Liputan6.com, Jakarta - Sebuah kisah menarik terungkap tentang KH Abdul Hamid atau Mbah Hamid Pasuruan, seorang ulama yang diyakini sosok wali Allah. Lazimnya waliyullah, Kiai Hamid dianugerahi karomah.
Kisah ini diceritakan oleh Kiai Masyhudi Sunan Kulon pada tahun 2007, menjelang wafatnya.
Advertisement
Sebelum kisah ini terungkap, tidak ada yang mengetahui bahwa Kiai Hamid rutin mengunjungi Baghdad setahun sekali. Ternyata, kepergian Kiai Hamid ke Baghdad adalah sesuatu yang sangat dirahasiakan, bahkan oleh orang-orang terdekatnya.
Advertisement
Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @SPORTS_30626, Kiai Masyhudi menceritakan kisah ini dengan penuh kesan. Menurut Kiai Masyhudi, pada tahun 1980-an, saat ia sedang menjalankan ibadah haji, ia secara tidak sengaja bertemu dengan seorang Syekh dari Baghdad yang bernama Syekh Hasan.
Pertemuan ini menjadi awal dari terungkapnya kisah perjalanan Kiai Hamid yang selama ini tidak banyak diketahui.
Syekh Hasan, yang dikenal sebagai seorang ulama besar dari Baghdad, mengenal Kiai Hamid dengan sangat baik. Saat itu, Kiai Masyhudi memperkenalkan dirinya sebagai orang Jawa Timur, dan Syekh Hasan langsung bertanya apakah ia mengenal Kiai Abdul Hamid Pasuruan.
"Kiai Abdul Hamid Pasuruan adalah guru kami," kata Syekh Hasan dengan penuh hormat.
Kiai Masyhudi merasa terkejut dengan pertanyaan tersebut, karena tidak menyangka Syekh Hasan mengenal Kiai Hamid. Syekh Hasan pun menjelaskan bahwa Kiai Abdul Hamid Pasuruan selalu menghadiri acara haul Syekh Abdul Qadir di Baghdad setiap tahun. Selama di Baghdad, Kiai Hamid rutin bermalam di rumahnya, dan itu sudah menjadi tradisi yang dijalankan oleh Kiai Hamid setiap tahunnya.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Ternyata Mbah Hamid Rutin Datang Ke Baghdad
“Setiap tahun, Kiai Hamid datang ke Baghdad untuk acara haul Syekh Abdul Qadir. Beliau selalu menginap di rumah saya, dan itu sudah menjadi kebiasaan beliau,” ujar Syekh Hasan kepada Kiai Masyhudi. Hal ini tentu membuat Kiai Masyhudi semakin penasaran, mengingat Kiai Hamid dikenal sangat sederhana dan tidak pernah menceritakan aktivitas ini kepada orang lain.
Kiai Masyhudi yang mendengar kisah itu merasa terkejut, karena selama ini tidak ada yang tahu tentang rutinitas Kiai Hamid yang begitu khusyuk dan penuh rahasia. Setelah mendengar cerita tersebut, Kiai Masyhudi mernemui Kiai Hamid, namun oleh Kiai Hamid diminta merahasiakan pertemuan dengan Syekh Hasan, sampai Kiai Hamid wafat.
Setelah Kiai Hamid Wafat, Kiai Masyhudi pun merasa perlu untuk memberi tahu menantu Kiai Hamid, yaitu Kiai Idris Hamid, tentang pertemuan dengan Syekh Hasan di Baghdad.
Ketika Kiai Masyhudi menceritakan hal ini kepada Kiai Idris Hamid, ia bertanya kepada putra Kiai Hamid apakah ayahnya memang sering ke Baghdad. Kiai Idris Hamid, yang saat itu masih muda, menjawab dengan tegas, “Abah saya belum pernah ke Baghdad.” Jawaban ini semakin memperkuat rahasia yang selama ini disembunyikan oleh Kiai Hamid.
Rahasia perjalanan Kiai Hamid ke Baghdad ini semakin menarik perhatian, mengingat Kiai Hamid tidak pernah membicarakannya kepada siapapun, bahkan kepada keluarganya sendiri. Setelah mengetahui cerita dari Syekh Hasan, Kiai Masyhudi pun merasa bahwa ada banyak hal yang belum terungkap tentang kehidupan pribadi Kiai Hamid yang sangat sederhana dan rendah hati.
Pada akhirnya, Kiai Masyhudi menyadari bahwa Kiai Hamid memiliki banyak rahasia yang hanya diketahui oleh beberapa orang terdekatnya. Perjalanan tahunan ke Baghdad, yang dilakukan secara diam-diam, adalah salah satu contoh betapa Kiai Hamid menjalani hidup dengan penuh kebijaksanaan dan kehati-hatian. Meskipun ia dikenal sebagai seorang ulama yang sangat dihormati, Kiai Hamid tidak pernah memamerkan kebaikan atau kebijaksanaannya kepada orang lain.
Kisah ini juga memberikan pelajaran berharga tentang kesederhanaan dan ketulusan hati dalam beramal. Kiai Hamid tidak pernah mencari perhatian atau penghargaan atas apa yang dilakukannya. Bahkan, keberangkatannya ke Baghdad setiap tahun adalah sesuatu yang sangat pribadi, yang hanya diketahui oleh orang-orang yang sudah sangat dekat dengannya, seperti Syekh Hasan.
Advertisement
Siapa Sebenarnya yang Datang Ke Baghdad
Rahasia perjalanan Kiai Hamid ke Baghdad ini juga menjadi pengingat bagi kita semua untuk selalu menjaga kesederhanaan dalam hidup, meskipun kita memiliki banyak hal yang patut dibanggakan. Seperti yang dilakukan Kiai Hamid, ia tidak mencari pujian atau pengakuan dari orang lain, namun tetap menjalankan perannya sebagai seorang ulama dengan penuh kebijaksanaan.
Dalam perjalanan hidupnya, Kiai Hamid selalu menekankan pentingnya menjaga hubungan dengan Allah dan dengan sesama. Meskipun ia memiliki kedudukan yang tinggi sebagai seorang ulama, ia tidak pernah merasa lebih tinggi dari orang lain. Keberaniannya untuk melakukan perjalanan jauh ke Baghdad setiap tahun merupakan bentuk ketundukan dan penghambaan kepada Allah, bukan untuk mencari ketenaran atau pengakuan.
Kisah ini juga mengajarkan kita untuk selalu menjaga rahasia amal ibadah kita, tidak perlu mencari pujian atau sanjungan dari orang lain. Tindakan kita yang tulus dan ikhlas akan mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah, meskipun orang lain tidak mengetahuinya.
Selain itu, kisah ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga hubungan dengan sesama ulama dan dengan umat. Kiai Hamid selalu menjalin hubungan yang baik dengan banyak ulama, termasuk dengan Syekh Hasan di Baghdad. Hubungan ini bukan hanya untuk kepentingan duniawi, tetapi juga untuk kepentingan agama dan ukhuwah Islamiyah.
Meskipun kisah ini terungkap cukup lama setelah Kiai Hamid wafat, namun kisah perjalanan tahunan ke Baghdad ini menjadi saksi bisu dari kehidupan seorang ulama yang sangat sederhana dan ikhlas dalam menjalankan peranannya. Kiai Hamid memang sudah lama meninggal, namun amalannya tetap menginspirasi banyak orang hingga kini.
Kiai Masyhudi yang menceritakan kisah ini juga merasa bahwa sudah saatnya untuk membagikan kisah ini agar generasi berikutnya bisa memahami betapa mulianya kehidupan seorang ulama seperti Kiai Hamid. Ia berharap bahwa kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua untuk lebih mencintai ilmu dan selalu menjaga kesederhanaan dalam hidup.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa keberkahan hidup tidak selalu datang dari pujian orang banyak, tetapi dari ketulusan hati dan kesungguhan dalam beramal. Sebagaimana yang dilakukan Kiai Hamid, kita diajak untuk tetap menjaga amal ibadah kita dengan rendah hati dan penuh pengabdian kepada Allah.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul