Liputan6.com, Jakarta - Ketika menjalankan sholat subuh berjamaah, ada kalanya terjadi perbedaan kebiasaan antara imam dan makmum. Salah satu yang sering menjadi pertanyaan adalah saat imam membaca doa qunut, sementara makmum tidak terbiasa melakukannya.
Ustadz Adi Hidayat (UAH), pendiri Quantum Akhyar Institute, memberikan penjelasan rinci mengenai hal ini. Dalam sebuah kajian, ia menjelaskan bagaimana sikap makmum ketika menghadapi situasi tersebut.
Advertisement
Ustadz Adi Hidayat menjawab persoalan ini dengan pendekatan yang lugas dan penuh wawasan.
Advertisement
Menurut Ustadz Adi Hidayat, makmum memiliki kewajiban utama untuk mengikuti imam. Jika imam membaca doa qunut, makmum cukup mengaminkan tanpa harus mengangkat tangan jika merasa tidak terbiasa.
"Jika imam qunut, antum ikut qunut sebagai makmum dengan mengaminkan. Selesai persoalan," ujarnya, dirangkum dari sebuah tayangan video di kanal YouTube @Tasya_izoel.Â
Ia menegaskan bahwa pengangkatan tangan bukanlah keharusan, tetapi hanya salah satu bentuk adab dalam berdoa.
Ustadz Adi Hidayat juga mengingatkan bahwa mengikuti imam adalah prinsip utama dalam sholat berjamaah. "Makmum itu tugasnya mengikuti imam. Imam ruku, antum ruku. Imam sujud, antum sujud. Imam baca qunut, antum ikut qunut," jelasnya.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Tak Perlu Sujud Sahwi
Namun, jika makmum merasa ragu atau tidak memahami bacaan qunut, Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa cukup mengikuti tanpa perlu mengangkat tangan atau mengucapkan amin secara keras.
Ia juga menegaskan bahwa tidak perlu melakukan sujud sahwi jika imam membaca qunut sementara makmum tidak terbiasa melakukannya. "Kalau imam qunut, antum tidak qunut, nggak apa-apa. Kalau imam tidak qunut, antum juga tidak perlu qunut. Selesai. Gampang, sebetulnya," katanya.
Menurut Ustadz Adi Hidayat, persoalan seperti ini sering kali muncul karena kurangnya pemahaman tentang prinsip berjamaah dalam sholat. Ia menekankan bahwa tidak perlu ada perdebatan atau keraguan yang berlebihan dalam menjalankan ibadah.
Ketika imam memimpin sholat, tugas makmum adalah mengikuti dengan penuh keikhlasan dan tanpa menambah atau mengurangi apa yang dilakukan oleh imam. Hal ini adalah bagian dari adab dalam berjamaah.
Ustadz Adi Hidayat juga mengingatkan bahwa doa qunut adalah sunnah yang tidak harus dilakukan dalam setiap sholat subuh. Namun, jika imam membacanya, maka makmum cukup mengikuti tanpa harus merasa terbebani.
Ia menjelaskan bahwa dalam Islam, keberkahan berjamaah lebih diutamakan daripada perbedaan kecil dalam teknis ibadah. Oleh karena itu, makmum sebaiknya tidak membesar-besarkan hal-hal yang sifatnya khilafiyah.
Selain itu, Ustadz Adi Hidayat memberikan contoh bagaimana bersikap ketika imam memiliki kebiasaan berbeda. "Awas jangan terlampau soleh di sini. Kalau imam qunut, antum cukup mengaminkan. Tidak usah menambahkan hal-hal yang berlebihan," tegasnya.
Advertisement
Tugas Makmum, Menjaga Harmoni
Menurutnya, sikap berlebihan dalam ibadah justru dapat mengganggu kekhusyukan sholat. Makmum seharusnya fokus pada tujuan utama sholat, yaitu mendekatkan diri kepada Allah dengan cara yang sederhana dan sesuai tuntunan.
Ustadz Adi Hidayat juga mengingatkan bahwa memahami perbedaan adalah bagian dari akhlak mulia dalam Islam. "Kalau imam membaca qunut, itu bukan masalah besar. Yang penting, makmum mengikuti tanpa merasa terpaksa," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa tugas makmum adalah menjaga harmoni dalam berjamaah, bukan mencari-cari kesalahan atau perbedaan antara kebiasaan imam dan dirinya sendiri.
Dalam ceramahnya, Ustadz Adi Hidayat sering kali menekankan pentingnya keikhlasan dalam beribadah. Ia mengajak jamaah untuk selalu mengutamakan niat yang tulus dalam setiap perbuatan.
Penjelasan ini memberikan panduan praktis bagi umat Islam dalam menghadapi perbedaan kebiasaan dalam sholat berjamaah. Ustadz Adi Hidayat berharap agar umat Islam lebih fokus pada esensi ibadah daripada teknisnya.
Melalui penjelasannya, Ustadz Adi Hidayat berhasil memberikan pencerahan tentang pentingnya menjaga persatuan dalam sholat berjamaah. Ia mengajak jamaah untuk selalu mengedepankan sikap saling memahami.
Ceramah ini menjadi pengingat bahwa Islam adalah agama yang memudahkan, bukan menyulitkan. Ustadz Adi Hidayat mengajarkan bahwa kebijaksanaan dalam ibadah adalah kunci untuk mencapai kekhusyukan.
Dengan gaya penyampaiannya yang santai tetapi penuh makna, Ustadz Adi Hidayat berhasil menggugah kesadaran jamaah untuk lebih memahami nilai-nilai keislaman. Pesannya memberikan inspirasi bagi umat Islam untuk lebih khusyuk dalam beribadah.
Melalui ceramah ini, Ustadz Adi Hidayat menunjukkan bagaimana menyikapi perbedaan dalam sholat berjamaah dengan cara yang bijaksana. Ia mengingatkan bahwa tujuan utama ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan penuh ketulusan.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul