Mudah Memaafkan, Niscaya Dicintai Allah dan Berbalas Surga

Sudah tahu pahala bagi orang yang memaafkan orang lain? Ini penjelasan menurut Islam.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Jun 2024, 18:30 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2024, 18:30 WIB
Ilustrasi minta maaf, bersyukur, terima kasih, muslimah, Islami
Ilustrasi minta maaf (Image by master1305 on Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Memaafkan orang lain merupakan bagian yang sangat penting dari etika dan moralitas. Rasulullah Muhammad SAW telah menekankan pentingnya memaafkan sebagai salah satu aspek utama dalam membentuk hubungan yang harmonis di antara sesama manusia.

Beliau menyampaikan bahwa memaafkan adalah tanda kedewasaan spiritual dan bahwa Allah SWT menyukai orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain.

Selain itu, memaafkan juga merupakan ibadah yang ditekankan dalam Islam. Ketika seseorang memaafkan, itu tidak hanya membawa manfaat bagi hubungan antarpribadi, tetapi juga mendatangkan pahala dari Allah SWT.

Dengan memaafkan, seseorang menunjukkan ketulusan hati dan kemauan untuk merelakan kesalahan yang telah dilakukan oleh orang lain, sehingga memperkuat ikatan sosial dan mendekatkan diri kepada Allah SWT dalam kerangka ibadah dan penghambaan.

Dengan demikian, konsep memaafkan dalam Islam tidak hanya mengandung nilai-nilai moral, tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang mendalam.

Tak perlu terbawa jargon mudah diucapkan sulit dilakukan, lakukan saja dengan niat ingin memaafkan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Jalan Masuk Surga

Ilustrasi minta maaf
Ilustrasi minta maaf. (Photo by Vie Studio from Pexels)

Mengutip Islami.co, Allah memberi ganjaran yang sangat besar terhadap orang yang mau membuka hati untuk memaafkan kesalahan orang lain, melupakan apa yang sudah dilakukan kepadanya, dan menjalin hubungan baik dengan orang yang sudah menyakitinya.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:

اكثر ما يدخل الناس الجنة تقوى الله وحسن الخلق، ما حسن الخلق يا رسول الله؟ تصل من قطعك وتعفوا عمن ظلمك وتعطى من حرمك

“Orang yang paling banyak masuk surga kelak ialah orang yang bertakwa kepada Allah dan husnul khuluq. ‘Husnuq khuluq itu apa wahai Rasulullah? Tanya salah satu sahabat. Rasulullah menjelaskan, ‘Kamu menyambung silaturahim dengan orang yang memutuskannya, memaafkan orang yang menzalimimu, dan memberi kepada orang yang tidak memberi kepadamu.’”

Dengan demikian, memaafkan kesalahan orang lain merupakan salah satu jalan untuk masuk surga. Apalagi memaafkan kesalahan sesama muslim.

Al-Qur’an mengibaratkan umat Islam itu seperti satu saudara. Satu sama lain harus saling mendukung dan berbuat kebaikan, bukan untuk saling berbuat kerusakan.

Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin mengutip hadis yang isinya menjelaskan bahwa rezeki itu tidak selalu dalam bentuk harta, tetapi juga bisa datang dalam bentuk teman yang baik, teman yang selalu mengingatkan agar kita terus melakukan kebaikan.

من أرد الله به خيرا أرزقه خليلا صالحا إن نسي ذكره

“Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada seorang hamba, dia akan menganugerahkan teman yang shalih, yang mengingatkan dia ketika lupa.”

 

Rasulullah SAW Selalu Terbuka Hatinya

Ilustrasi kata-kata, minta maaf
Ilustrasi kata-kata, minta maaf. (Photo by Brett Jordan on Unsplash)

Karena itulah, sesama saudara muslim mesti saling mengingatkan kalau ada temannya yang sedang bermasalah, bermusuhan, atau berseteru.

Damaikan bila ada saudara, teman, atau keluarga yang sedang bermusuhan. Hal ini sebagaimana diingatkan Allah:

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

Artinya:

“Sesungguhnya orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (QS: Al-Hujurat ayat 10)

Ayat ini hendaknya menjadi motivasi untuk saling memaafkan dan mendorong semangat untuk mendamaikan manusia, terutama saudara muslim yang sedang bermusuhan.

Dengan mencontoh apa yang sudah dilakukan Rasulullah, di mana hati beliau selalu terbuka untuk memaafkan orang lain.

Bahkan Rasulullah SAW masih membuka pintu maaaf untuk Wahsyi bin Harb, seorang yang sudah membunuh pamannya, Hamzah bin Abdul Muthallib.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya