3 Cara Mengatasi Dengki atau Iri Hati Menurut Islam

Dengki merupakan penyakit yang berasal dari hati serta termasuk sifat tercela yang dibenci oleh Allah SWT. Berikut dijelaskan bagaimana cara mengatasi iri hati dalam islam.

oleh Putry Damayanty diperbarui 19 Sep 2024, 14:30 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2024, 14:30 WIB
Ilustrasi iri, cemburu, membandingkan diri dengan orang lain
Ilustrasi iri, cemburu, membandingkan diri dengan orang lain. (Image by freepic.diller on Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Seseorang yang terjangkit penyakit iri hati akan merasa tidak senang saat melihat orang-orang terdekat seperti teman, kerabat atau tetangganya mendapatkan suatu kebahagiaan. 

Rasa iri hati akan membuat orang tersebut merasa bahwa ia lebih mulia dibandingkan dengan orang lain. Seperti halnya yang pernah dilakukan oleh Iblis saat Allah SWT memerintahkan untuk bersujud kepada Nabi Adam AS. 

Larangan untuk bersifat dengki terhadap nikmat orang lain, tertuang dalam QS. An-Nisa ayat 32:

وَلِلنِّسَآءِ نَصِيبٌ مِّمَّا ٱكْتَسَبْنَ ۚ وَسْـَٔلُوا۟ ٱللَّهَ مِن فَضْلِهِۦٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا

Artinya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." 

Mengutip dari laman bincangsyariah.com, berikut 3 cara mengatasi iri hati menurut penjelasan Ibnu Qudamah Al-Maqdisi dalam karyanya yang berjudul Mukhtasar Minhajul Qashidin. 

 

Saksikan Video Pilihan ini:

1. Rela Atas Ketetapan Allah

[Bintang] Mahasiswa Termuda Asal Surabaya Ini Juga Penghafal Alquran Lho
Mahasiswa Termuda Asal Surabaya Ini Juga Penghafal Alquran Lho. (Ilustrasi: static.independent.co.uk)

Orang yang memiliki keinginan di dalam dirinya untuk tidak lagi bersifat iri hati pada orang lain harus meyakini bahwa Allah telah mengatur dan menetapkan nasib semua hamba-Nya. 

Hal ini tertuang dalam hadis Rasulullah SAW yang berbunyi:

“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim no. 2653, dari Abdullah bin Amr bin Al ‘Ash)

Oleh karena itu, orang yang mempunyai sifat iri hati ketika memahami tentang ketetapan Allah dengan perlahan sifat buruk tersebut dapat menghilang, karena ia mengetahui bahwa takdir setiap orang pasti berbeda dan tidak akan tertukar. Namun, jika masih belum dapat meyakini ketetapan Allah, maka orang tersebut tidak dapat keluar dari sifat iri hati. 

2. Zuhud

Dalil Mengenai Zuhud
Ilustrasi Sikap Zuhud Credit: shutterstock.com

Orang yang iri hati seringkali mendapati dirinya terlalu mencintai dunia dan tidak bisa melihat orang lain mendapatkan kenikmatan. 

Terkait dengan mencintai dunia, Allah telah berfirman dalam QS. Al-Isra’ ayat 18:

“Siapa yang menghendaki kehidupan sekarang (duniawi) Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki. Kemudian, Kami sediakan baginya (di akhirat) neraka Jahannam; dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.”

Maka, orang yang ingin merubah dirinya agar tidak memiliki sifat iri hati harus menyibukkan dirinya dengan fokus terhadap amal ibadahnya serta tidak terlalu mengejar dunia (zuhud).

Orang yang tidak mencintai dunia maka ia tidak akan menyibukkan dirinya dengan perkara dunia. Hatinya akan terasa lapang serta fokus dengan ibadahnya. 

3. Mengingat Perhitungan Akhirat

[Bintang] Fenomena Terompet Sangkakala & Ramalan-Ramalan Gagal Soal Kiamat
Ilustrasi kiamat | via: theengsi.blogspot.com

Seorang yang telah terjerumus ke dalam sifat iri hati cenderung tidak mempertimbangkan hal-hal dalam jangka panjang seperti mempertimbangkan hisab di akhirat kelak. 

Dengan mempertimbangkan segala kenikmatan dengan hisab atau perhitungan di akhirat dapat menjadi obat yang ampuh bagi orang yang memiliki rasa iri hati. 

Ketika seorang muslim memahami bahwa nikmat yang ia peroleh kelak akan ditanya serta dipertanggungjawabkan, maka ia akan lebih berhati-hati dalam menyalurkan nikmatnya tersebut sesuai dengan jalan yang Allah ridhoi. 

Ketika Allah menganugerahi nikmat kepada seseorang, maka ada dua hal bagi orang lain yang mengetahuinya. Yang pertama orang tersebut akan merasa tidak suka dan ingin menghilangkan nikmat itu, yang dinamakan dengan hasad atau iri dengki. Kedua, orang tersebut tidak merasa keberatan bahkan ingin menyamainya dalam memperoleh kenikmatan, hal ini dinamakan ghibthah atau merasa bahagia bila ada orang lain yang memperoleh nikmat. 

Untuk itu ketika seorang muslim merasa timbulnya benih-benih iri hati di dalam dirinya, ia dapat bermohon kepada Allah SWT agar terhindar dari segala penyakit hati.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya