Mengenal 9 Nama Walisongo, Wilayah Sebaran Dakwah dan Makamnya

Waliongo dikenal sebagai wali sembilan yang menyebarkan Islam di pulau Jawa. Wilayah dakwah mereka tersebar ke seluruh penjuru Jawa. Mereka mengabdi di wilayah tersebut hingga akhir hayatnya.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 01 Apr 2023, 20:30 WIB
Diterbitkan 01 Apr 2023, 20:30 WIB
Ciri Orang Kembali Suci di Hari Idul Fitri Menurut 9 Wali
Walisongo sang penyebar Islam di tanah Jawa memberikan ciri-ciri tertentu manusia yang kembali suci di hari Idul Fitri.

Liputan6.com, Jakarta - Walisongo dikenal sebagai wali sembilan yang menyebarkan Islam di pulau Jawa. Wilayah dakwah mereka tersebar ke seluruh penjuru Jawa. Mereka mengabdi di wilayah tersebut hingga akhir hayatnya. 

Dalam menjalankan misinya, setiap Walisongo memiliki strategi dakwahnya masing-masing. Ada yang dengan pendidikan, adat istiadat, bahkan kesenian.

Ikhtiar Walisongo tidak sia-sia. Secara perlahan masyarakat Jawa menerima agama Islam. Mereka pun mengenal Islam dari Wali Songo. Tidak sedikit masyarakat Jawa yang akhirnya memilih mengucap dua kalimat syahadat.

Generasi muslim masa kini perlu tahu sejarah Walisongo . Dengan mengenal sejarah Walisongo di Jawa  secara tidak langsung belajar dari sejarah tersebut dan mengambil hikmahnya.

Mengutip kanal Hot Liputan6.com, berikut ini adalah nama-nama Walisongo beserta wilayah sebaran dakwah dan makamnya. Mari belajar dari wali sembilan ini.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Nama-Nama Walisongo

[Bintang] Ciri Orang Kembali Fitrah Menurut Wali Songo
Sunan Gresik | Dok. Bintang.com/Ardini Maharani

Sunan Gresik atau Syaikh Maulana Malik Ibrahim (w. 1419 M)

Nama-nama Walisongo yang pertama yaitu Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim. Syaikh Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan Ali Zainal Abidin cicit Nabi Muhammad SAW. Sunan Gresik bermukim di Gresik untuk menyiarkan ajaran Islam hingga akhir hayatnya pada tanggal 12 Rabiul awwal 822 H, bertepatan dengan 8 April 1419 M dan dimakamkan di desa Gapura kota Gresik.

Ada perbedaan pendapat terkait asal usul Syaikh Maulana Malik Ibrahim, ada pendapat berasal dari Turki dan ada pendapat lain menyatakan berasal dari Kashan sebuah tempat di Persia (Iran) sebagaimana tercatat pada prasasti makamnya. Ia adalah seorang ahli tata negara yang menjadi penasehat raja, guru para pangeran, dan juga dermawan terhadap fakir miskin.

Makamnya banyak diziarahi masyarakat hingga sekarang. Sunan Gresik dianggap sebagai penyiar Islam pertama di tanah Jawa, sehingga dianggap sebagai Ayah dari Walisongo.

Sunan Ampel atau Raden Rahmat (w. 1406 M)

Sunan Ampel merupakan satu di antara nama-nama Walisongo yang perlu kamu kenali. Raden Rahmat adalah putra cucu Raja Champa, ayahnya bernama Ibrahim As-Samarkandi yang menikah dengan Puteri Raja Champa yang bernama Dewi Candra Wulan. Raden Rahmat ke tanah Jawa langsung ke Majapahit, karena bibinya Dewi Dwara Wati diperistri Raja Brawijaya.

Raden Rahmat berhenti di Tuban dan di tempat itu beliau berkenalan dengan dua tokoh masyarakat yaitu Ki Wiryo Sarojo dan Ki Bang Kuning, yang keduanya kemudian masuk Islam beserta keluarganya. Dengan masuk Islamnya Ki Wiryo Sarojo dan Ki Bang Kuning, usaha Sunan Ampel semakin mudah dalam mendekati masyarakat dan melakukan dakwah Islam, sedikit demi sedikit mengajarkan Ketauhidan dan Ibadah.

Sunan Ampel wafat pada tahun 1406 M. Beliau dimakamkan di Kompleks Masjid Ampel, Surabaya. Sampai sekarang makam beliau banyak dikunjungi peziarah dari berbagai daerah di seluruh pelosok Indonesia.

Sunan Bonang atau Makhdum Ibrahim (w.1525 M)

Nama-nama Walisongo berikutnya yaitu Sunan Bonang, yang merupakan putra Sunan Ampel dari istri yang bernama Dewi Candrawati. Sunan Bonang dikenal sebagai ahli Ilmu Kalam dan Ilmu Tauhid. Maulana Makhdum Ibrahim banyak belajar di Pasai, kemudian sekembalinya dari Pasai, Maulana Makhdum Ibrahim mendirikan pesantren di daerah Tuban.

Dalam menjalankan kegiatan dakwahnya Maulana Makhdum Ibrahim mempunyai keunikan dengan cara mengubah nama-nama dewa dengan nama-nama malaikat sebagaimana yang dikenal dalam Islam.Hal ini dimaksudkan sebagai upaya persuasif terhadap penganut ajaran Hindu dan Budha yang telah lama dipeluk sebelumnya.

Santri yang belajar pada pesantren Maulana Makhdum Ibrahim, berasal dari seluruh penjuru daerah di tanah air. Sunan Bonang meninggal pada tahun 1525 dan dimakamkan di Tuban, daerah pesisir utara Jawa yang menjadi basis perjuangan dakwahnya.

Nama-Nama Walisongo

[Bintang] Ciri Orang Kembali Fitrah Menurut Wali Songo
Sunan Kalijaga | Dok. Bintang.com/Ardini Maharani

Sunan Kalijaga atau Raden Syahid (w. abad 15)

Sunan Kalijaga mempunyai nama kecil Raden Sahid, beliau juga dijuluki Syekh Malaya. Ayahnya bernama Raden Sahur Tumenggung Wilwatikta keturunan Ranggalawe yang sudah Islam dan menjadi bupati Tuban, sedangkan ibunya bernama Dewi Nawangrum.

Sunan Kalijaga merupakan salah satu nama-nama Walisongo yang asli orang Jawa. Sunan Kalijaga meninggal pada pertengahan abad XV dan makamnya ada di desa Kadilangu, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

Sunan Giri atau Raden ‘Ainul Yaqin (w. Abad 15)

Sunan Giri atau Raden ’Ainul Yaqin merupakan putra dari Syekh Maulana Ishaq (murid Sunan Ampel). Sunan Giri yang dikenal juga dengan nama Raden Paku, menimba ilmu di Pesantren Ampel Denta (Surabaya) milik Sunan Ampel.

Ketika hendak melaksanakan ibadah haji bersama Sunan Bonang, keduanya menyempatkan singgah di Pasai untuk memperdalam ilmu keimanan dan tasawuf. Pada sebuah kisah diceritakan bahwa Raden Paku sebagai salah satu nama-nama Walisongo bisa mencapai tingkatan ilmu laduni. Dengan prestasi tersebut Raden Paku dikenal juga dengan panggilan Raden ‘Ainul Yaqin. Sunan Giri meninggal sekitar awal abad ke-16, makam beliau ada di Bukit Giri, Gresik.

Sunan Drajad atau Raden Qasim (w. 1522 M)

Sunan Drajad atau Raden Qasim berdakwah di daerah Drajad kecamatan Paciran Lamongan. Ia merupakan putra Sunan Ampel dari istri kedua yang bernama Dewi Candrawati, dan bersaudara dengan Raden Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang). Sebagai satu di antara nama-nama Walisongo, Sunan Drajad ia juga mempunyai dua orang saudara seayah lain ibu, yaitu Dewi Murtasiyah (istri R. Fatah) dan Dewi Murtasimah (istri Sunan Giri). Sementara itu, istri Sunan Drajad adalah Dewi Shofiyah putri dari Sunan Gunung Jati.

Nama-Nama Walisongo

Peziarah Padati Makam Sunan Kudus Jelang Ramadhan
Peziarah saat mendatangi makam Sunan Kudus, Kauman, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Rabu (30/3/2022). Humas Yayasan Masjid, Menara, dan Makam Sunan Kudus, Denny Nur Hakim mencatat jumlah peziarah mengalami peningkatan menjelang bulan Ramadan tahun ini. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sunan Kudus atau Raden Ja’far Shadiq (w.1550 M)

Nama-nama Walisongo berikutnya yaitu Sunan Kudus, yang juga dikenal sebagai Ja’far Sadiq atau Raden Undung. Ja’far Sadiq (Sunan Kudus) merupakan putra Raden Usman Haji yang menyebarkan agama Islam di daerah Jipang Panolan, Blora, Jawa Tengah. Sunan Kudus juga dikenal dengan julukan wali al-ilmi, karena sangat menguasai ilmu-ilmu agama, terutama tafsir, fikih, usul fikih, tauhid, hadits, serta logika.

Sunan Kudus juga dipercaya sebagai panglima perang Kesultanan Demak. Ia mendapat kepercayaan untuk mengendalikan pemerintahan di daerah Kudus, sehingga ia menjadi pemimpin pemerintahan (Bupati) sekaligus pemimpin agama. Sunan Kudus meninggal di Kudus pada tahun 1550, makamnya berada di dalam kompleks Masjid Menara Kudus.

Sunan Muria atau Raden Umar Said (w. abad 15)

Nama-nama Walisongo berikutnya yaitu Sunan Muria. Sunan Muria adalah putera Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Nama aslinya adalah Raden Umar Said, dan dikenal sebagai Sunan Muria karena pusat dakwah dan bermukim beliau di Bukit Muria. Dalam sejarah tidak diketahui secara persis tahun meninggalnya dan menurut perkiraan, Sunan Muria meninggal pada abad ke-16 dan dimakamkan di Bukit Muria, Kudus.

Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah (w. 1570 M)

Nama-nama Walisongo selanjutnya adalah Sunan Gunung Jati, yang memiliki nama asli Syarif Hidayatullah. Beliau banyak memberikan kontribusi dalam menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Barat. Syarif Hidayatullah dikenal sebagai pendiri Kesultanan Cirebon dan Banten.

Sunan Gunung Jati berasal dari Pasai. Setelah kembali dari Tanah Suci pada tahun 1524, Ia lalu langsung menuju Demak dan beristri adik Sultan Trenggana. Atas dukungan dari Sultan Trenggana, beliau berangkat ke Banten untuk mendirikan sebuah pemukiman muslim. Kemudian dari Banten, Nurullah melebarkan pengaruhnya ke daerah Sunda Kelapa.

Sunan Gunung Jati wafat di Cirebon pada tahun 1570 dan usianya diperkiran sekitar 80 tahun. Makamnya terdapat di kompleks pemakaman Wukir Sapta Pangga di Gunung Jati, Desa Astana Cirebon, Jawa Barat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya