Liputan6.com, Jakarta - Muhammadiyah dan Salafi sering dianggap sama secara keseluruhan. Bahkan Muhammadiyah kerap diasosiasikan sebagai gerakan Salafi. Namun sebenarnya, terdapat pemahaman Muhammadiyah yang berbeda dengan Salafi.
Sebelum lebih jauh membahas titik perbedaannya, perlu digarisbawahi bahwa Salafi yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah salafi kontemporer (salafiyyah mu’ashirah), bukan salafiyah syafi'iyah yang identik dengan Nahdlatul Ulama.
Metode beragama kelompok Salafi kerap diistilahkan dengan nama manhaj salaf, yakni ajakan mengikuti para salafus shalih (sahabat nabi, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in) dalam memahami nash al-Qur’an dan as-sunnah.
Advertisement
Baca Juga
Menurut doktrin Salafi, alasan mengikuti salafus shalih karena keabsahannya lebih terjamin disebabkan lebih dekat dengan periode kenabian. Rujukannya tetap diambil berdasarkan Al-Qur’an dan as-sunnah.
Kembali ke pembahasan utama, apa saja perbedaan pandangan Muhammadiyah dan Salafi? Simak berikut penjelasan Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Agung Danarto sebagaimana dilansir dari laman resmi Muhammadiyah.or.id, Rabu (15/5/2024).
Saksikan Video Pilihan Ini:
Beda Muhammadiyah dan Salafi
1. Metode Membaca dan Memahami Al-Qur’an-Sunnah
Meski Muhammadiyah dan Salafi sama-sama memiliki slogan kembali pada al-Quran dan as-sunnah, namun metode pembacaannya berbeda.
Muhammadiyah memahami dengan menggunakan akal pikiran yang sesuai dengan jiwa ajaran Islam. Salafi memahaminya secara literal. Pemahaman literal inilah yang membawa mereka pada pendapat tersulit dengan dalih kehati-hatian.
2. Wacana Kemodernan
Muhammadiyah menerima kemodernan dan melakukan modernisasi. Salafi menolak modernisasi, tapi menerima produk teknologi.
Muhammadiyah menerima budaya barat yang sesuai dengan ajaran Islam dan menolak yang tidak sesuai. Salafi menolak budaya Barat.
3. Persoalan Budaya Lokal
Muhammadiyah menerima budaya lokal dan melakukan islamisasi terhadap budaya lokal yang tidak sesuai. Sementara Salafi menolak budaya lokal dan mengacu pada budaya Arab yang tergambar dalam hadis.
Advertisement
Beda Muhammadiyah dan Salafi
4. Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar-Tahzir dan Hajr
Muhammadiyah melakukan amar ma’ruf secara individual dan kelembagaan. Secara individual dilakukan melalui pengajian, kultum, dan tabligh. Secara kelembagaan dilakukan secara sistematis melalui ama usaha. Nahi Munkar dilakukan secara sistemik.
Salafi melakukan dengan tahzir dan hajr al-mubtadi’. Tahzir adalah memperingatkan. Hajr al-mubtadi’ adalah mengisolasi / menyingkirkan pelaku bid’ah.
5. Pandangan terhadap Pemerintahan
Muhammadiyah mendirikan NKRI dan memperjuangkannya agar menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Sementara dalam tubuh Salafi terdapat perbedaan pandangan.
Salafi Yamani patuh pada pemerintah NKRI tapi pasif. Dakwah mereka terfokus pada pembinaan akidah dan akhlak. Sedangkan Salafi Haraki dan Jihadi ingin mengganti dengan pemerintahan/negara Islam.
Muhammadiyah memandang NKRI sudah cukup, tinggal mengisinya agar sesuai dengan ajaran Islam. Salafi Yamani apolitik, tetapi mengidolakan kehidupan berbangsa seperti zaman Nabi. Salafi Haraki dan Jihadi memperjuangkan terbentuknya negara Islam.
6. Peran Akal
Muhammadiyah berpandangan bahwa akal adalah perangkat yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia untuk bisa survive. Akal berfungsi untuk memahami alam dan teks keagamaan. Teks keagamaan perlu dipahami dengan menggunakan akal karena Islam diturunkan untuk semua umat manusia dengan berbagai latar budaya dan peradaban yang berbeda.
Sementara, Salafi mengabaikan peran akal dalam menafsirkan teks keagamaan. Bagi mereka, kebenaran itu tunggal dan hanya terletak dalam wahyu. Wahyu adalah sumber pertama manusia dan sumber terakhir yang tidak bisa diperselisihkan.
Konsekuensinya, Muhammadiyah berpandangan bahwa rasionalitas dan pengembangan ilmu sosial diperlukan untuk memahami teks dan untuk membangun peradaban manusia yang maslahah dan islami. Salafi berpandangan bahwa rasionalitas dan pengembangan ilmu sosial adalah bid’ah. Anti filsafat dan anti tasawuf.
Beda Muhammadiyah dan Salafi
7. Peran Perempuan
Menurut Muhammadiyah, perempuan memiliki peran domestik dan publik. Perempuan boleh menjadi pejabat publik dan boleh bepergian tanpa mahram bila keadaan aman dan terjaga dari fitnah.
Menurut salafi, peran perempuan adalah sektor domestik, sedangkan sektor publik adalah milik laki laki. Perempuan bepergian harus bersama mahram.
“Menurut Muhammadiyah, perempuan sebagaimana laki laki harus mendapatkan pendidikan setinggi tingginya di semua bidang ilmu. Menurut Salafi, perempuan perlu mendapatkan pendidikan yang baik terutama keagamaan dan yang menopang peran domestiknya,” kata Agung.
8. Soal Pakaian
Bagi Muhammadiyah, pakaian yang penting menutup aurat. Boleh memakai pakaian tradisional, lokal, ataupun Barat. Batik, sarung, peci, jas, celana panjang, kebaya, dan sejenisnya, biasa dipakai di Muhammadiyah.
Adapun cara berpakaian salafi membiasakan empat identitas, yaitu jalabiya (pakaian panjang), isbal (celana cingkrang), lihya (jenggot), dan niqab (cadar).
9. Soal Musik
Bermusik, bernyanyi, main drama, teater menurut Muhammadiyah bisa menjadi media dakwah. Bagi salafi, seni jenis itu adalah bid’ah dan haram. Nonton TV, mendengarkan radio dan hiburan adalah dilarang.
Itulah perbedaan Muhammadiyah dan Salafi menurut Ketua PP Muhammadiyah Agung Danarto.
Advertisement