100 Tahun Ahmadiyah Indonesia, JAI Luncurkan Program Kajian Al-Qur'an dan Gerakan Kesadaran Lingkungan

Puncak acara Seluruh rangkaian program tasyakur 100 tahun Jemaat Muslim Ahmadiyah Indonesia akan dilaksanakan pada bulan Desember tahun 2025

oleh Muhamad Ridlo Diperbarui 24 Mar 2025, 00:30 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2025, 00:30 WIB
Masjid Baitul Futuh menjadi pusat kegiatan komunitas Ahmadiyah di Inggris (Liputan6/Elin Kristanti)
Masjid Baitul Futuh menjadi pusat kegiatan komunitas Ahmadiyah di Inggris (Liputan6/Elin Kristanti)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Keberadaan Muslim Ahmadiyah di Indonesia pada 2025 genap memasuki usia 100 tahun. Momentum bersejarah ini menjadi waktu yang tepat untuk menegaskan kembali komitmen Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) dalam peran dan kontribusinya secara inklusif pada perjalanan bangsa Indonesia.

Sejak awal, Ahmadiyah hadir di Indonesia diawali oleh tiga serangkai para pelajar Indonesia yang berasal dari lulusan pesantren Sumatera Thawalib di Sumatera Barat yakni Abubakar Ayyub, Ahmad Nuruddin, dan Zaini Dahlan yang belajar Islam ke India pada Desember 1922 dan kemudian tertarik menerima Islam Ahmadiyah pada 1923.

"Setelah itu belasan pemuda lainnya dari Nusantara menyusul tertarik belajar Islam Ahmadiyah ke India," kata Sekretaris Pers JAI, Yendra Budiana, dalam siaran pers, dikutip Minggu (23/3/3025).

Pada 1924 puluhan pemuda Nusantara yang sudah menerima Islam Ahmadiyah dan masih berada di India, mengundang Khalifah Islam Ahmadiyah Hazrat Mirza Bashirudin Mahmud Ahmad ra yang sedang gencar dakwah Islam ke Eropa agar bisa datang juga ke Nusantara, lalu Hz Mirza Bashirudin Mahmud Ahmad ra mengutus Mubaligh Maulana Rahmat Ali HAOT sebagai perwakilan Khalifah Ahmadiyah untuk memperkenalkan Islam Ahmadiyah di Nusantara.

"Maulana Rahmat Ali HAOT berlabuh pertama kali di Tapak Tuan, Aceh pada 1925 dan menerima baiat bergabungnya beberapa masyarakat Indonesia ke dalam kelompok Muslim Ahmadiyah. Sejak tahun 1925 itulah ditandai sebagai awal mula menyebarnya pemahaman Islam Ahmadiyah ke seluruh Nusantara yang kelak bernama Indonesia," dia menjelaskan.

Sejak itu pemahaman Ahmadiyah melalui terjemahan & tafsir Al-Qur’an Ahmadiyah mewarnai para tokoh bangsa Indonesia seperti , Cokroaminoto, KH Agus Salim, Ruslan Abdul Gani , Soekarno, sebagaimana disampaikan oleh Dirjen Kemendikti & Saintek RI, Professor Najib Ajmad Burhani dalam acara peluncuran program Tasyakur Jemaat Muslim Ahmadiyah Indonesia, Jum’at 21 Maret 2025 di Jakarta.

Promosi 1

Jadi Rujukan

Professor Najib mengatakan bahwa para tokoh pendiri bangsa Indonesia tertarik atas tafsir Al-Qur’an Ahmadiyah karena dinilai lebih rasional dan modern. Sehingga tidak mengherankan jika Tafsir Al-Quran Departemen Agama Republik Indonesia edisi pertama tahun 1965 sampai tahun 1974 memakai rujukan tafsir Al-Qur’an Ahmadiyah karya Maulana Muhammad Ali, Maulvi Sher dan Khalifah Islam Ahmadiyah ke II Hazrat Mirza Bashirudin Mahmud Ahmad ra.

Mirza Ghulam Ahmad a.s. dalam kitab Bahtera Nuh menyatakan bahwa seluruh kebajikan terkandung dalam Al-Qur’an (al-khayru kulluhu fiy al-qur’an). Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah menegaskan bahwa setiap Muslim Ahmadi harus menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dengan mengamalkannya, bukan sekadar membacanya (Qs. Al-Furqan: 30). Karena itu, menurut Pendiri Jemaat Ahmadiyah, jihad terbesar adalah menyebarkan ajaran Al-Qur’an (Qs. Al-Furqan: 52).

Mengingat umat manusia berasal dari berbagai suku dan bahasa, Al-Qur’an perlu diterjemahkan agar dapat dipahami lebih luas. Ahmadiyah mewujudkan upaya ini melalui berbagai cara. Pertama, menerjemahkan Al-Qur’an ke berbagai bahasa utama dunia.

Hingga kini, Ahmadiyah telah menyelesaikan terjemahan dalam 80 dari target 100 bahasa. Beberapa di antaranya adalah Belanda (1953), Kiswahili (1953), Jerman (1954), Esperanto (1970), Indonesia (1970), Prancis (1985), Italia (1986), Rusia (1987), Jepang (1988), Spanyol (1988), Swedia (1988), Yunani (1989). Baru-baru ini, Ahmadiyah juga menerbitkan terjemahan lengkap 30 juz dalam bahasa Ibrani (2025)

Kedua, Jemaat Ahmadiyah mengadakan International Ta’leemul Qur’an Academy (ITQA), yang diikuti oleh Ahmadi dari berbagai negara. Program ini mencakup Nazhirah, Tazyin, dan Tahsin Al-Qur’an, dengan tujuan agar setiap Ahmadi memahami dan mampu mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain (khayrukum man ta’allam al-Qur’an wa ‘allamahu).

Kecintaan Terhadap Al-Qur'an

Nilai nilai Al-Quran dengan tafsir model Ahmadiyah yang bercorak rasional dan selaras dengan kondisi zaman ke zaman. Inilah yang menjadi pondasi dan inspirasi para pengikut Ahmadiyah mewujudkannya ke dalam berbagai sikap, pandangan dan gerakan sosial keagamaan. Upaya Muslim Ahmadiyah mencintai pembawa ajaran Islam Nabi Besar Muhammad saw adalah dengan cara mewujudkannya nilai nilai yang terkandung dalam Al-Quran mewarnai secara global memberi solusi pada segala permasalahan kehidupan.

Kecintaan pendiri Ahmadiyah, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad dan pengikutnya terhadap Al-Qur’an dikutip dari tulisan Buya Kyai Husein Muhammad yang di sampaikan dalam peluncuran Program tasyakur 100 tahun Muslim Ahmadiyah “ Buya Husein mengatakan “ saya memahami dan merasakan betapa Hazrat Mirza al Masih al Mau'ud ingin sekali meniru, mengikuti, meneladani perilaku, sifat-sifat dan akhlaq agung, mulia, dan yang penuh kasih dari sosok Rasullulah Muhammad saw bukan hanya kepada umat Islam, tetapi juga semua manusia.

"Tingkat Cinta dan Rindu Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as pada Nabi Muhammad saw “bahkan pada tingkat cinta dan rindu seorang pencinta yang ingin menjadi seperti yang dirindui dan dicintainya."

Dalam peluncuran program perayaan tasyakur 100 tahun Muslim Ahmadiyah Indonesia yang dikemas dalam media gathering & silaturahmi tokoh Nasional di Jakarta, Jum’at 21 Maret 2025 , selama tahun 2025 Ahmadiyah Indonesia akan fokus pada dua isu besar yaitu Kajian Al-Qur’an dan Gerakan Kesadaran Lingkungan. Berbagai program turunan dari isu besar ini akan diselenggarakan selama tahun 2025 dengan menggandeng berbagai kelompok masyarakat di Indonesia baik kelompok intelektual, organisasi masyarakat sipil , kelompok agama, pemuda, perempuan dan pemerintah sebagai bagian dari inklusi kontribusi Ahmadiyah untuk negeri.

Puncak acara Seluruh rangkaian program tasyakur 100 tahun Jemaat Muslim Ahmadiyah Indonesia akan dilaksanakan pada bulan Desember tahun 2025.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya