Hewan Qurban akan Jadi Kendaraan ke Surga? Simak Penjelasan Ustadz Adi Hidayat

Benarkah hewan qurban kita nantinya akan menjadi kendaraan menuju surga? Kajian hadis dan makna kiasan penjelasan Ustadz Adi Hidayat (UAH)

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Apr 2024, 07:30 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2024, 07:30 WIB
Ustaz Adi Hidayat
Ustaz Adi Hidayat. (YouTube Adi Hidayat Official)

Liputan6.com, Cilacap - Kalangan umat Islam barangkali sering mendengar bahwa hewan qurban kelak di akhirat akan menjadi kendaraan menuju surga. Lebih spesifik, hewan kurban itu akan jadi kendaraan untuk melintasi Shiratal Mustaqim.

Cerita ini rupanya juga ditanyakan seorang jemaah kepada Ustadz Adi Hidayat atau UAH.

“Saya pernah mendengar bahwa qurban kita akan menjadi kendaraan orang yang berkurban saat di akhirat Apakah benar Ustadz?” tanya seorang jemaah, sebagaimana dibacakan oleh UAH yang dikutip dari tayangan YouTube Adi Hidayat Official, Senin (22/04/2024).

Menanggapi pertanyaan itu, UAH menjawab bahwa dirinya juga pernah mendengar, bahkan juga membaca perihal riwayat tersebut.

“Saya pun demikian pernah mendengar dan membaca juga referensi-referensi terkait, Khususnya ada riwayat yang disandarkan kepada Nabi SAW dengan kalimat gemukkanlah, baguskanlah hewan-hewan sembelihan kalian, karena sesungguhnya hewan-hewan qurban, hewan-hewan sembelihan yang dibaguskan itu nanti akan datang di hari kiamat menjadi kendaraan kalian melewati shirat,” terangnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Kualitas Hadis

Ustadz Adi Hidayat (UAH)
Ustadz Adi Hidayat (Foto: Tangkapan Layar Youtube @aagymoffical)

Hanya saja berdasarkan keterangan UAH bahwa para ulama menilai hadis ini tergolong hadis yang lemah. bahkan sebagian lainnya menilai hadis ini tidak memiliki asal.

"Namun demikian persoalannya, riwayat ini dan riwayat-riwayat terkait, nanti ada beberapa jenis lafadz-lafadz yang berbeda ada yang samminu atau addzimmu, besarkan, baguskan, cari yang terbaik hewan kurban kalian dan ujungnya sama bahwa sesungguhnya hewan-hewan itu akan jadi kendaraan tunggangan kalian saat melewati shirat atau di hari kiamat, seluruh riwayat-riwayat ini persoalannya dinilai oleh para ulama-ulama pakar dibidang ahli hadis itu sebagai riwayat-riwayat yang sangat lemah, bahkan sebagian di antaranya tidak memiliki asal. Sehingga disebut hadits-hadits yang bermasalah," tandasnya.

Lantas UAH menyebutkan beberapa ulama hadis yang mengomentari kualitas hadis ini seperti Ibnu Arabi, Ibnu Hajar al-Asqalani, Al-Munawi dan Imam Suyuti.

"Bahkan Ibn al-Arabi Al-Maliki menyebut hampir seluruh hadits-hadits yang terkait dengan keutamaan-keutamaan penyembelihan korban yang dimaksudkan keutamaan ini yang berlebihan yang seperti tadi disampaikan itu tidak ditemukan kekuatannya atau dipandang lemah dalam persoalan-persoalan terkait dengan keutamaan-keutamaan penyembelihan hewan kurban," terangnya.

"Di sini kita bisa temukan beberapa ulama mengomentari spesifik atas riwayat yang tadi disampaikan seperti al-imam Ibnu Hajar al-asqalani dalam Talkhisul Khabir juga menyebut riwayat ini sangat lemah sekali.

Demikian juga dengan As-Shakhawi, pakar di bidang penelitian hadis, dia punya kitab yang disebut maqasidul hasanah, juga Senada dengan Ibnu Hajar al-asqalani menilai hadits ini sangat lemah sekali.

Demikian juga Al-Munawi dalam Faidul Qadir, beliau menyebut bahwa ini pun sangat lemah sekali dan beberapa ulama termasuk Imam Suyuti, beliau menilai bahwa hadits ini sangat lemah sekali," sambungnya.

Makna Majazi, Beribadah dengan yang Terbaik

Ustaz Adi Hidayat (UAH)
Pesan dan Doa Ustaz Adi Hidayat (UAH) terkait Gempa di Cianjur

Meski dinilai hadis lemah, namun ada sebagian ulama tidak memberikan makna sebenarnya dengan kendaraan melainkan dengan makna majazi.

Dengan anjuran untuk mencari hewan sembelihan yang gemuk dan bagus ini maksudnya ialah agar pahala yang diterima orang tang berkurban semakin banyak sehingga menyebabkan ia mudah melewati shirat.

Ada yang menarik beberapa komentar para ulama, sekalipun pandangan mereka menyebut bahwa riwayat-riwayat ini lemah. Bahkan pada sebagian riwayatnya yang lain itu tidak ada asalnya, tidak ada ketersambungan kepada Nabi SAW sehingga disebut dengan hadis-hadis yang palsu, hadis-hadis yang cacat sanad.

Namun demikian kata, UAH, ada komentar yang juga cukup bagus dari sebagian kalangan ulama yang menyebutkan boleh jadi perkataan-perkataan ini sesungguhnya bukan ingin menunjukkan kendaraan sebagai makna sebenarnya. Bisa jadi, kendaraan yang dimaksud adalah kiasan atau majazi.

Sebab, ungkapan-ungkapan dalam bahasa Arab seringkali juga bisa bermakna kiasan.

"Apa maksudnya? Maksudnya adalah hewan-hewan ini, jika memang kita bisa mencari yang paling bagus, mencari yang paling baik maka dimungkinkan pahalanya semakin bagus, ya semakin baik, semakin banyak dan dengan banyaknya pahala ini ide yang akan memudahkan kita melewati shirat karena timbangannya semakin besar, timbangan semakin banyak," terangnya.

Penulis : Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya