Liputan6.com, Jakarta - Dalam sebuah ceramah yang penuh hikmah, Gus Baha mengisahkan sebuah peristiwa bersejarah yang menunjukkan kebesaran hati Sayidina Umar bin Khattab RA.
Ketika Sayidina Umar bin Khattab mengalami serangan dari seorang majusi bernama Abu Lukluk, reaksi beliau bukanlah dendam atau kemarahan, melainkan syukur yang tulus kepada Allah SWT.
Cerita ini menjadi salah satu contoh luar biasa bagaimana seorang pemimpin besar Islam menempatkan keimanan di atas segalanya.
Advertisement
Peristiwa ini terjadi ketika Sayidina Umar sedang memimpin sholat di masjid. Tiba-tiba, Abu Lukluk, seorang majusi yang dikenal penuh dendam, menyerang Sayidina Umar dengan tikaman yang mematikan.
Darah pun mengalir dari tubuh Sayidina Umar, namun yang menarik perhatian adalah responsnya terhadap serangan tersebut. Bukannya berteriak kesakitan atau mengutuk pelakunya, Sayidina Umar justru bertanya, "Siapa yang telah menusuk saya?"
Mengutip video pendek yang tayang di Youtube kanal @Hijrah.motivasi.ngaji24434, Gus Baha menceritakan bahwa setelah mengetahui pelakunya adalah seorang Majusi, Sayidina Umar segera memanjatkan rasa syukur kepada Allah.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Umar bin Khattab Bersyukur
"Alhamdulillah alladzi lam yaj’al ti biadijulin lam yasjud laka sajdatan yuhajuhaaka yaumalqiamah," ungkap Sayidina Umar, yang artinya: 'Segala puji bagi Allah yang tidak menjadikan yang menusukku seorang yang pernah bersujud kepada-Mu sehingga ia bisa berargumen di hari kiamat.'
Menurut Gus Baha, ucapan ini menunjukkan betapa dalamnya keimanan dan kebesaran hati Sayidina Umar. Meskipun dalam keadaan terluka parah, beliau tetap mengedepankan rasa syukur karena pelakunya tidak pernah bersujud kepada Allah.
Dalam pandangan Sayidina Umar, ini adalah hal yang melegakan, karena jika pelakunya pernah sujud, maka di hari kiamat, ia bisa berargumen di hadapan Allah bahwa ia pernah sujud, dan itu akan menjadi beban bagi Sayidina Umar.
Lebih lanjut, Gus Baha menjelaskan bahwa kebesaran hati Sayidina Umar ini adalah manifestasi dari ketundukan total kepada kehendak Allah.
Dalam situasi yang sangat sulit, beliau masih mampu melihat kebaikan dan hikmah di balik peristiwa tersebut. "Ini adalah cerminan dari hati yang benar-benar berserah kepada Allah," kata Gus Baha.
"Sayidina Umar lebih memilih untuk tidak harus menjawab di hari kiamat, dan ini menunjukkan kedalaman iman dan kesadarannya akan tanggung jawab di hadapan Allah."
Gus Baha juga menekankan bahwa sikap Sayidina Umar ini adalah contoh nyata dari bagaimana seorang muslim seharusnya menghadapi cobaan. Tidak ada dendam atau kebencian yang ditunjukkan, hanya ada rasa syukur dan kepasrahan yang tulus kepada Allah SWT.
Advertisement
Tentang Sujud
"Ini adalah pelajaran penting bagi kita semua, bahwa dalam setiap ujian, selalu ada hikmah yang bisa kita ambil, asalkan kita memiliki keimanan yang kuat," tambah Gus Baha.
Kisah ini, lanjut Gus Baha, juga menunjukkan bagaimana Sayidina Umar menempatkan hak-hak Allah di atas kepentingan pribadinya.
"Beliau merasa bersyukur karena pelakunya tidak pernah sujud, sehingga tidak ada beban bagi beliau di hari kiamat nanti," ujar Gus Baha.
Ini adalah bukti bahwa Sayidina Umar tidak hanya berpikir tentang dirinya sendiri, tetapi juga tentang tanggung jawabnya di hadapan Allah SWT.
Dalam ceramahnya, Gus Baha juga mengingatkan bahwa rasa syukur adalah salah satu kunci utama dalam menghadapi cobaan hidup. Seperti yang dicontohkan oleh Sayidina Umar, kita harus mampu melihat setiap peristiwa sebagai bagian dari rencana Allah yang lebih besar.
"Kita harus belajar dari Sayidina Umar, bagaimana beliau bisa menemukan ketenangan dan syukur di tengah-tengah ujian yang berat," kata Gus Baha.
Gus Baha juga mengajak jemaah untuk merenungkan makna dari ibadah sujud yang sangat dihormati oleh Sayidina Umar.
Menurutnya, sujud bukan hanya sekadar ritual fisik, tetapi juga simbol ketundukan total kepada Allah SWT. "Sayidina Umar menunjukkan betapa pentingnya sujud dalam kehidupan seorang muslim, bahkan di saat-saat yang paling sulit sekalipun," tegas Gus Baha.
Melalui kisah ini, Gus Baha ingin mengingatkan kita semua akan pentingnya menjaga hati dan niat yang tulus dalam beribadah. Seperti yang dicontohkan oleh Sayidina Umar, kita harus selalu memprioritaskan hak-hak Allah di atas segalanya, bahkan dalam kondisi yang paling sulit sekalipun.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Â