Kisah Keajaiban Doa Sunan Prapen, Munculkan Ribuan Tawon yang Bikin Pasukan Majapahit Kocar-kacir

Sunan Prapen merupakan keturunan Sunan Giri yang diyakini merupakan waliyullah yang memiliki karomah

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Agu 2024, 00:30 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2024, 00:30 WIB
Makam Sunan Giri Gresik
Temukan kehangatan spiritual di Gresik dengan berwisata ziarah ke Makam Wali Songo. (Foto: Dokumen/Archipelago)

Liputan6.com, Cilacap - Sunan Prapen merupakan salah seorang yang diyakini sebagai waliyullah yang memiliki karomah. Berdasarkan riwayat, Sunan Prapen merupakan cucu Sunan Giri.

Beliau merupakan pewaris dinasti Giri Kedaton keempat. Beliau lahir sekitar tahun 1412 Saka. Nama ayahnya ialah Sunan Dalem atau Syekh Maulana Zainal Abidin.

Di masa Sunan Prapen, Giri Kedaton tak hanya dijadikan sebagai tempat mengaji, namun daerah tersebut juga memiliki pemerintahan dan kekuasaan.

Sebab hal inilah kerajaan Majapahit yang waktu itu dipimpin oleh Raja Brawijaya V, yang merupakan raja terakhir Majapahit merasa khawatir sebab Sunan Prapen tidak mau takluk kepada pemerintahan Majapahit.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Diserang Prajurit Majapahit

Patung batu relief dua tokoh kerajaan dari zaman Majapahit akan dikembalikan oleh otoritas New York di Amerika Serikat (Manhattan District Attorney's Office).
Patung batu relief dua tokoh kerajaan dari zaman Majapahit akan dikembalikan oleh otoritas New York di Amerika Serikat (Manhattan District Attorney's Office).

Menukil nugresik.or.id, berdasarkan Babad Tanah Jawi dan Serat Centhini, ribuan pasukan Majapahit yang dipimpin Patih Maudara yang menyerang Giri Kedaton akhirnya mampu menguasai hampir sebagian wilayah Giri Kedaton, dan banyak menewaskan para santri yang ada.

Seluruh bangunan di kawasan Giri semuanya dibakar habis, Giri Kedaton menjadi lautan api. Harta benda dijarah, kaum wanitanya diperkosa.

Sunan Prapen dan pengikutnya lalu mundur ke makam Sunan Giri. Kemudian di komplek Makam tersebut Sunan Prapen berdoa kepada Allah SWT.

Doa Sunan Prapen Menyebabkan Muncul Ribuan Lebah Beracun

Tragis, Pria Tewas Disengat 800 Ribu Lebah
Ilustrasi sarang lebah. (Gawker)

Selesai berdoa kemudian memerintahkan juru kunci membuka pintu kayu jati di kompleks makam kemudian keluarlah ribuan tawon atau lebah beracun.

Ribuan tawon tersebut terbang ke angkasa, bergumpalan bagaikan awan hitam yang menyerang barisan pasukan Majapahit yang sedang bersenang-senang karena kemenangannya.

Para prajurit Majapahit lari pontang-panting seluruh tubuhnya menjadi lebam karena sengatan lebah beracun, banyak korban yang tewas. Melihat keadaan yang tidak terkendali, sebagian prajurit lebih baik mencari selamat, lari masuk hutan.

Namun barisan lebah yang semakin banyak itu mengikuti larinya rombongan Patih Maudara hingga sampai di Kerajaan Majapahit. Lebah beracun itu kemudian menyerang ke dalam istana, geger seluruh penghuni yang ada di dalamnya.

Raja Majapahit Menyerah

[Bintang] Ciri Orang Kembali Fitrah Menurut Wali Songo
Sunan Giri | Dok. Bintang.com/Ardini Maharani

Menyaksikan hal ini, Prabu Brawijaya V, kemudian menengadahkan tangannya ke langit, dan bersumpah, tidak akan mengganggu para santri dan Sunan Prapen, kecuali yang sudah terjadi.

Setelah selesai sang Prabu mengucapkan sumpahnya, seluruh barisan lebah beracun, berbalik arah melesat ke udara, dan terbang ke arah barat laut. Langitpun menjadi cerah.

Hal inilah yang membuat akhirnya Brawijaya V membiarkan Giri Kedaton menjadi daerah bebas di luar kekuasaannya.

Di kemudian hari karena kewibawaan dan karomahnya, Sunan Prapen beserta Sunan Kalijaga memberikan restu kepada Raden Patah untuk berkuasa di Demak Bintoro menggantikan kekuasaan Majapahit.

Sunan Prapenlah yang kemudian melantik Hadiwijaya (Jaka Tingkir) menjadi sultan di Pajang menggantikan kekuasaan Kesultanan Demak Bintoro di tanah Jawa.

Bahkan Sunan Prapen juga memberi restu Panembahan Senopati menjadi raja penguasa Tanah Jawa (Kesultanan Mataram) yang menggantikan kekuasaan Pajang.

Sunan Prapen juga menjadi juru damai peperangan antara Panembahan Senopati dengan Jayalengkara Bupati Surabaya pada 1588 karena penolakan para bupati Jawa Timur tersebut terhadap kekuasaan Mataram.

Sejak saat itulah Sunan Prapen karena karomah dan kewibawaanya hampir selalu menjadi pelantik atau pemberi restu kepada raja Islam yang naik tahta di Pulau Jawa yang menjadi kerajaan bawahan Mataram maupun sejumlah kesultanan di wilayah Indonesia Timur.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya