Kisah Pertemuan Maryam dengan Malaikat Jibril hingga Diangkatnya Isa Al-Masih

Ibunda Nabi Isa AS atau Isa Al-Masih adalah Maryam binti Imran. Maryam sebelumnya bertemu dengan Malaikat Jibril

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Mei 2023, 04:30 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2023, 04:30 WIB
Ilustrasi - Kisah kelahiran Nabi Isa AS atau Isa Al-Masih
Ilustrasi - Kisah kelahiran Nabi Isa AS atau Isa Al-Masih

Liputan6.com, Jakarta - Nabi Isa AS atau dikenal juga Isa Al-Masih dikenal dalam agama samawi, Nasrani dan Islam, meski dengan sudut pandang dan status berbeda.

Dalam Islam, Nabi Isa AS adalah nabi dan rasul. Hanya saja, Nabi Isa AS memiliki tempat istimewa nan agung, yakni sebagai salah satu ulul azmi.

Dalam khazanah Islam, Nabi Isa juga banyak diperbincangkan karena kelahirannya yang unik, kehidupan, dan kematiannya atau lebih tepatnya diangkatnya Nabi Isa AS.

Diketahui, Nabi Isa AS lahir tanpa seorang ayah. Allah menciptakannya tanpa seorang bapak. Hal itu tidaklah sulit bagi Allah, sebagaimana penciptaan Nabi Adam AS, yang tanpa bapak dan ibu.

إِنَّ مَثَلَ عِيسَىٰ عِنْدَ اللهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

Maknanya: “Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa bagi Allah, adalah seperti (penciptaan) Âdam. Allah menciptakan Âdam dari tanah, kemudian Allah memunculkannya dengan mudah dan tanpa lelah. ” (QS Ali ‘Imran: 59).

Ibunda Nabi Isa AS adalah Maryam binti Imran. Oleh umat Islam, dia juga disebut sebagai Sayyidah Maryam atau Siti Maryam, yang menunjukkan penghormatan dan kekaguman muslim kepada ibu Isa Al-Masih ini. 

 

Simak Video Pilihan Ini:

Pertemuan Maryam dengan Malaikat Jibril

Seperti penjelasan di NU Online, Ibunda Nabi Isa, yaitu Sayyidah Maryam ‘alaihassalam adalah wanita paling mulia di dunia. Allah subhanahu wata’ala menyifatinya dalam Al-Qur’an dengan gelar ash-shiddîqah. Maryam tumbuh besar dalam kesucian dan jauh dari maksiat.

Ia terdidik dalam kondisi bertakwa kepada Allah, melaksanakan semua kewajiban, menjauhi semua perkara haram dan memperbanyak amalan-amalan sunnah.

Maryam diberikan kabar gembira oleh para malaikat bahwa Allah SWT memilihnya di antara seluruh wanita yang ada, dan Allah menyucikannya dari segala perbuatan kotor dan hina. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وَإِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَىٰ نِسَاءِ الْعَالَمِينَ. (سورة آل عمران: ٤٢)

Maknanya: “Dan (ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia. ” (QS Âli ‘Imrân: 42)

Para malaikat bukanlah laki-laki dan bukan pula perempuan. Mereka adalah para hamba yang mulia yang diciptakan dari cahaya. Kadang mereka beralih bentuk dengan bentuk laki-laki tanpa alat kelamin laki-laki. Dengan bentuk inilah, Allah mengutus Jibril ‘alaihissalam suatu hari kepada Sayyidah Maryam dalam rupa seorang pemuda yang putih mukanya.

Ketika Sayyidah Maryam melihat Jibril ‘alaihissalam yang berbentuk seorang pemuda yang berparas putih, beliau tidak mengenalinya, lalu Maryam takut kepadanya, bingung dan mengkhawatirkan keselamatan dirinya. Sayyidah Maryam mengira Jibril adalah seorang manusia yang datang untuk mengganggunya. Maka Sayyidah Maryam mengatakan apa yang Allah beritakan dalam Al-Qur’an:

قَالَتْ إِنِّي أَعُوذُ بِالرَّحْمَٰنِ مِنْكَ إِنْ كُنْتَ تَقِيًّا. (سورة مريم: ١٨)

Maknanya: “Maryam berkata: Sesungguhnya aku berlindung darimu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa. ” (QS Maryam: 18).

Seolah Maryam berkata, wahai Jibril, jika anda orang yang bertakwa dan taat kepada Allah, maka janganlah melakukan keburukan terhadapku. Maka Jibril berkata bahwa ia diutus kepadanya untuk memberikan anak yang shalih yang bersih dari segala dosa.

Lalu Maryam berkata: “Bagaimana mungkin aku mempunyai seorang anak padahal tidak ada suami yang mendekatiku dan aku juga bukan pendosa dan pelaku zina?” Jibril pun menjawab tentang keheranannya bahwa menciptakan seorang anak tanpa bapak adalah mudah bagi Allah subhanahu wata’ala dan Allah akan menjadikannya pertanda bagi manusia dan bukti kesempurnaan atas kekuasaan (qudrah) Allah subhanahu wata’ala serta menjadi rahmat dan nikmat bagi orang yang mengikuti, mempercayai dan beriman kepadanya.

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا قَصِيًّا، فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَىٰ جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَٰذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا، فَنَادَاهَا مِنْ تَحْتِهَا أَلَّا تَحْزَنِي قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا، وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا، فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا ۖ فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَٰنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا. (سورة مريم: ٢٢ - ٢٦)

Maknanya: “Maka Maryam mengandung, lalu ia mengasingkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan, lagi dilupakan. ” Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah engkau bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini" (QS Maryam: 22-26).

 

Kelahiran Nabi Isa AS

Jibril ‘alaihissalam meniupkan di kerah baju (bukaan di bagian leher) Sayyidah Maryam, maka beliau mengandung Nabi Isa. Kemudian Maryam mengasingkan diri dengan kandungannya itu dan menjauh, karena takut diolok-olok masyarakat sebab ia melahirkan tanpa suami.

Rasa sakit menjelang kelahiran pun mengantarkan Sayyidah Maryam ke batang sebuah pohon kurma yang sudah kering. Di sana karena takut disakiti orang, Sayyidah Maryam berharap untuk mati.

Maka Jibril memanggilnya dari sebuah tempat di bawahnya di lereng sebuah gunung untuk menenangkannya dan memberitahukan kepadanya bahwa Allah subhanahu wata’ala menjadikan sungai kecil di dekatnya dan Jibril memerintahkannya agar menggoncang batang pangkal pohon kurma tersebut sehingga berguguran ruthab (kurma yang mulai enak dimakan) yang masih segar, agar Maryam makan dan minum dari rezeki yang Allah berikan kepadanya, dan agar ia senang.

Jibril juga mengatakan kepadanya supaya berkata kepada orang yang melihatnya dan bertanya kepadanya tentang putranya:

“Aku telah bernazar kepada Allah untuk tidak berbicara kepada seorang pun.”

Nazar seperti ini sah dalam syari’at-syari’at terdahulu. Saudara-saudaraku, Kemudian setelah proses melahirkan yang penuh berkah, Sayyidah Maryam pun kembali kepada kaumnya membawa putranya Isa ‘alaihissalam sebagaimana Allah tegaskan dalam Al-Qur’an:

فَأَتَتْ بِهِ قَوْمَهَا تَحْمِلُهُ قَالُوا يَا مَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْئًا فَرِيًّا. (سورة مريم: ٢٧)

Maknanya: “Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: ‘Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar’. ” (QS Maryam: 27).

Kaumnya pun berkata kepadanya: Engkau telah melakukan perbuatan mungkar yang besar. Mereka berburuk sangka kepada Maryam, menyalah-nyalahkan dan menyakitinya sementara Maryam tetap diam dan tidak menjawab, karena ia telah memberitahukan kepada mereka bahwa ia telah bernazar kepada Allah untuk tidak berbicara.

Ketika keadaan menjadi sulit, maka Maryam menunjuk kepada Isa agar mereka berbicara kepadanya. Ketika itulah, mereka berkata kepada Maryam apa yang Allah beritakan dalam Al-Qur’an denganfirman-Nya:

فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ قَالُوا كَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِي الْمَهْدِ صَبِيًّا. (سورة مريم: ٢٩)

Maknanya: “Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: ‘Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?’” (QS Maryam: 29)

 

Diangkatnya Isa Al-Masih

Ketika itulah, Allah subhanahu wata’ala Yang Mahakuasa atas segala sesuatu dengan qudrah-Nya menjadikan Isa ‘alaihissalam mampu berbicara, padahal ketika itu ia masih berupa bayi yang menyusu. Maka Isa mengatakan apa yang Allah sebutkan dalam Al-Qur’an:

قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللهِ. (سورة مريم: ٣٠)

Maknanya: “Isa berkata: Sesungguhnya aku ini hamba Allah…” (QS Maryam: 30)

Allah menjadikannya mampu berbicara saat masih dalam buaian. Dan kalimat pertama yang diucapkan Isa ‘alaihissalam adalah "abdullâh" sebagai pengakuan akan kehambaannya kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Dzat yang tidak melahirkan dan dilahirkan.

آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا، وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ. (سورة مريم: ٣٠-٣١)

Maknanya: “Dia memberiku al Kitâb (Injîl) dan Dia menjadikanku seorang nabi. Dan Dia menjadikanku seorang yang diberkati di mana saja aku berada…” (QS Maryam: 30-31).

Yakni, Allah jadikan aku bermanfaat bagi orang banyak, mengajarkan kebaikan ke mana pun aku pergi.

وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا، وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا. (سورة مريم: ٣١-٣٣)

Maknanya: “…dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali. ” (QS Maryam: 31-33)

Isa ‘alaihissalam tumbuh dengan baik. Lalu ia menghafal kitab Taurât dan mengamalkan syari’atnya, hingga Allah menurunkan wahyu kepadanya. Maka ia berbicara kepada Bani Israil, mengatakan apa yang Allah beritakan dalam Al-Qur’an:

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ ۖ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَٰذَا سِحْرٌ مُبِينٌ

Maknanya: “Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurât, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad). ”Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata. ” (QS ash-Shaff: 6)

Lalu Nabi Isa ‘alaihissalam berdakwah kepada kaumnya seperti halnya semua nabi dan rasul. Ia mengajak kaumnya kepada Islam, beribadah kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Akan tetapi kaumnya mendustakannya, iri terhadapnya, dan menudingnya sebagai seorang penyihir, dan tidak ada yang beriman kepadanya kecuali jumlah yang sedikit.

Kaumnya mulai menyakitinya dan berupaya membunuhnya, akan tetapi Allah menjaganya dan mengangkatnya ke langit seperti disebutkan dalam Al-Qur’an. Nabi Isa ‘alaihissalam seperti utusan-utusan Allah yang lain telah menyampaikan berita gembira tentang penutup para nabi, yakni nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan mewasiatkan kepada para pengikutnya agar mengikuti Muhammad dan membelanya jika mereka mendapati masanya diutus.

 

Wasiat Nabi Isa AS

Abû Sa’d an-Naysabûri dalam kitabnya, Syaraf al-Mushthafâ telah meriwayatkan bahwa suatu ketika ada empat orang yang berangkat dari Yaman menuju Makkah di awal masa diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Di antara mereka ada seorang yang bernama Ja’d bin Qays al Murâdiyy. Malam pun tiba, ketika mereka berada di padang yang terbuka, maka mereka singgah di sebuah tempat dan tidur kecuali Ja’d bin Qays al Murâdiyy. Tiba-tiba Ja’d mendengar suara tanpa rupa, berkata kepadanya:

أَلَا أيُّهَا الرَّكْبُ الْمُعَرِّسُ بَلِّغُوْا :: إِذَا مَا وَصَـلْتُمْ لِلْحَطِيـمِ وَزَمْزَمَا مُحَمَّدَنِ الْمَبْعُـوْثَ مِنَّــا تَحِيَّــةً :: تُشَــيِّعُهُ مِنْ حَيْثُ سَــارَ وَيَمَّمَا وقُوْلُوْا لَهُ إِنَّـا لِـدِيْنِكَ شِــــيْعَةٌ :: بِذٰلِكَ أَوْصَانَا الْمَسِيْحُ ابنُ مَرْيَمَا

“Wahai rombongan yang sedang beristirahat, jika kalian sampai ke Hathîm dan Zamzam, sampaikanlah dari kami ucapan salam kepada Muhammad yang diutus oleh Allah. Keselamatan semoga selalu menyertainya ke mana pun ia berjalan dan bepergian, katakanlah kepadanya: Kami adalah pendukung-pendukung agamamu, dengan inilah al Masîh Ibnu Maryam berpesan kepada kami."

Ternyata suara tersebut berasal dari seorang jin mukmin yang mendapati masa Nabi Isa ‘alaihissalam sebelum diangkat ke langit. Jin ini beriman kepada Nabi Isa dan mendengar wasiatnya untuk beriman kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallamdan mengikutinya ketika ia muncul.

Jin ini berpesan kepada Ja’d agar menyampaikan salamnya kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, jika ia telah sampai di Makkah. Ketika rombongan tersebut sampai ke Makkah, Ja’d bertanya kepada penduduk Makkah tentang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, akhirnya Ja’d bertemu dengan Nabi, beriman kepadanya dan masuk Islam.

Peristiwa ini terjadi sebelum kabar tentang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tersebar di jazirah Arab. Dalam kisah ini juga terdapat tambahan penjelasan bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam datang membawa agama Islam seperti halnya semua nabi yang lain sebagaimana diriwayatkan oleh al Bukhâri bahwa Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

اَلْأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلَّاتٍ دِيْنُهُمْ وَاحِدٌ وَأُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى، وَأَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ لَيْسَ بَيْنِيْ وَبَيْنَهُ نَبِيٌّ

Maknanya: “Para nabi bagaikan saudara-saudara seayah, (yakni agama mereka satu, yaitu Islam) dan ibu-ibu mereka (yakni syari’at-syari’at mereka) berbeda-beda, dan aku adalah orang yang paling dekat dengan Isa bin Maryam, tidak ada nabi lain antara diriku dan Nabi Isa. ” (HٌR al Bukhâri). (sumber: nu.or.id).

Tim Rembulan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya