UAH Minta Jangan Sombong dan Berbangga dengan Ilmu, Kenapa?

Ustdaz Adi Hidayat (UAH) menyampaikan tentang pentingnya mendahulukan adab sebelum mencari ilmu. Sebab adab sangat penting untuk membangun pondasi pengetahuan yang kokoh.

oleh Putry Damayanty diperbarui 16 Okt 2024, 18:30 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2024, 18:30 WIB
Ustadz Adi Hidayat alias UAH
Ustadz Adi Hidayat alias UAH. (YouTube Adi Hidayat Official)

Liputan6.com, Jakarta - Ilmu merupakan bekal yang penting bagi manusia. Ilmu disebut juga sebagai kunci dari segala kebaikan.

Seperti halnya dalam beribadah perlu ilmu agar apa yang kita amalkan sesuai dengan syariat dan sempurna sehingga dapat diterima oleh Allah SWT.

Kita dapat belajar ilmu dari mana pun dan kapan pun waktunya. Sehingga, tak ada batasan dalam mencari ilmu selama kita bersungguh-sungguh. 

Namun, jangan sampai kita merasa berbangga dan sombong dengan ilmu yang dimiliki. Sebab ilmu yang tidak dibarengi dengan ketakwaan kepada Allah SWT akan menimbulkan kehancuran dan dampak buru bagi diri.

Dikutip dari tayangan YouTube Adi Hidayat Official, Selasa (15/10/2024), UAH menyampaikan tentang adab yang harus dimiliki bagi seseorang yang sedang mencari ilmu.

 

Saksikan Video Pilihan ini:

Hindari Kesombongan dalam Mencari Ilmu

Ilustrasi buku, sumber ilmu, pengetahuan
Ilustrasi buku, sumber ilmu, pengetahuan. (Photo Copyright by Freepik)

Hal pertama yang harus dimiliki bagi seorang yang sedang mencari ilmu adalah rasa syukur yang dibuktikan dengan sifat tawadhu.

"Ketika ilmu bertambah seharusnya itu menjadikan dia merasa Bersyukur kepada allah karena diberi tadi kesadaran yang tadi ya bukan karena kemampuan dia semata untuk mendapatkan pengetahuan tapi Allah yang berkehendak untuk menitipkannya," ucapnya.

"Sifat syukur yang pertama ketika diberikan itu adalah menghadirkan sifat tawaduk dan mengembalikan semua pengetahuan kepada Allah. Karena itu Allah sangat tidak menyukai bila ada seorang yang merasa berilmu kemudian sombong dengan ilmunya," tuturnya.

Lebih lanjut, UAH menyebutkan jika orang-orang yang sombong akan mendapatkan satu kecaman yang luar biasa dan ini termasuk penyakit iblis. Begitu pun nasib Qarun yang menjadi gambaran adzab dari suatu kesombongan. 

"Jadi kalau dalam bahasa singkat yang sering saya sampaikan seorang yang merasa sudah mendapatkan gelar atau pintar atau ilmunya terlihat banyak tapi pada saat yang sama dia tidak mengenal Tuhannya maka yang demikian belum dikatakan pintar yang sesungguhnya, belum mendapatkan keberkahan dari ilmu," jelasnya.

Seperti halnya kita lihat orang-orang yang digelari Ustadz, Kyai atau mungkin gelar keagamaan tertentu, maka semakin meningkat ilmunya, semakin tawadhu karena merasakan bahwa semua titipan dari Allah SWT.

Pentingnya Mempelajari Adab Sebelum Ilmu

Ilustrasi menuntut ilmu, buku
Ilustrasi menuntut ilmu, buku. (Photo Copyright by Freepik)

Hal yang kedua setelah kita menghadirkan sifat ketawadhuan dengan merasakan semua ilmu itu berasal dari Allah SWT adalah dengan menghindari sifat ujub, riya atau pun takabur. Sebab tak ada manusia yang sempurna, masing-masing orang memiliki kelebihan dan kekurangan.

Adab itulah yang menjadi bukti dari pemahaman seseorang atas apa yang telah disyariatkan oleh agama. Sebagaimana yang termaktub dalam QS. Al-Baqarah ayat 32:

قَالُوْا سُبْحٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ اِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۗاِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ 

Artinya: Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana.”

UAH kembali menekankan tentang pentingnya adab yang akan menjadi pondasi dari suatu pengetahuan. 

"Seringkali kita dapati petunjuk dari para ulama yang menyampaikan adab sebelum ilmu. Di antara adab itu pengetahuannya adalah dasar-dasar penguatan dari nilai spiritual sebelum ditanamkan nilai intelektual," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya