Tidak Membatalkan Puasa, Berikut 7 Perbuatan yang Merusak Pahalanya

Penting bagi setiap muslim untuk waspada, agar selain menghindari hal yang dapat membatalkan puasa, kita juga harus bisa menghindari hal-hal yang tidak membatalkan puasa, tapi justru merusak pahala puasa.

oleh Mabruri Pudyas Salim diperbarui 07 Mar 2024, 11:05 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2024, 11:05 WIB
Bacaan Niat Puasa Rajab Beserta Hukum dan Keutamaannya
Ilustrasi Berpuasa Credit: pexels.com/Hint

Liputan6.com, Jakarta Puasa adalah salah satu ibadah yang dilakukan oleh umat Muslim pada bulan Ramadhan. Selama bulan ini, umat Muslim diwajibkan menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Namun, tidak semua aktivitas yang dilakukan umat Muslim selama berpuasa dapat membatalkan ibadah tersebut. Selain itu, ada beberapa perbuatan yang meskipun tidak membatalkan puasa, tetapi dapat merusak pahalanya.

Oleh karena itu, penting bagi setiap muslim untuk waspada, agar selain menghindari hal yang dapat membatalkan puasa, kita juga harus bisa menghindari hal-hal yang tidak membatalkan puasa, tapi justru merusak pahala puasa. Tentu kita tidak menginginkan ibadah puasa kita hanya menghasilkan rasa lapar dan haus saja, tanpa mendapatkan pahala dari Allah SWT.

Lalu apa saja hal yang tidak membatalkan puasa, tapi dapat merusak pahalanya? Berikut adalah hal-hal yang tidak membatalkan puasa, tetapi merusak pahalanya, seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (5/2/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


1. Berdusta atau Berbohong

Berdusta atau berbohong adalah perbuatan yang tidak dapat membatalkan puasa, namun dapat merusak atau mengurangi pahala puasa yang kita peroleh. Dalam puasa, kita dituntut untuk menjaga keikhlasan dan ketulusan dalam beribadah kepada Allah. Dengan berdusta atau berbohong, kita melanggar tuntutan tersebut.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa tidak meninggalkan ucapan dusta dan perbuatan dusta, maka Allah tidak membutuhkan dia meninggalkan makan dan minum." (HR. Bukhari-Muslim)

Dampak dari berbohong atau berdusta dapat merusak hubungan dengan sesama manusia dan merusak kepercayaan orang lain terhadap kita. Dalam konteks puasa, hal ini dapat mengurangi pahala yang kita dapatkan. Sebagai seorang muslim, kita harus berusaha untuk menjadi orang jujur dan memiliki integritas yang baik. Dalam puasa, kita diberikan kesempatan untuk melatih diri menjadi pribadi yang jujur dan dapat dipercaya.

Oleh karena itu, meskipun berdusta atau berbohong tidak membatalkan puasa, kita harus menghindari perbuatan tersebut karena dapat merusak atau mengurangi pahala puasa yang kita peroleh. Kita harus senantiasa berusaha untuk menjadi pribadi yang jujur dan terhindar dari perbuatan berdusta atau berbohong, sehingga puasa yang kita lakukan benar-benar membawa keberkahan dan meningkatkan kualitas spiritual kita.


2. Memaki atau Berkata Kasar

Melakukan Hal yang Negatif
Ilustrasi Pria Marah Credit: pexels.com/Moose

Memaki atau berkata kasar bukanlah hal yang dapat membatalkan puasa, namun dapat merusak atau mengurangi pahalanya. Saat menjalankan ibadah puasa, umat Muslim diwajibkan untuk menjaga ucapan dan perilaku. Hal ini bertujuan agar puasa dapat menghasilkan manfaat spiritual dan mendekatkan diri kepada Allah.

Memaki atau berkata kasar merupakan tindakan yang tidak membawa kebaikan dan bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Bahkan, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Puasa itu bukanlah sekedar menahan makan dan minum, tapi juga menahan diri dari ucapan dan perbuatan yang sia-sia. Jika ada seseorang yang mengolok-olok atau bertindak kasar pada dirinya, maka katakanlah, ‘Saya sedang berpuasa." (HR. Bukhari)

Selain itu, perkataan kasar juga dapat menyebabkan konflik dan pertengkaran antara sesama muslim. Hal ini bertentangan dengan tujuan puasa yang seharusnya mendatangkan kedamaian dan keselarasan di antara umat. Sebagai umat Muslim, kita harus berusaha menjaga ketenangan hati dan kesopanan dalam berkomunikasi.

Oleh karena itu, meskipun memaki atau berkata kasar tidak membatalkan puasa secara harfiah, namun tindakan tersebut dapat merusak atau mengurangi pahala puasa. Sebagai umat Muslim yang menjalankan ibadah puasa, kita seharusnya berusaha menjauhkan diri dari tindakan yang dapat merusak ibadah tersebut dan melakukan perbuatan baik serta menyebarkan kebaikan kepada sesama.


3. Melakukan Perbuatan Keji dan Mungkar

Ilustrasi mencontek di kelas
Ilustrasi mencontek. (Image by Freepik)

Melakukan perbuatan keji dan mungkar bukanlah hal yang membatalkan puasa, namun dapat merusak atau mengurangi pahala puasa yang telah kita usahakan. Puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga membangun kesadaran diri untuk menghindari perbuatan yang dilarang oleh agama.

Melakukan perbuatan keji, seperti berbohong, mencuri, atau berbuat curang, tidak serta-merta membatalkan puasa. Akan tetapi, perbuatan tersebut dapat mengurangi nilai pahala puasa kita. Hal ini karena puasa seharusnya menginspirasi kita untuk meningkatkan ketaqwaan dan mendekatkan diri kepada Allah. Jika kita melakukan perbuatan keji, kita justru menjauhkan diri dari tujuan utama puasa.

Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 185, "Puasa itu diwajibkan bagimu sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelummu agar kamu bertakwa." Jika seorang muslim melakukan perbuatan keji dan mungkar, maka ia justru meninggalkan takwa, sehingga hal ini dapat mengurangi pahala puasanya.

Selain itu, melakukan perbuatan mungkar juga dapat merusak pahala puasa. Misalnya, kita marah dan memaki-maki orang lain. Dalam Islam, menjaga lisan adalah bagian integral dari puasa. Jadi, jika kita terjebak dalam perbuatan mungkar seperti itu, maka kita telah gagal menjaga puasa dengan baik dan merusak pahala yang seharusnya kita peroleh.

Mengingat hal-hal tersebut, sangat penting bagi kita untuk menjaga diri agar tidak melakukan perbuatan keji dan mungkar selama berpuasa. Dengan begitu, kita dapat memaksimalkan pahala yang telah Allah janjikan kepada orang yang berpuasa dengan benar dan ikhlas.


4. Memandang dengan Syahwat

Ilustrasi Islami, muslimah, membaca buku, belajar hadis
Ilustrasi Islami, muslimah, membaca buku, belajar hadis. (Foto oleh Mikhail Nilov: https://www.pexels.com/id-id/foto/restoran-orang-wanita-laptop-7582414/)

Memandang dengan syahwat merupakan salah satu hal yang tidak membatalkan puasa, namun dapat merusak atau mengurangi pahala puasa. Syahwat dalam konteks ini adalah rasa hasrat atau keinginan yang timbul ketika melihat sesuatu yang menggugah nafsu.

Sebagai muslim yang menjalankan puasa, tugas utamanya adalah menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkan puasa, baik secara fisik maupun spiritual. Namun, memandang dengan syahwat dapat mengubah kualitas puasa kita. Ketika seseorang memandang sesuatu dengan syahwat, pikiran dan perasaannya tertuju pada nafsu yang tidak sejalan dengan nilai-nilai puasa.

Nabi Muhammad SAW bersabda: "Barangsiapa berpuasa untuk Allah dan memelihara pandangan matanya, maka ia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam puasa, ada aspek spiritual yang sangat penting. Puasa bukan hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menahan diri dari segala bentuk godaan dan menguji kekuatan iman kita. Ketika memandang dengan syahwat, keutamaan puasa menjadi terancam. Kita tidak lagi fokus pada ibadah yang seharusnya dilakukan saat berpuasa.

Hal ini juga dapat merusak kemuliaan puasa. Pahala puasa akan berkurang apabila kita terus memandang dengan syahwat, menajamkan nafsu, atau bahkan melakukan perbuatan maksiat. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengendalikan pandangan kita dan menghindari melihat hal-hal yang mengundang syahwat saat menjalankan puasa.

Dalam sikapnya yang menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual dan perbaikan diri, Islam mengajarkan kita untuk menjaga kemurnian hati, pikiran, dan pandangan. Dengan menjauhkan diri dari memandang dengan syahwat, kita dapat menjaga kemuliaan puasa dan beramal dengan sebaik-baiknya.


5. Memutuskan Silaturahim

Silaturahmi
Ilustrasi Hubungan Tali Silaturahmi Credit: freepik.com

Memutuskan silaturahim bukanlah hal yang dapat membatalkan puasa, namun dapat merusak atau mengurangi pahala puasa yang kita dapatkan. Puasa adalah ibadah yang dilakukan selama bulan Ramadan dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan kesabaran serta ketaqwaan.

Silaturahim merupakan salah satu nilai yang sangat dianjurkan dalam agama Islam. Dalam hadis riwayat Abu Hurairah, Rasulullah pernah bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang tidak menyayangi dan tidak disayangi." Silaturahim merupakan bentuk kasih sayang dan saling menyayangi antara sesama muslim.

