Liputan6.com, Jakarta - Siapapun yang pernah beribadah haji, sebagian besarnya akan melakukan thawaf wada'. Disebut thawaf wada', karena inilah thawaf perpisahan sebelum jamaah haji meninggalkan Kota Suci Makkah.
Sebagian besar jamaah akan merasakan kesedihan luar biasa saat melakukan thawaf wada'. Mereka akan berpisah dengan kota suci yang selalu dirindukan oleh umat Islam sedunia.
Ada rasa haru dan sedih yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Barangkali, ini adalah kunjungan terakhir ke Makkah.
Advertisement
Baca Juga
Nun, pada zaman Rasulullah SAW, dikenal pula haji wada'. Ini adalah haji terakhir yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, atau disebut pula dengan haji perpisahan.
Nabi Muhammad SAW memberikan isyarat yang cukup jelas, sehingga para sahabat dan umat Islam saat itu begitu sedih. Tanpa terasa, seluruh umat menangis, mendapati junjungannya, Baginda Nabi, memberikan isyarat perpisahan.
Dalam ibadah haji itu Rasulullah SAW menerima wahyu yang menjelaskan kesempurnaan agama Islam, sebagai agama yang diridhai oleh Allah, demikian juga karunia nikmat Allah telah dianugrahkan kepada Nabi dan umatnya secara lengkap dan sempurna. Wahyu itu terdapat dalam surat al-Maidah ayat 3:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagimu agamamu dan telah Aku lengkapi karunia nikmat-Ku atasmu serta telah Aku ridhai Islam itu menjadi agamamu.” (QS al-Maidah: 3)
Allah SWT memberitahukan kepada Nabi dan umatnya bahwa agama telah diturunkan dan diajarkan dengan sempurna. Dengan itu, maka perpisahan menjadi sesuatu yang tak terelakkan.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Pidato Mengharukan Rasulullah SAW di Haji Wada'
Mengutip tulisan KH Zakky Mubarak, Rais Syuriyah PBNU di NU Online, dengan demikian sempurnalah agama Allah, agama Islam yang dibawa Rasul Muhammad. Karunia nikmat Allah telah diberikan kepada Nabi dan umatnya pada waktu itu. Karunia itu demikian agung dan menyeluruh, sehingga dapat mengantarkan kesuksesan yang sempurna bagi perjuangan para pembela kebenaran.
Tugas risalah Nabi hampir selesai, perjalanannya telah dekat ke arah tujuan, dimulai dari kota Makkah sampai kota Madinah. Rasulullah bersama para sahabatnya telah menyalakan pelita yang menyinari seluruh umat manusia yaitu berupa kebenaran dan petunjuk.
Sinar kebenaran agama Ilahi akan terus menyala, tidak akan pudar dan padam untuk selama-lamanya. Risalah telah dilaksanakan, amanat suci telah disampaikan, agama Allah menjadi jaya dan mulia. Dalam haji wada’ itu ketika Nabi masih berada di Mina, Nabi telah merasakan adanya saat-saat perpisahan dengan umat yang dicintainya, tugas yang agung itu hampir selesai. Turunlah kemudian surat terakhir secara lengkap dari Al-Qur’an yang disebut dalam surat al-Nashr:
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ. وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا. فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
”Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk ke dalam agama Allah dengan berduyun-duyun, maka bertasbihlah dengan memuji nama Tuhanmu dan mohonlah ampun pada-Nya. Sesungguhnya Ia adalah Maha Penerima Taubat”. (QS al-Nashr: 1-3)
Ayat tersebut di atas mengisyaratkan tentang akan adanya hari perpisahan, yaitu ketika Nabi telah melaksanakan risalahnya yang dilakukan selama bertahun-tahun, pada saat itu telah menampakkan hasil yang memuaskan.
Pertolongan Allah telah datang dengan terbukanya kota Makkah menjadi wilayah kaum Muslimin. Agama Islam berkembang dengan pesatnya, terus menyebar ke berbagai penjuru di seluruh Jazirah Arab.
Dijumpailah manusia berbondong-bondong masuk kedalam agama yang agung itu. Pensyahadatan massal dilakukan di mana-mana, kejayaan agama akhir zaman itu tidak dapat dihalang-halangi atau ditangguhkan lagi.
Setelah agama itu sempurna, Nabi telah menunaikan tugasnya dengan segala ketabahan dan kesabaran. Beliau telah membimbing umat manusia dari kegelapan kejahilan menuju cahaya kebenaran, maka hari perpisahan dengan umatnya tidak akan lama lagi.
Dalam haji wada’ itu, dihadiri kira-kira 150.000 jamaah dari berbagai lapisan kabilah Arab, suku-suku dan kaum muslimin dari bangsa lain. Pada saat itu Nabi mengumpulkan mereka, dan beliau menyampaikan pidato perpisahan yang amat mengharukan. Nabi mengatakan dalam khutbahnya:
أَيُّهَا النَّاسُ اِسْمَعُوْا قَوْلِيْ فَإِنِّيْ لاَ أَدْرِيْ لَعَلِّيْ لاَ أَلْقَاكُمْ بَعْدَ عَامِيْ هذَا، بِهذَا الْمَوْقَفِ أَبَداً
“Wahai saudara-saudaraku, dengarlah dengan baik kata-kataku ini, sesungguhnya aku tidak mengetahui, barangkali aku tidak akan berjumpa lagi dengan kalian dalam suasana seperti ini untuk selama-lamanya”.
Advertisement
Air Mata Sahabat Tumpah
Ucapan Nabi yang tidak diduga-duga oleh para sahabat, satu hal yang mereka belum mempersiapkan diri untuk menerimanya, untuk menyambut dan menghadapi kenyataan itu.
Mereka seolah-olah ditarik dari suasana yang menggembirakan dan menyenangkan kepada suasana yang mengharukan dan menyedihkan. Mereka terpaku dengan ucapan Nabi:
“...barangkali aku tidak akan berjumpa lagi dengan kalian dalam suasana seperti ini untuk selama-lamanya”.
Kejutan itu tidak dapat mereka suarakan dengan keras dengan teriakan yang berulang-ulang atau dengan tangisan yang sedu sedan. Mereka hanya mampu mengemukakan isi hati mereka yang diliputi rasa duka yang mendalam, bercampur rasa haru yang mencekam, dengan linangan air mata, maka berlinanglah air mata semua hadirin membasahi wajah mereka.
Di antara pidato perpisahan Nabi yang diungkapkan waktu itu adalah:
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ إِلَى أَنْ تَلْقَوْا رَبَّكُمْ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هذَا فِيْ شَهْرِكُمْ هذَا فِيْ بِلَدِكُمْ هذَا أَلاَ هَلْ بَلَغْتُمُ اللهَ فَاشْهَدُوْا، فَمَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ أَمَانَةٌ فَلْيُؤَدِّهَا إِلَى مَنِ ائْتَمَنَهُ عَلَيْهَا.
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya darah dan hartamu haram bagimu satu dengan yang lain kecuali dengan jalan yang sah, sampai kamu sekalian berjumpa dengan Allah, sebagaimana keharaman atasmu pada harimu ini, pada bulanmu ini dan di negerimu ini. Kamu semua akan berjumpa dengan Allah, kamu semua akan dimintai pertanggungjawaban tentang amal perbuatanmu. Saksikanlah bahwa aku telah menyampaikan hal itu kepadamu. Siapa yang menyimpan amanat seorang dari kalian hendaklah amanat itu ditunaikan kepada yang mengamanatkannya....”.
Tim Rembulan