Benarkah Safar Bulan Sial? Buya Yahya Ungkap Faktnya

Jangan menunda kebaikan karena takut bulan Safar, Buya Yahya, sebaik-baik kebaikan adalah yang dipercepat.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Agu 2024, 12:30 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2024, 12:30 WIB
KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya
Pengasuh LPD Al Bahjah, KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya. (Foto: staialbahjah.ac.id)

Liputan6.com, Jakarta - Ada banyak keterangan yang beredar di masyarakat tentang bulan Safar yang dianggap sebagai bulan sial atau penuh kesialan.

Keyakinan ini telah ada sejak zaman jahiliyah dan masih bertahan di beberapa komunitas hingga saat ini. Mereka percaya bahwa bulan Safar membawa malapetaka, bencana, dan nasib buruk, sehingga beberapa orang bahkan menunda atau menghindari pernikahan, perjalanan, atau acara penting selama bulan ini.

Namun, pandangan ini tidaklah benar menurut ajaran Islam. Dalam Islam, tidak ada bulan yang dianggap membawa kesialan. Semua bulan dalam kalender Islam adalah baik dan memiliki keutamaan masing-masing.

Rasulullah SAW sendiri menolak keyakinan yang menyatakan bahwa bulan Safar adalah bulan sial. Beliau bersabda, "Tidak ada penyakit yang menular dengan sendirinya, tidak ada kesialan pada burung, tidak ada kesialan pada bulan Safar, dan tidak ada kesialan pada hantu." (HR. Bukhari dan Muslim).

Sementara, KH Yahya Zainul Ma'arif, akrab disapa Buya Yahya, memberikan pencerahan kepada umat Islam mengenai berbagai mitos dan keyakinan yang masih banyak dianut oleh masyarakat terkait bulan Safar.

Mengutip ceramahnya yang diunggah di kanal YouTube @buyayahyaofficial pada Selasa (20/08), Buya Yahya menegaskan bahwa tidak ada hari atau bulan yang membawa kesialan, termasuk bulan Safar, yang sering kali dianggap sebagai bulan penuh kesengsaraan oleh sebagian masyarakat.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Hari Sengsara, Hari saat Kita Berbuat Zalim

Bulan safar.
Bulan safar.

Dalam ceramah tersebut, Buya Yahya menekankan bahwa keyakinan mengenai bulan-bulan tertentu yang dianggap membawa kesialan atau keberuntungan adalah sesuatu yang harus ditinggalkan oleh umat Islam.

"Nikah itu kebaikan, kok ditunda-tunda? Tidak ada bulan sengsara, tidak ada bulan celaka, bulan apit, bulan kecepit," tegasnya. Menurut Buya Yahya, semua hari dan bulan memiliki berkah yang sama dari Allah SWT, dan tidak ada alasan untuk mempercayai hal-hal yang tidak memiliki dasar dalam ajaran Islam.

Buya Yahya menambahkan bahwa keyakinan semacam itu hanya akan merugikan diri sendiri dan masyarakat. Ia mencontohkan, banyak orang yang menunda pernikahan atau kegiatan penting lainnya hanya karena khawatir dengan bulan tertentu.

Padahal, setiap hari adalah baik jika diisi dengan perbuatan yang baik dan bermanfaat. "Hari sengsara adalah hari kita berbuat zalim, bukan karena bulan tertentu," ujar Buya Yahya menekankan.

Lebih lanjut, Buya Yahya menjelaskan bahwa keyakinan terhadap hari atau bulan yang membawa kesialan sebenarnya adalah bentuk dari kesyirikan.

Hal ini karena meyakini adanya kekuatan lain selain Allah yang dapat menentukan nasib seseorang. Ia mengingatkan umat Islam untuk selalu mengandalkan Allah dalam segala hal dan tidak terpengaruh oleh mitos-mitos yang tidak berdasar.

 

Lakukan Kebaikan di Bulan Safar

Sedekah Menjauhkanmu Dari Api Neraka
Ilustrasi Bersedekah Credit: freepik.com

Buya Yahya juga mengajak umat Islam untuk tidak ragu dalam melakukan kebaikan di bulan Safar atau bulan apapun. Menurutnya, semakin cepat kebaikan dilakukan, semakin baik pula dampaknya bagi diri sendiri dan orang lain.

Ia mengingatkan bahwa menunda-nunda kebaikan hanya karena alasan keyakinan yang tidak jelas adalah sebuah kesia-siaan. "Sebaik-baik kebaikan adalah yang dipercepat," tambahnya.

Dalam ceramahnya, Buya Yahya juga memberikan contoh konkret tentang bagaimana seharusnya umat Islam menyikapi hari dan bulan dalam kehidupan sehari-hari.

Ia menyebut bahwa setiap hari adalah kesempatan baru yang diberikan oleh Allah untuk berbuat baik dan memperbaiki diri. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk takut atau khawatir terhadap hari atau bulan tertentu.

Buya Yahya juga menegaskan bahwa semua hari adalah ciptaan Allah yang penuh dengan berkah. Oleh karena itu, setiap hari harus disikapi dengan rasa syukur dan semangat untuk terus berbuat baik.

Ia mengingatkan bahwa sikap pesimis atau ketakutan terhadap waktu tertentu hanya akan menghalangi seseorang dari meraih berkah yang telah disediakan oleh Allah.

Menurut Buya Yahya, mitos tentang kesialan di bulan Safar atau hari tertentu tidak lebih dari warisan budaya yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Ia mengajak umat Islam untuk kembali kepada ajaran Al-Qur'an dan Hadis dalam menentukan sikap dan tindakan sehari-hari. Dengan demikian, umat Islam akan terhindar dari berbagai keyakinan yang dapat menyesatkan dan merugikan.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya