Saleh Bukan Segala-galanya, Berlebihan dalam Beribadah itu Tak Baik Kata Gus Baha

Dalam pengajian Gus Baha disebutkan seseorang tidak perlu merasa bahwa kesalehan harus menjadi segalanya dalam hidup, karena terkadang hal ini justru dapat memberatkan diri dan orang lain.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Sep 2024, 08:30 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2024, 08:30 WIB
Gus baha 22
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha (TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih akrab dikenal sebagai Gus Baha, menyampaikan pesan menarik tentang pentingnya kesederhanaan dalam menjalankan agama.

Dalam salah satu ceramahnya, Gus Baha menekankan bahwa menjadi manusia yang baik tidak selalu berarti harus tampak "soleh" dalam segala aspek, melainkan bagaimana seseorang menjalankan agama dengan pas, tanpa berlebihan.

Menurut Gus Baha, Islam adalah agama yang luas dan fleksibel. "Islam iku luas, wong iku ojo ngeroso soleh itu segala-galane," kata Gus Baha.

Artinya, seseorang tidak perlu merasa bahwa kesalehan harus menjadi segalanya dalam hidup, karena terkadang hal ini justru dapat memberatkan diri dan orang lain.

Gus Baha mencontohkan kejadian sehari-hari seperti seorang sopir rental yang seringkali harus menunggu pelanggannya selesai beribadah.

"Misale supir rental terus bilang mau sholat dan dienteni tak salat sediluk (sebentar), ternyata qobliah sik, bar qobliah masih badiah, bar iku moco khisib nasor, bubar," ceritanya.

Ia menjelaskan bahwa ada orang yang berlebihan dalam menjalankan ibadah hingga membuat orang lain merasa terganggu atau tidak nyaman.

Padahal, dalam Islam, keseimbangan dan kesederhanaan adalah kunci penting dalam beribadah.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Intinya dalam Ibadah Itu Pas, Bukan yang Berlebihan

Ilustrasi sholat di rumah
Ilustrasi sholat, dalam ibadah disarankan untuk tidak berlebihan. Photo by Michael Burrows:

Gus Baha kemudian mengutip kisah seorang Badui yang bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. Orang Badui tersebut mengajukan permintaan kepada Nabi, "Tenan Nabi niku tok loh mboten kulo tambahi." Maksud dari ucapan itu adalah si Badui meminta agar aturan yang diberikan Nabi tidak ditambah-tambah, ia hanya ingin menjalankan yang pas.

Menurut Gus Baha, orang Badui tersebut menggambarkan bagaimana kesederhanaan dalam menjalankan agama sudah menjadi bagian dari kehidupan pada zaman Nabi Muhammad SAW.

"Ngenyang (menawar) ke Kanjeng Nabi itu sudah terjadi sejak zaman Nabi Sugeng (hidup)," ujar Gus Baha.

Nabi Muhammad SAW sendiri, menurut Gus Baha, memberikan jawaban yang bijak ketika orang Badui tersebut menawar.

"Nabi jawabe yang artinya nek kepengin melihat orang ahli surga ya orang ini, orang yang pas, bukan orang yang berlebihan. 'Sing pas yo'," ucap Gus Baha, mengutip jawaban Nabi.

Terpenting Allah SWT Ridho Masuk Surga

ilustrasi sholat dhuha. ©2020 Merdeka.com
ilustrasi berdoa agar Allah Ridho. ©2020 Merdeka.com

Gus Baha menjelaskan bahwa kesederhanaan adalah salah satu kunci untuk meraih surga. Bukan berlebihan dalam beribadah, tetapi menjalankan agama dengan benar dan proporsional.

"Wong iki sing pas ya," lanjutnya, menekankan bahwa orang yang menjalankan agama dengan pas, tanpa berlebihan, akan mendapatkan ganjaran yang setimpal di akhirat.

Menurut Gus Baha, kisah ini menggambarkan orang desa yang menjalani hidup dengan sederhana dan realistis, tanpa menuntut lebih dari yang ia butuhkan. "Iki cerita wong deso, dadi sing nawar ngono iku wong deso," paparnya.

Kesederhanaan dalam beragama, menurut Gus Baha, sangat penting. Tidak perlu berlebihan atau menunjukkan kesalehan yang terlalu mencolok, karena yang terpenting adalah bagaimana seseorang tetap istiqomah dalam beribadah dengan cara yang pas.

"Wis penting mlebu Suargo (surga)," kata Gus Baha, menyimpulkan bahwa tujuan utama setiap Muslim adalah meraih ridha Allah dan masuk surga, tanpa harus berlebihan dalam menjalankan ibadah.

Dengan gaya ceramah yang sederhana namun mendalam, Gus Baha selalu menekankan pentingnya keseimbangan dalam menjalani kehidupan, baik dalam ibadah maupun dalam interaksi sosial. Pesan yang dibawanya selalu relevan bagi setiap kalangan, dari masyarakat biasa hingga para santri.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya