Makna Simbolis Dalam Hidangan Wajib Saat Perayaan Imlek

Hidangan wajib yang harus disediakan masyarakat Tionghoa saat merayakan Imlek karena dari setiap sajiannya memiliki arti dan makna tersendiri

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Feb 2022, 10:00 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2022, 10:00 WIB
Makna Simbolis Dalam Hidangan Wajib Saat Perayaan Imlek
Ragam hidangan saat perayaan tahun baru Imlek yang wajib tersaji oleh masyarakat Tionghoa memiliki arti dan makna tersendiri. Foto (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Imlek menjadi momen penting bagi masyarakat Tionghoa Indonesia untuk berkumpul mengikuti rangkaian perayaan pergantian tahun baru Cina itu.

Mereka berkumpul bersama dalam satu rumah mulai dari malam pergantian tahun. Kemudian bersama-sama menuju ke Klenteng untuk beribadah dan kembali kerumah hingga waktu pergantian tahun tiba.

Ditengah suasana berkumpul, ada hidangan wajib yang harus disediakan masyarakat Tionghoa. Mulai dari makanan, ringan, hingga buah-buah karena dari setiap sajiannya memiliki arti dan makna tersendiri.

Budayawan Tionghoa Jeremy Huang mengatakan, aneka masakan dan makanan yang disajikan sesuai khas daerah tempat mereka tinggal dan khas makanan kesukaan para leluhur mereka. Tapi ada hidangan Imlek yang wajib harus disajikan warga Tionghoa.

Hidangan tersebut seperti Teh, umumnya menggunakan 5 cangkir teh sebagai lambang dari U Fuk (Lima kebahagiaan). Tetapi sebagian kelenteng menggunakan 3 cangkir teh ditambah dengan 3 cangkir ciu (sejenis arak, minuman khas Tiongkok, kadang diganti dengan arak lokal).

"Tiga cangkir teh dan tiga cangkir ciu sebagai perlambang keseimbangan antara Yin dan Yang artinya segala sesuatu di dunia ini saling berpasangan," ujar Jeremy, Selasa (1/2/2022).

Hidangan wajib lain yakni buah Pisang yang diidentikan dengan lafal bunyi Xiangjiu artinya Langgeng. Dalam persembahyangan, yang lazim digunakan adalah jenis pisang raja atau pisang mas.

Saksikan video pilihan berikut ini

Rebung Hingga Korma Tiongkok

Makna Simbolis Dalam Hidangan Wajib Saat Perayaan Imlek
Doc: Sophie Steiner/That's

Penyajiaan pisang di meja altar biasanya diletakan di sebelah kiri altar.

Pisang dalam bahasa Mandarin adalah xiang jiao (baca: siang ciau). Jenis pisang diupayakan pisang emas/pisang raja dalam satu sisir.

“Kata xiang yang berarti harum melambangkan pengharapan keharuman keluarga, seluruh anggota keluarga membawa kemuliaan dan tidak memalukan perbuatannya dalam masyarakat. Warna kuning yang melambangkan emas sudah jelas artinya, kemakmuran yang diharapkan," kata dia.

Hidangan berikutnya adalah Rebung atau anakan masih muda yang tumbuh dari akar bambu. Penduduk Indonesia maupun Asia umumnya memanfaatkan rebung bambu sebagai bahan makanan.

Rebung bambu termasuk salah satu sayuran yang disukai banyak orang karena teksturnya yang renyah dan rasa manis serta aroma khas yang dimilikinya. Rebung dapat diolah menjadi aneka hidangan, mulai dari tumis rebung, semur, sup, hingga campuran dalam sayur lodeh.

Rebung juga sering kali digunakan sebagai bahan utama isi lumpia. Jeruk dalam bahasa Mandarin bunyinya terdengar seperti kata emas sebagai lambang kekayaan. Sedangkan jeruk tangerine dalam bahasa Mandarin juga bunyinya terdengar seperti kata keberuntungan.

"Jeruk melambangkan kesegaran dan pembersihan. Adalagi hidangan Nasi yang disajikan di mangkuk untuk leluhur laki-laki dengan sumpitnya sekalian, dan di piring untuk leluhur perempuan dengan sendok bebek. Nasi melambangkan kesuburan," ujar dia.

Selain itu, untuk jenis kudapan, ada teliau atau kudapan manis teman minum teh. Misalnya tangkue atau manisan buah beligo, angco atau kurma Tiongkok, lengkeng kering, dan tiga jenis gula batu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya