Liputan6.com, Jakarta - Fenomena mengantuk saat membaca Al-Qur'an sering kali dialami oleh banyak umat Muslim. Meski baru beberapa menit membuka mushaf, mata terasa berat dan tubuh tiba-tiba ingin beristirahat. Hal ini bukan sekadar masalah kelelahan fisik.
Menurut Ustadz Adi Hidayat (UAH), ada penyebab spiritual yang sering luput dari perhatian. Rasa kantuk itu bukan hanya karena tubuh lelah, tetapi karena adanya campur tangan makhluk lain yang ingin mengganggu hubungan antara manusia dan Al-Qur'an.
Pendakwah muda tersebut mengungkapkan bahwa saat seseorang membaca Al-Qur'an, sebenarnya sedang terjadi interaksi antara manusia dengan wahyu. Sebuah interaksi yang nilainya sangat tinggi di sisi Allah SWT dan tidak disukai oleh setan.
Advertisement
Penjelasan ini disampaikan oleh Ustadz Adi Hidayat dalam ceramahnya yang mengupas secara mendalam tentang fenomena kantuk saat membaca Al-Qur'an, sekaligus mengungkapkan keterkaitan antara setan dan reaksi tubuh terhadap kalam ilahi.
“Coba baca surat Al-Fajr, baru sampai ayat ke-27, Irji'i ilaa rabbiki raadhiyatan mardhiyyah, sudah mulai mengantuk,” ujarnya seperti dilihat di tayangan video di kanal YouTube @Cahayasurga43, dikutip Senin (14/04/2025).
Menurutnya, kondisi ini bukan hal aneh, justru menjadi tanda ada sesuatu yang tidak terlihat sedang berusaha menghalangi.
Al-Qur'an disusun dari surat Al-Fatihah sampai An-Naas, dan seluruh isinya berkaitan dengan topik kehidupan manusia. Dimulai dari penciptaan, proses hidup, kematian, hingga kembali kepada Allah SWT.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Setan Ingin Gagalkan Interaksi Manusia dengan Al-Qur'an
Setiap surat dan ayat memiliki struktur tema yang sangat teratur dan dalam. Ulama bahkan mengelompokkan topik-topik dalam Al-Qur'an menjadi peta kehidupan yang begitu komprehensif, menjadikannya pedoman utama umat manusia.
UAH menyebut, Imam Al-Bukhari adalah salah satu tokoh yang menyusun topik-topik dalam Al-Qur'an berdasarkan struktur hadis Nabi Muhammad SAW. Penyusunan ini menjadikan Al-Qur'an sebagai sumber inspirasi yang tidak akan habis dikaji.
Jika membaca Al-Qur'an membuat kantuk, itu bukan berarti isi kitab suci tersebut membosankan. Justru sebaliknya, karena kandungannya mengandung energi spiritual yang sangat besar, sehingga banyak pihak yang tidak suka bila manusia larut di dalamnya.
Setan menjadi pihak pertama yang ingin menggagalkan interaksi manusia dengan Al-Qur'an. Rasa kantuk, gangguan pikiran, bahkan suara-suara yang mengalihkan fokus sering muncul sebagai bentuk gangguan dari mereka.
Dalam ceramahnya, UAH mengajak umat Islam untuk tidak menyerah saat rasa kantuk datang ketika membaca Al-Qur'an. Justru di saat seperti itulah pahala dan keberkahan sedang diturunkan oleh Allah SWT.
Membaca Al-Qur'an bukan hanya aktivitas lisan, tetapi juga ruhani. Hati yang terhubung dengan Al-Qur'an akan menerima pancaran cahaya hidayah yang sangat kuat, dan ini yang coba dihambat oleh makhluk-makhluk pengganggu.
Langkah pertama yang disarankan adalah memperkuat niat sebelum membaca. Niat yang tulus dan ikhlas akan menepis gangguan dan membuat pembacaan lebih fokus dan khusyuk.
Advertisement
Cinta Allah SWT Harus Lebih Besar dari Rasa Kantuk
UAH juga menyarankan agar sebelum membaca Al-Qur'an, terlebih dahulu membaca ta’awudz dan memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk. Ini akan membuat suasana hati lebih siap dan tenang.
Memperhatikan waktu yang tepat juga penting. UAH menekankan bahwa membaca Al-Qur'an di waktu pagi atau setelah sholat Subuh akan lebih mudah dan ringan karena suasana masih kondusif dan minim gangguan.
Selain itu, membaca Al-Qur'an dengan memahami makna juga akan membantu mengusir kantuk. Ketika hati dan akal terlibat aktif dalam memahami isi bacaan, maka tubuh akan terjaga karena merasa sedang berinteraksi dengan ilmu.
Al-Qur'an bukan kitab biasa. Ia adalah panduan kehidupan yang tak tertandingi. Maka pantas saja jika setan ingin menjauhkan manusia darinya dengan berbagai cara, termasuk melalui rasa kantuk yang tiba-tiba datang.
Umat Islam diajak untuk tetap teguh dalam membaca Al-Qur'an meski banyak gangguan. Karena setiap huruf yang dibaca bukan hanya bernilai pahala, tetapi juga menjadi penenang jiwa dan penerang dalam hidup.
UAH mengakhiri pesannya dengan penegasan bahwa cinta kepada Al-Qur'an harus lebih besar daripada rasa kantuk. Sebab, dalam setiap hurufnya, ada pesan cinta dari Allah SWT yang tidak layak disia-siakan.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
