Liputan6.com, Jakarta - Doa merupakan komunikasi langsung dengan Sang Pencipta, yang mampu membawa ketenangan dan harapan.
Dengan keikhlasan dan kepercayaan, tidak jarang kita melihat keajaiban terjadi, di mana permohonan yang diucapkan dengan sepenuh hati dapat terwujud dalam cara yang tak terduga, memberikan bukti nyata bahwa Allah selalu memperhatikan hamba-hamba-Nya.
Ustadz Adi Hidayat (UAH) kembali memberikan ceramah yang menyentuh hati umat Islam dengan mengungkapkan rahasia penting tentang waktu yang paling mustajab untuk berdoa. Dalam salah satu ceramahnya, UAH menekankan bahwa ada momen-momen tertentu di mana doa dapat terkabul dengan cepat, bahkan hanya dalam hitungan menit.
Advertisement
Menurut UAH, waktu yang dimaksud adalah menjelang subuh, tepatnya sekitar 15 hingga 20 menit sebelum masuknya waktu subuh.
"Ini saya mau kasih rahasia ya, ada waktu sebelum subuh, cuma 15 sampai 20 menit, kurang lebih, namanya waktu Sahar," ujar UAH sambil berbisik, menekankan pentingnya momen tersebut.
Pernyataan UAH ini dikutip dari kanal YouTube @Dakwah1mnt, di mana ia menjelaskan secara rinci bahwa Waktu Sahar adalah waktu paling mustajab untuk berdoa. Pada waktu inilah Allah memberikan perhatian khusus kepada hamba-Nya yang memohon dengan tulus
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Inilah Rahasia Besarnya
"Rahasianya di mana? Ini waktu yang paling cepat untuk terkabulnya doa. Anda mau minta apa, saya kasih hadisnya," kata UAH.
Dalam hadis qudsi yang disebutkan UAH, Allah berfirman kepada hamba-Nya, "Ibadi" yang artinya,
"Hambaku, siapa pun yang bermohon sekarang, Aku kabulkan, yang meminta, Aku berikan, siapa yang minta ampunan (istighfar), Aku ampuni dia sekarang juga."
Penjelasan UAH ini menggugah para pendengar untuk memanfaatkan Waktu Sahar dengan sebaik-baiknya. Waktu yang singkat namun penuh berkah ini adalah kesempatan emas untuk meraih ridha Allah dan mendapatkan segala permohonan dengan cepat terkabul.
UAH menambahkan bahwa waktu Sahar ini bukan sekadar waktu biasa, tetapi waktu di mana Allah turun ke langit dunia, mendengar setiap doa hamba-Nya yang sedang beribadah dan memohon.
"Ini bukan waktu sembarangan. Di waktu ini, Allah benar-benar dekat dengan kita, mendengar langsung apa yang kita minta," jelas UAH.
Tak hanya untuk berdoa, UAH juga mengingatkan pentingnya memperbanyak istighfar di waktu tersebut. Menurutnya, memohon ampunan kepada Allah di Waktu Sahar sangat dianjurkan karena Allah langsung memberikan pengampunan bagi hamba-Nya yang bertaubat.
Advertisement
UAH Minta Gunakan Waktu Sahar dengan Baik
"Siapa yang minta ampunan, Allah akan langsung mengampuni sekarang juga, tanpa syarat. Ini kesempatan besar bagi kita semua untuk membersihkan diri dari dosa," ucap UAH.
Selain itu, UAH juga mengingatkan bahwa banyak ulama dan orang-orang saleh yang senantiasa memanfaatkan waktu Sahar untuk mendekatkan diri kepada Allah. Mereka rutin bangun sebelum subuh, bukan hanya untuk berdoa, tetapi juga untuk beribadah dan memohon pengampunan.
"Para ulama terdahulu selalu bangun di waktu Sahar, mereka paham betul bahwa ini waktu terbaik untuk mendekat kepada Allah. Maka, kita juga harus meneladani kebiasaan ini," kata UAH.
Lebih lanjut, UAH menyarankan agar umat Islam yang memiliki kebutuhan mendesak, baik itu masalah dunia maupun akhirat, agar tidak melewatkan waktu ini. "Kalau ada yang benar-benar butuh sesuatu, baik urusan dunia atau akhirat, manfaatkan Waktu Sahar. Insya Allah, doa Anda akan cepat terkabul," tambahnya.
Meski hanya berlangsung selama 15 hingga 20 menit, Waktu Sahar menyimpan kekuatan besar dalam mendekatkan seorang hamba kepada Allah.
UAH juga memberikan tips bagi yang kesulitan bangun di waktu tersebut, yakni dengan meniatkan hati sebelum tidur dan berdoa kepada Allah agar dimudahkan untuk bangun di waktu Sahar.
Sebagai penutup, UAH mengajak umat Islam untuk lebih memperhatikan waktu Sahar dan menjadikannya sebagai rutinitas harian.
"Jangan sia-siakan Waktu Sahar. Mulai dari sekarang, coba bangun sebelum subuh, berdoa, istighfar, minta apa yang Anda butuhkan. Insya Allah, semuanya akan dimudahkan," pungkas UAH.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul