Liputan6.com, Magetan - Desa Temboro disebut-sebut sebagai Kampung Madinah Indonesia. Kampung ini tepatnya berada di Kecamatan Karas, Temboro, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Sebutan ini tentunya bukan tanpa alasan. Pasalnya masyarakat di sana menggunakan busana layaknya masyarakat di Jazirah Arab.
Kaum pria menggunakan busana jubah serta penutup kepala, sedangkan kaum perempuan menutup seluruh tubuhnya dengan pakaian berwarna gelap dan mayoritas menggunakan burka. Gaya busana tersebut telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari warga Desa Temboro.
Advertisement
Baca Juga
Suasana kampung ini selalu sepi ketika adzan berkumandang. Aktivitas sejenak nampak terhenti. Masyarakat berbondong-bondok memenuhi ruangan masjid atau musala untuk segera menunaikan salat.
"Saya sendiri yang merupakan warga asli sini, tidak tahu siapa yang pertama kali mencetuskan sebutan Kampung Madinah. Tahunya sebutan Kampung Madinah itu sudah viral akhir-akhir ini dan heboh di media sosial, seperti Facebook dan Twitter," ujar Kasi Pemerintahan Desa Temboro, Magetan, Lukman Hakim saat ditemui di rumahnya.
Â
Saksikan Video Pilihan Ini :
Tidak Terlepas dari Peran Ponpes Al Fatah
Kehidupan masyarakat di Desa Temboro tidak terlepas dari peran pondok Pesantren Al Fatah di desa ini. Diketahui pondok pesantren ini dibangun sekitar tahun 1950-an,awalnya ponpes yang saat ini telah memiliki puluhan ribu santri itu merupakan sebuah masjid dan tempat belajar mengaji yang didirikan oleh Kiai Haji Mahmud.
Seiring berjalannya waktu, Ponpes Al Fatah semakin berkembang, memiliki beberapa Madrasah seperti Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Madrasah Tahfidzul Quran, dan Madrasah Diniyah.
Perkembangan pesantren ini semakin pesat di bawah pimpinan K.H. Uzairon Hayfur Abdillah yang merupakan putra dari K.H. Mahmud.Saat ini, bangunan Ponpes telah menyebar di tiga lokasi yang utama di wilayah Desa Temboro, yakni Pondok Pusat, Pondok Utara, dan Trangkil Darussalaam, sebagian besar merupakan pondok putri.
Mengutip dari kabarmagetan.com Pondok Pesantren Al-Fatah ini dalam satu tahun selalu mengadakan kegiatan keagamaan,seperti acara Ijtima’ Pengajian Umat Islam se-Indonesia. Acara agenda tahunan tersebut diketahui sedikitnya yang hadir 100 ribu santri dari berbagai provinsi seluruh Indonesia bahkan mancanegara.
Dengan jumlah santriwan dan santriwati dan kegiatan keagamaan di Ponpes Al-Fatah yang setiap tahun menyelenggarakan lebih dari 5 event maka tentu akan berpengaruh terhadap pergerakan perekonomian masyarakat sekitar pondok pesantren ini.
Terutama kaum ibu, banyak yang menjual makanan olahan sendiri untuk disetorkan ke koperasi pondok, mulai dari nasi bungkus hingga jajanan gorengan untuk para santri.
Baju-baju muslim perempuan yang dijual di toko-toko setempat juga kebanyakan dibuat sendiri oleh pemilik tokonya. Proses pembuatan baju ini melibatkan ibu-ibu warga desa dalam hal memasang manik-manik ataupun menjahit untuk kemudian disetor ke toko.
Selain itu, warga setempat dari kalangan laki-laki mencari peluang usaha dengan menyediakan jasa transportasi seperti becak motor.
Penulis : Putry Damayanty
Advertisement