan fondasi tentang kemajuan kaum perempuan di tanah Minang dan juga fondasi tentang pemahaman politik.
Â
Saksikan Video Pilihan Ini:
Aspek Kepahlawanan
4. Berani
Meskipun Rasuna dijatuhi hukuman diasingkan ke penjara di Semarang dengan dakwaan spreek delict yaitu hukuman yang ditujukan pada orang yang berani mendesak pemerintahan Belanda di depan umum, beliau tak pernah gentar dan tak pernah berhenti memperjuangkan nasib bangsanya.Â
5. Rela Berkorban
Rasuna bergabung dengan Gyu Gun Ko En Kai sebuah organisasi yang banyak menghimpun aktivis pergerakan. Di organisasi ini, Rasuna bertanggung jawab sebagai seksi propaganda partai. Beliau bekerja tak memandang waktu siang dan malam, meskipun sudah berkeluarga.
6. Cinta Tanah Air
Rasuna telah mengabdi kepada indonesia sejak ia masih belia, mulai dari menjadi seorang guru, aktif di berbagai organisasi, masuk bui, hingga menjadi penulis majalah, dan berkarir dalam parlemen demi memperjuangkan nasib kaum wanita serta bangsa Indonesia.Â
Penulis : Putry Damayanty
Advertisement