Mengapa memutuskan silaturahim dapat merusak pahala puasa? Karena dengan memutuskan silaturahim, kita mengabaikan salah satu nilai penting dalam Islam. Kita tidak lagi berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan keluarga, tetangga, teman, atau rekan kerja. Ini dapat menyebabkan terjadinya permusuhan, ketidakharmonisan, dan meningkatkan amarah kita.

Nabi Muhammad SAW bersabda: "Tidak diterima amal kecuali dengan diikuti oleh hubungan baik di antara kalian." (HR. Bukhari)

Puasa memberikan kesempatan bagi kita untuk mengendalikan diri dan meningkatkan kualitas ibadah kita. Namun, jika kita terus memutuskan silaturahim, kita tidak hanya merugikan orang lain, tetapi juga merugikan diri sendiri. Kita kehilangan kedamaian dan rasa tenteram dalam hidup ini.

Oleh karena itu, mari kita jaga dan pertahankan hubungan silaturahim kita. Dengan mempererat tali persaudaraan, kita tidak hanya memperoleh pahala puasa, tetapi juga mendapatkan keberkahan dan kenikmatan dalam hidup ini.

 


6. Tidak Menunaikan Shalat

sujud
Arti mimpi shalat adalah diampuni semua kesalahanmu/Copyright shutterstock.com/Gatot Adri

Tidak Menunaikan Shalat merupakan salah satu hal yang tidak membatalkan puasa, namun dapat merusak atau mengurangi pahala puasa seseorang. Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang sangat penting dan diperintahkan kepada setiap muslim. Puasa sendiri telah diatur dalam Islam sebagai ibadah yang wajib dilakukan selama bulan Ramadhan.

Tidak Menunaikan Shalat ketika seseorang sedang berpuasa dapat mengurangi pahalanya karena shalat merupakan sarana untuk berkomunikasi langsung dengan Allah SWT. Dalam shalat, seorang muslim berbicara kepada Allah, menghadapkan segala permohonan, rasa syukur, dan permintaan ampun kepada-Nya. Melalui shalat, seseorang dapat membersihkan hati, menghilangkan ego, dan memperkokoh ikatan dengan Tuhan.

Nabi Muhammad SAW bersabda: "Tidak diterima puasa orang yang tidak mengerjakan shalat." (HR. Ahmad)

Oleh karena itu, ketika seseorang tidak menunaikan shalat ketika berpuasa, hal itu dapat mengurangi pahala puasanya. Meskipun puasa tetap valid dan tidak terbatal, namun keutuhan ibadah puasa tersebut akan terpengaruh. Seorang muslim harus menyadari bahwa puasa hanya akan memberikan pahala penuh jika disertai dengan ketaatan dan pemenuhan terhadap seluruh ibadah yang lain, termasuk shalat.

Dalam Islam, ibadah puasa dan shalat saling berkaitan dan saling melengkapi. Dalam menjalankan ibadah puasa, seorang muslim diwajibkan untuk menjaga kesucian hati dan menjalankan shalat dengan baik. Dengan melaksanakan kedua ibadah ini dengan benar, pahala puasa akan lebih sempurna. Jadi, meskipun tidak menunaikan shalat tidak membatalkan puasa, namun akan menyebabkan pahala puasa menjadi kurang optimal.


7. Berghibah

1. Membicarakan Orang Lain
Membicarakan orang lain atau ghibah merupakan perilaku yang bisa mengurangi pahala puasa (Sumber foto: projectinspired.com)

Berghibah merupakan suatu perbuatan yang tidak termasuk dalam kategori pembatalan puasa, namun dapat merusak atau mengurangi pahala ibadah puasa. Berghibah dapat diartikan sebagai tindakan mengumpat atau menyebarkan informasi negatif serta menggunjing orang lain di belakang punggungnya.

Aktivitas berghibah ini sangat dilarang dalam agama Islam karena dapat merusak tali silaturahmi antara sesama muslim dan menimbulkan fitnah. Selain itu, berghibah juga menjadi penyebab terjadinya perpecahan serta konflik di antara orang-orang yang seharusnya saling mendukung dan membantu.

Meskipun berghibah tidak secara langsung membatalkan puasa, namun perbuatan ini dapat mengurangi pahala ibadah puasa kita. Rasulullah Nabi Muhammad SAW bersabda: "Ada 5 perkara yang membatalkan pahala orang yang berpuasa, yaitu (1) berdusta; (2) berghibah; (3) mengadu domba; (4) bersumpah palsu; (5) memandang dengan syahwat," (H.R. Dailami).

Maka dari itu, dalam menjalankan ibadah puasa, kita harus menjaga lisan dan pikiran kita agar terbebas dari berghibah. Memperbaiki diri, mengendalikan emosi, serta berusaha untuk tidak terlibat dalam kegiatan negatif akan membantu kita menjaga pahala puasa dan mendapatkan manfaat yang sebenarnya dari ibadah tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya