Liputan6.com, Jakarta - Menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan membutuhkan niat yang jelas. Namun, masih banyak yang mempertanyakan apakah niat puasa harus diucapkan panjang atau cukup dengan kalimat pendek.
KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya, Pengasuh Lembaga Pengembangan Da’wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah di Cirebon, memberikan penjelasan mengenai makna niat puasa.
Advertisement
"Niat itu intinya di dalam hati, karena niat adalah maksud untuk berpuasa Ramadhan," ujar Buya Yahya dalam ceramahnya.
Advertisement
Pernyataan yang dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @risalah_hidup ini, Buya Yahya menegaskan bahwa niat tidak harus diucapkan secara panjang, karena yang paling utama adalah adanya tekad di dalam hati.
Jika seseorang ingin mengucapkan niat puasa, maka cukup dengan kalimat sederhana seperti "Aku niat puasa Ramadan esok hari" atau "Aku niat puasa Ramadan besok", maka sudah dianggap sah.
Menurut Buya Yahya, selama ini banyak orang yang terbiasa mengucapkan niat panjang, seperti "Nawaitu shauma ghodin an adā’i fardhi syahri Ramadan…" dan sebagainya.
Namun, jika seseorang mengucapkan niat panjang dengan lisan sambil memahami maknanya di dalam hati, maka itu tetap sah.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Niat dalam Hati tanpa Dilafalkan, Apakah Sah?
Buya Yahya juga menjelaskan bahwa seseorang yang telah berniat dalam hati, meskipun tidak melafalkan dengan lisan, maka puasanya tetap sah.
Ada pula pertanyaan mengenai seseorang yang makan sahur tetapi lupa membaca niat puasa, apakah puasanya tetap sah atau tidak.
Menjawab hal ini, Buya Yahya menegaskan bahwa sahur yang dilakukan sudah cukup dianggap sebagai niat berpuasa.
"Kalau seandainya seseorang sudah sahur, maka itu sudah menjadi niat puasanya. Tidak perlu dipersulit masalah ini," jelasnya.
Ketika seseorang bangun di waktu sahur, makan, dan memiliki kesadaran bahwa akan menjalankan puasa, maka itu sudah dianggap niat tanpa perlu diucapkan secara eksplisit.
Islam adalah agama yang memudahkan umatnya dalam beribadah, termasuk dalam hal niat berpuasa.
Buya Yahya mengingatkan bahwa niat bukan sekadar ucapan, tetapi lebih kepada kesadaran di dalam hati untuk menjalankan ibadah dengan sungguh-sungguh.
Advertisement
Pendek atau Panjang Tetap Sah
Oleh karena itu, tidak perlu merasa ragu atau khawatir jika tidak sempat melafalkan niat, asalkan dalam hati sudah ada tekad untuk berpuasa.
Banyak orang yang beranggapan bahwa niat harus selalu diucapkan secara formal dan lengkap, padahal yang terpenting adalah adanya niat dalam hati.
Buya Yahya juga menekankan bahwa jangan sampai seseorang menjadi waswas dalam beribadah hanya karena terlalu khawatir dengan niatnya.
Ibadah puasa seharusnya dijalankan dengan tenang dan penuh keyakinan, bukan malah menimbulkan rasa gelisah yang berlebihan.
Oleh sebab itu, umat Islam diminta untuk tidak memperumit perkara niat, karena pada dasarnya niat adalah kesadaran hati untuk beribadah.
Kesimpulannya, baik niat pendek maupun panjang tetap sah, selama di dalam hati ada tekad yang jelas untuk menjalankan ibadah puasa.
Puasa Ramadan adalah ibadah yang sangat mulia, sehingga niatnya pun tidak boleh menjadi beban, tetapi harus dipahami sebagai bagian dari kemudahan yang diberikan oleh Islam.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
