4 Tingkatan Ikhlas dalam Islam, dari Duniawi hingga Sempurna

Perjalanan spiritual menuju keikhlasan dibagi dalam empat tingkatan: ikhlas meraih kebahagiaan duniawi, ikhlasuk aabidiin, ikhlasul muhibbin, dan ikhlasul arifin. Temukan penjelasan lengkapnya!

oleh Ayu Rifka Sitoresmi Diperbarui 23 Feb 2025, 19:00 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2025, 19:00 WIB
4 Tingkatan Ikhlas dalam Islam, Dari Duniawi hingga Sempurna
Ikhlas ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Ikhlas dalam Islam merupakan kunci utama penerimaan amal ibadah. Namun, perjalanan menuju keikhlasan bukanlah hal yang mudah, dan pemahaman mengenai tingkatannya dapat membantu kita dalam proses tersebut. Berbagai ulama dan ahli tafsir memiliki pandangan berbeda mengenai tingkatan ikhlas, mencerminkan kompleksitas dan kedalaman makna ikhlas itu sendiri.

Ada empat ikhlas yaitu ikhlas meraih kebahagiaan duniawi, ikhlasuk Aabidiin, ikhlasul Muhibbin, dan ikhlasul Arifin. Meskipun terdapat perbedaan pendapat mengenai jumlah dan detail tingkatannya, semua pandangan menekankan pada satu hal yakni semakin tinggi tingkatan ikhlas, semakin murni niat seseorang dalam beribadah hanya karena Allah SWT.

Perbedaan interpretasi ini mungkin muncul karena perbedaan fokus dan penekanan pada aspek tertentu dari keikhlasan. Beberapa ulama mungkin lebih menekankan pada motivasi di balik amal, sementara yang lain mungkin lebih memperhatikan kualitas dan kemurnian niat itu sendiri. Memahami berbagai perspektif ini akan memperkaya pemahaman kita tentang konsep ikhlas yang begitu fundamental dalam ajaran Islam.

Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai tingkatan ikhlas dalam Islam yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Minggu (23/2/2025).

1. Ikhlas Meraih Kebahagiaan Duniawi

4 Tingkatan Ikhlas dalam Islam, Dari Duniawi hingga Sempurna
ilustrasi sholat. islam-today.ru... Selengkapnya

Tingkatan ikhlas ini merupakan tingkatan paling dasar. Pada tahap ini, seseorang melakukan amal ibadah atau kebaikan dengan tujuan utama mendapatkan manfaat duniawi. Bisa berupa pujian, harta, kedudukan, atau popularitas. Meskipun niat baik ada, namun tercampur dengan motivasi duniawi yang kuat. Motivasi utamanya bukanlah ridho Allah, melainkan keuntungan pribadi di dunia.

Contohnya, seseorang bersedekah bukan semata-mata karena Allah, tetapi juga karena ingin dilihat sebagai orang dermawan dan mendapatkan reputasi baik di masyarakat. Atau, seseorang rajin beribadah karena berharap mendapatkan karir yang lebih baik atau peningkatan ekonomi.

Meskipun masih tergolong ikhlas, tingkatan ini masih perlu ditingkatkan karena belum sepenuhnya murni dan terbebas dari kepentingan duniawi. Penting untuk menyadari motivasi ini dan berusaha untuk memperbaiki niat agar lebih fokus kepada ridho Allah.

2. Ikhlasuk Aabidiin 

Tingkatan ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam kualitas keikhlasan. Pada tahap ini, seseorang telah melampaui motivasi duniawi dan mulai beribadah dengan fokus pada pahala akhirat. Mereka berharap mendapatkan surga dan menghindari siksa neraka. Meskipun masih ada unsur perhitungan, namun motivasi utamanya tetap tertuju pada Allah SWT.

Mereka memahami bahwa amal ibadah adalah jalan menuju keridhoan Allah dan balasan akhirat. Namun, kesadaran akan pahala dan hukuman masih menjadi pendorong utama. Mereka beribadah dengan sungguh-sungguh, tetapi masih ada sedikit unsur transaksional dalam niat mereka.

Tingkatan ini menunjukkan kemajuan spiritual yang signifikan, tetapi masih ada ruang untuk peningkatan lebih lanjut menuju keikhlasan yang lebih murni dan sempurna.

3. Ikhlasul Muhibbin 

Pada tingkatan ini, cinta kepada Allah SWT menjadi motivasi utama dalam beribadah. Seseorang yang berada di tingkatan ini telah melampaui perhitungan pahala dan hukuman. Mereka beribadah bukan karena takut akan siksa atau berharap surga, tetapi karena kecintaan dan kerinduan yang mendalam kepada Allah.

Mereka merasakan kebahagiaan dan ketenangan batin ketika mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah menjadi bentuk ungkapan kasih sayang dan pengabdian kepada Sang Pencipta. Motivasi mereka murni karena ingin selalu dekat dan taat kepada Allah.

Tingkatan ini menandakan kedewasaan spiritual yang tinggi. Mereka telah melampaui ego dan kepentingan pribadi, dan fokus sepenuhnya pada keridhoan Allah.

4. Ikhlasul Arifin 

Tingkatan ini merupakan puncak dari keikhlasan. Seseorang yang berada di tingkatan ini telah mencapai tingkat ma'rifah (pengetahuan) yang tinggi tentang Allah SWT. Keikhlasan mereka sudah sempurna dan murni, tanpa tercampuri oleh motivasi duniawi maupun akhirawi.

Mereka beribadah semata-mata karena cinta dan pengabdian yang tulus kepada Allah. Mereka telah mencapai kesatuan batin dengan Allah, sehingga setiap tindakan dan perbuatan mereka dilandasi oleh keikhlasan yang mutlak.

Tingkatan ini merupakan tujuan akhir dari perjalanan spiritual menuju keikhlasan. Mencapai tingkatan ini membutuhkan usaha dan perjuangan yang panjang, serta kedekatan yang konsisten dengan Allah SWT.

Meskipun terdapat perbedaan pandangan mengenai tingkatan ikhlas, inti dari semua pandangan tersebut adalah bahwa ikhlas merupakan suatu spektrum. Semakin tinggi tingkatan ikhlas seseorang, semakin murni niatnya untuk beribadah dan beramal saleh hanya karena Allah SWT, tanpa tercampuri oleh motivasi duniawi atau akhirawi yang bersifat transaksional. Perlu diingat bahwa mencapai ikhlas yang sempurna adalah proses yang terus menerus dan membutuhkan usaha serta kedekatan dengan Allah SWT.

Tingkatan Ikhlas Menurut Syekh Nawawi Al-Bantani  

4 Tingkatan Ikhlas dalam Islam, Dari Duniawi hingga Sempurna
Ilustrasi doa, ibadah, muslim, Islam. (Photo by Imad Alassiry on Unsplash)... Selengkapnya

Dikutip dari laman resmi Kementerian Agama RI,  menurut Syekh Nawawi Al-Bantani membaginya menjadi 3 tingkatan, hal ini sebagaimana diungkap dalam kitab Nurudh Dholam (Syekh Nawawi Al-Bantani, Nurudh Dholam, [Kediri: PPA, tt], halaman 44), sebagaimana berikut:

1. Ikhlash karena Allah

Ikhlash karena Allah menempati posisi pertama dan utama. Ikhlas dalam kelompok ini adalah seorang mukmin ketika beribadah kepada Allah dan melakukan amal saleh, sama sekali tidak mengharapkan apapun kecuali ridla Allah, tidak juga mengharapkan pahala surga atau untuk menghindari siksa neraka. Menurut Syekh Nawawi, ikhlas seperti ini berada pada tingkatan tertinggi.

2. Ikhlash karena Akhirat

Tingkatan ikhlas kedua adalah beribadah dan beramal saleh karena mengharapkan pahala, mendapatkan surga, dan takut pada siksa neraka. Menurut Syekh Nawawi, tingkatan ikhlas ini berada pada tingkatan menengah.

3. Ikhlash karena Dunia

Tingkatan ikhlas terakhir adalah beribadah karena mengharapkan balasan di dunia, misalnya seseorang melakukan ibadah membaca Surat Al-Waqi‘ah dengan harapan bisa mendapat kekayaan, mengeluarkan sedekah berharap mendapat rezeki yang berlipat ganda, dan seterusnya. Menurut Syekh Nawawi, ikhlas seperti ini adalah ikhlash yang berada pada tingkatan paling rendah. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya