Liputan6.com, Jakarta - Takwa adalah konsep penting dalam Islam yang sering dikaitkan dengan kebersihan spiritual dan penghindaran dosa. Meskipun orang yang bertakwa berusaha keras untuk mengikuti ajaran agama dan menjauhi perilaku dosa, konsep ini tidak berarti bahwa mereka tidak akan pernah melakukan dosa sama sekali.
Orang yang bertakwa memang berupaya untuk menjaga hubungan yang baik dengan Allah SWT. Mereka berpegang teguh pada nilai-nilai kebaikan, menjalankan ibadah dengan ikhlas, dan menghindari segala bentuk perbuatan yang dilarang agama.
Namun, sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, mereka tetap rentan melakukan dosa.
Advertisement
Dalam Islam, ada pemahaman bahwa semua manusia, termasuk orang yang takwa, tidak luput dari dosa.
Namun, perbedaannya terletak pada kesediaan dan kecepatan untuk bertaubat serta memperbaiki diri setelah melakukan kesalahan.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Orang Bertakwa Begini yang Dilakukan
Orang yang bertakwa akan lebih cepat menyadari dosa-dosanya, merasa penyesalan yang mendalam, dan berusaha untuk memohon ampunan kepada Allah SWT serta memperbaiki perilaku mereka agar tidak mengulangi dosa tersebut di masa depan.
Mengutip voa-islam.com, Al-Hafidz Ibnu Rajab rahimahullah dalam kitabnya “Jami’ al-Ulum wa al-Hikam” di hadis ke 18 berkata, “dan pokok takwa adalah seorang hamba menjadikan antara dirinya dan apa yang ditakuti dan dikhawatirkannya wiqayah (penghalang) yang menghalanginya dari apa yang ditakutinya.”
Berarti seorang hamba yang bertakwa kepada Tuhannya akan membuat antara dirinya dan apa yang ia takutkan dari Tuhannya, kemarahan, kemurkaan, dan siksa-Nya- penghalang/pelindung yang akan menjaganya dari semua itu.
Penghalang itu berupa mengerjakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak menuntut orang bertakwa dengan kemaksuman atau tidak lagi berbuat dosa. Bahkan, Allah tetapkan bagian dosa dan maksiat atasnya. Karenanya, orang bertakwa terkadang masih berbuat dosa.
Advertisement
Bertakwa Masih Bisa Terjerumus ke Dalam Dosa bahkan Hina
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ
"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya." (QS. Al-A'raf: 201)
Terjerumus ke dalam dosa tidak melenyapkan sifat ketakwaan sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala tentang para muttaqin (orang-orang bertakwa):
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” Kemudian Allah sebutkan sifat-sifat mereka, di antaranya:
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ
"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka.” (QS. Ali Imran: 135)
Ayat ini menunjukkan bahwa orang bertakwa masih bisa terjerumus ke dalam dosa, bahkan sampai kepada dosa yang buruk dan hina. Hanya saja, bedanya orang bertakwa dengan selainnya, bahwa orang bertakwa dimudahkan oleh Allah untuk sadar dan ingat kepada Allah lalu bertaubat kepada-Nya dengan pengakuan dosa dan meninggalkannya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul