Lakukan Sholat Khafifatain Dulu jika Ingin Tahajud setelah Witir, Caranya Begini Kata UAH

Jangan sholat dulu Setelah Sholat Witir sebelum melaksanakan sholat ini kata Ustadz Adi Hidayat

oleh Liputan6.com Diperbarui 23 Feb 2025, 18:30 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2025, 18:30 WIB
UAH (SS. YT Short @Andhap_asor)
UAH (SS. YT Short @Andhap_asor)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Terdapat sholat sunah yang disebut sebagai sholat penutup untuk sholat yang ditunaikan di malam hari (qiyamullail). yaitu sholat witir.

Di malam bulan Ramadhan, sholat witir ini ditunaikan usai melaksanakan sholat Tarawih. Pelaksanaan dua sholat di bulan suci ini dilakukan secara berjamaah.

Namun jika kita menginginkan melaksanakan sholat lagi, seperti sholat Tahajud atau Hajat, apakah masih diperbolehkan?

Menjawab masalah ini Ustadz Adi Hidayat (UAH) menerangkan sholat yang dilakukan tatkala kita menginginkan untuk melaksanakan sholat lagi setelah sholat witir.

Menurut UAH sholat witir ialah sholat yang menutup rangkaian sholat yang telah kita tunaikan pada hari itu.

“Kalau anda Sholat Tarawih dan ditutup dengan witir, ya selesailah rangkaian sholat Anda dari mulai subuh itu sampai ke waktu itu” terangnya dikutip dari tayangan YouTube Short @alfatahibadah, Sabtu (22/02/2025).

Seandainya kita ingin menunaikan sholat lagi setelah sholat witir, menurut UAH terlebih dahulu harus melaksanakan sholat pembuka 2 rakaat yang ringan yang disebut sholat khafifatain.

“Kalau Anda ingin buka lagi, silakan buka,” jelasnya.

Simak Video Pilihan Ini:

Lakukan Sholat Ini

sholat hajat untuk apa
sholat hajat untuk apa ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

 

“Karena itu ada pembuka sholat 2 rakaat yang ringan, namanya khafifatain,” sambungnya.

“Ada di Sunan Abu Dawud, nomor hadis 1367,” terangnya.

UAH menerangkan cara melaksanakan sholat tersebut yang tidak jauh berbeda dengan sholat sunah pada umunya yakni dikerjakan sebanyak 2 rakaat.

Hanya saja dalam pelaksanaannya ketika menunaikan sholat tersebut cukup membaca surah Al-Fatihah saja tidak membeca surah lain setelahnya.

“Sholat untuk membuka rangkaian sholat baru, itu dibuka dengan dua rakaat yang ringan,” paparnya.

“Yang langsung ketika takbir langsung Al-Fatihah, tidak pakai surah lagi setelah Al-Fatihah,” imbuhnya.

Setelah melaksanakan sholat ini mala menurut UAH kita baru diperbolehkan melaksanakan sholat sumah lainnya semisal SholatTahajud.

“Jadi kalau anda tutup dengan Witir, boleh tidak malam mau Tahajud? Boleh!” terangnya.

“Silahkan buka lagi, itu tidak ada perbedaan pendapat dikalangan para ulama," tandasnya.

 

Dalil Sholat Iftitah (Pembuka)

cara mengqodho sholat dzuhur di waktu ashar berapa rakaat
cara mengqodho sholat dzuhur di waktu ashar berapa rakaat ©Ilustrasi dibuat Stable Diffusion... Selengkapnya

Menukil muhammadiyah.or.id, beberapa dalil yang berkaitan dengan shalat iftitah sebagai berikut:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ لِيُصَلِّيَ افْتَتَحَ صَلاَتَهُ بِرَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ [رواه مسلم :الدعاء فى صلاة الليل وقيامه]

Artinya: Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata: Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila akan melaksanakan shalat lail, beliau memulai (membuka) shalatnya dengan (shalat) dua rakaat yang ringan-ringan. [HR. Muslim, bab ad-Du’a fi shalat al-lail wa qiyaamih]

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ مِنْ اللَّيْلِ فَلْيَفْتَتِحْ صَلاَتَهُ بِرَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ. [رواه مسلم :الدعاء فى صلاة الليل وقيامه]

Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Apabila salah saeorang dari kamu akan melakukan shalat lail, hendaklah memulai shalatnya dengan dua rakaat yang ringan-ringan.” [HR. Muslim, bab ad-Du’a fi shalat al-lail wa qiyaamih]

حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ اللَّيْثِ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ جَدِّي عَنْ خَالِدِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِلاَلٍ عَنْ مَخْرَمَةَ بْنِ سُلَيْمَانَ أَنَّ كُرَيْبًا مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ قَالَ سَأَلْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ كَيْفَ كَانَتْ صَلاَةُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِاللَّيْلِ قَالَ بِتُّ عِنْدَهُ لَيْلَةً وَهُوَ عِنْدَ مَيْمُونَةَ فَنَامَ حَتَّى إِذَا ذَهَبَ ثُلُثُ اللَّيْلِ أَوْ نِصْفُهُ اسْتَيْقَظَ فَقَامَ إِلَى شَنٍّ فِيهِ مَاءٌ فَتَوَضَّأَ وَتَوَضَّأْتُ مَعَهُ ثُمَّ قَامَ فَقُمْتُ إِلَى جَنْبِهِ عَلَى يَسَارِهِ فَجَعَلَنِي عَلَى يَمِينِهِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ عَلَى رَأْسِي كَأَنَّهُ يَمَسُّ أُذُنِي كَأَنَّهُ يُوقِظُنِي فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ قَدْ قَرَأَ فِيهِمَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ صَلَّى حَتَّى صَلَّى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً بِالْوِتْرِ ثُمَّ نَامَ فَأَتَاهُ بِلاَلٌ فَقَالَ الصَّلاَةُ يَا رَسُولَ اللهِ فَقَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ صَلَّى لِلنَّاسِ [رواه أبو داود: الصلاة: فى صلاة الليل: 1157]

Artinya: Abdul Malik bin Syu’aib bin al-Lais telah menceritakan kepada kami, ayahku telah menceritakan kepadaku, diriwayatkan dari kakekku, diriwayatkan dari Khalid bin Yazid, diriwayatkan dari Sa’id bin Abi, diriwayatkan dari Makhramah bin Sulaiman sungguh Kuraib hamba ibnu Abbas ia menceritakan bahwa dirinya berkata: Saya bertanya kepada Ibnu Abbas, bagaimana shalat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada malam hari dimana saya bermalan di tempatnya sedang beliau (Rasulullah) berada di tempat Maimunah, maka beliaupun tidur, apabila waktu  telah memasuki sepertiga malam atau setengahnya beliau bangun dan menuju ke griba (wadah air dari kulit) kemudian beliau berwudlu dan aku pun berwudlu bersama beliau, lalu beliau berdiri (untuk melakukan shalat) dan aku pun berdiri di sebelah kirinya, maka beliau menjadikan aku berada di sebelah kanannya, kemudian beliau meletakkan tangannya di atas kepalaku, seolah-olah beliau memegang telingaku, seolah-olah beliau membangunkanku, kemudian beliau shalat dua rakaat ringan-ringan, beliau membaca ummul–Quran pada setiap rakaat, kemudian beliau mengucapkan salam sampai beliau shalat sebelas rakaat dengan witirnya, kemudian beliau tidur. Maka sahabat Bilal menghampirinya sambil berseru; waktu shalat wahai Rasulullah, lalu beliau bangkit (bangun dari tidurnya) dan shalat dua rakaat, kemudian memimpin shalat orang banyak.” [HR Abu Dawud, kitab as-Shalat, bab fi shalat al-Lail, hadis no. 1157]

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya