Liputan6.com, Jakarta - Ikhtiar manusia dalam menjalani hidup seringkali dibayangi pertanyaan, apakah Allah SWT akan mengabulkan doa-doa mereka? Ustadz Adi Hidayat (UAH), menjelaskan tiga cara Allah menjawab harapan manusia melalui penjelasan yang mendalam dan menyejukkan hati.
“Puncak tertinggi dari tugas manusia adalah berikhtiar semampu yang bisa dilakukan. Setelah itu, biarkan Allah SWT menetapkan apa yang menjadi bagian dari maslahat kehidupan kita,” ujar UAH dalam salah satu ceramahnya, dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @Islamissocool.
Advertisement
UAH menambahkan bahwa cara Allah SWT menjawab doa memiliki tiga kemungkinan yang mencerminkan keadilan dan kebijaksanaan-Nya.
Advertisement
Pertama, Allah SWT dapat langsung memberikan apa yang diminta oleh seorang hamba. Hal ini terjadi ketika permintaan tersebut telah sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan orang yang berdoa.
“Kita kadang berpikir, doa yang dijawab langsung adalah bentuk kasih sayang terbesar. Padahal, itu hanya salah satu cara Allah menunjukkan kasih-Nya,” ungkap UAH.
Kedua, Allah SWT menunda jawaban dari doa tersebut hingga waktu yang tepat. Penundaan ini bukan berarti penolakan, melainkan proses Allah mempersiapkan hamba-Nya agar lebih siap menerima karunia-Nya.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Allah SWT Mengutamakan Kemaslahatan HambaNya
“Kadang kita merasa Allah tidak mendengar doa kita. Tapi sebenarnya, Allah sedang menunggu waktu terbaik untuk menjawabnya,” jelasnya lebih lanjut.
Ketiga, Allah SWT mengganti apa yang diinginkan manusia dengan sesuatu yang lebih baik dan lebih dibutuhkan. Hal ini seringkali tidak disadari oleh manusia, namun selalu berujung pada kebaikan.
“Seringkali kita meminta sesuatu yang kita inginkan, tapi Allah memberikan apa yang kita butuhkan. Di sinilah letak hikmah dan rahmat-Nya,” tambahnya.
Ketiga cara ini, menurut UAH, menunjukkan betapa Allah selalu mengutamakan maslahat bagi hamba-hamba-Nya. Sebagai manusia, tugas utama kita adalah berikhtiar dan berserah diri.
UAH juga menekankan pentingnya tawakal setelah berikhtiar. Menurutnya, tawakal adalah bentuk kepercayaan penuh kepada Allah setelah usaha terbaik dilakukan.
“Ketika kita berserah diri, hati menjadi tenang. Itulah rahmat dari Allah yang membuat kita kuat menghadapi kehidupan,” ujarnya.
Lebih lanjut, UAH mengingatkan bahwa doa harus diiringi dengan usaha nyata. Ia menyebutkan bahwa ikhtiar adalah bentuk usaha manusia untuk mendekati rahmat Allah.
“Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali mereka sendiri yang berusaha mengubahnya,” tegasnya, mengutip Al-Qur'an.
Advertisement
Jangan Pernah Berhenti Berharap Kepada Allah SWT
Dalam konteks ini, doa bukan sekadar permohonan, tetapi juga cerminan keimanan dan keyakinan kepada Allah. Setiap doa yang dipanjatkan dengan ikhlas akan selalu diperhatikan oleh-Nya.
“Tidak ada doa yang sia-sia. Semua tersimpan di sisi Allah, dan pasti akan ada balasan terbaik,” katanya.
UAH juga menekankan bahwa manusia perlu bersabar dalam menanti jawaban atas doa mereka. Kesabaran adalah kunci untuk memahami hikmah di balik setiap peristiwa.
Menurutnya, kesabaran ini mencerminkan kedewasaan iman dan keyakinan kepada Allah SWT. Orang yang sabar adalah orang yang mampu menerima keputusan Allah dengan lapang dada.
Selain itu, ia juga mengingatkan pentingnya menjaga hati agar selalu bersih dalam berdoa. Doa yang berasal dari hati yang tulus akan lebih mudah diijabah oleh Allah.
“Hati yang penuh dengan syukur dan keikhlasan akan memancarkan energi positif yang luar biasa,” ucapnya.
UAH menutup penjelasannya dengan mengajak umat untuk tidak pernah berhenti berharap kepada Allah SWT. Harapan adalah salah satu wujud iman yang menguatkan hubungan manusia dengan Tuhannya.
“Teruslah berdoa, berikhtiar, dan bertawakal. Yakinlah, Allah selalu memberikan yang terbaik,” pungkasnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul