Liputan6.com, Jakarta - Batu akik merah delima sering dipercaya memiliki kekuatan magis atau spiritual oleh sebagian masyarakat yang mempercayainya. Keyakinan ini umumnya berakar dari tradisi atau kepercayaan yang turun-temurun dalam masyarakat, terutama di wilayah-wilayah yang memiliki budaya spiritual yang kaya.
Banyak yang percaya bahwa akik merah delima dapat membawa berbagai manfaat, seperti perlindungan dari energi negatif, peningkatan keberuntungan, atau bahkan penyembuhan dari berbagai penyakit.
Advertisement
Oleh karena itu, batu akik merah delima sering dicari dan digunakan sebagai jimat atau benda keramat oleh sebagian masyarakat yang percaya pada kekuatan magisnya.
Advertisement
Menurut Gus Baha, penafsiran tersebut sepenuhnya salah.
"Maksude iku wong iku dudu di merah delimo, merah delimo itu 'dalimo', dalimo yo tauhid," kata Gus Baha.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Merah Delima Itu Bukan Jimat, Tapi Simbol Tauhid
Ia mengutip pendapat gurunya KH Maimoen Zubair, atau Mbah Moen, "Kata Mbah Moen itu orang dulu malah mencari merah delima akik. Aduh ribet, merah delima itu maksudnya dalima, orang itu harus berpegangan dalam surat Ikhlas," kata Gus Baha lagi.
"Itu Qul huallahu Ahad, Allahus Somad, lam yalid walam yulad, walam yakullahu kufuan Ahad itu kan diakhiri dal. Di kulhu itu yang di akhir-akhir itu kan dal nya lima," tambah Gus Baha.
Dalam sebuah ceramahnya, yang tayang di laman Youtube @NgugemiDawuhMasyayikh, Gus Baha mengungkapkan makna mendalam dari merah delima, atau dalimo.
Menurut Gus Baha, esensi dari merah delima sebenarnya terkait dengan makna tauhid, yaitu keesaan Allah. Ia mengaitkan dalimo tersebut dengan makna dari Surah Al Ikhlas, yang menyatakan kepercayaan akan keesaan Allah. Dalam ajaran Islam, tauhid adalah konsep yang sangat penting dan menjadi dasar iman bagi umat Muslim.
Gus Baha mengajarkan bahwa makna sejati delima adalah mengingatkan manusia untuk teguh berpegang pada tauhid, yaitu keyakinan akan keesaan Allah.
Hal itu bukan sekadar benda jimat atau kepercayaan magis, tetapi lebih pada simbolisasi dari kesadaran akan keesaan Tuhan yang harus dipegang teguh oleh setiap individu.
Dengan demikian, penjelasan Gus Baha mengenai akik merah delima memberikan sudut pandang dalam memahami tradisi dan kepercayaan spiritual.
Ia mengajak umat Muslim untuk lebih mendalami makna tauhid dan menginternalisasi nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari, sebagai bentuk pengamalan ajaran Islam yang sejati dan menyeluruh.
Advertisement
Mbah Moen Memperbaiki Kesalahan Penafsiran tentang
Dengan demikian, penekanan pada "delimo" seharusnya tidak semata-mata pada batu akik sebagai jimat atau benda mistis, tetapi lebih kepada pemahaman yang mendalam tentang tauhid.
Mbah Moen menegaskan bahwa pengertian yang sejati tentang "delimo" adalah kesadaran akan keesaan Tuhan, yang harus dipegang teguh oleh setiap individu dalam keyakinannya.
Pernyataan Mbah Moen ini mengajak masyarakat untuk merefleksikan kembali makna sejati dari ajaran agama dan tradisi spiritual. Lebih dari sekadar simbolisasi atau kepercayaan magis, "delimo" seharusnya menjadi panggilan untuk mendalami nilai-nilai tauhid dan menginternalisasi ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, kesalahan penafsiran yang telah terjadi dapat diperbaiki melalui pemahaman yang lebih mendalam dan menyeluruh tentang konsep keesaan Allah.
Menurut Gus Baha, "dal limo" dalam bahasa Jawa, atau "lima dal" dalam bahasa Indonesia, memang mengacu pada konsep tauhid atau keesaan Allah dalam Islam. Dalam konteks surat Al-Ikhlas, lima "dal" yang dimaksud adalah lima unsur penting yang menekankan pada keesaan, ketunggalan, dan keagungan Allah SWT.
Pemahaman tentang tauhid sebagai inti dari agama Islam sangatlah penting, dan lima "dal" dalam surat Al-Ikhlas memberikan gambaran yang jelas tentang konsep ini.
Setiap "dal" menggambarkan karakteristik dan atribut unik Allah SWT, seperti keesaan-Nya, ketidakberanakan-Nya memiliki keturunan, dan ketidakberanakan-Nya dilahirkan.
Dengan memahami dan menghayati lima "dal" dalam surat Al-Ikhlas, umat Islam diperintahkan untuk memegang teguh prinsip tauhid dalam kehidupan sehari-hari, serta menginternalisasi keyakinan akan keesaan Allah dalam setiap aspek kehidupan mereka.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul