Legenda Gunung Bromo dan Suku Tengger Hingga Tradisi Kasada

Gunung Bromo memiliki ketinggian 2.329 mdpl dan berada di empat wilayah sekaligus yaitu, Probolinggo, Pasuruan, Malang, Lumajang Jawa Timur

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Jul 2022, 13:00 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2022, 13:00 WIB
Legenda Gunung Bromo dan Suku Tengger Hingga Tradisi Kasada
Pemilik kuda berkeliling di lautan pasir Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, Jumat (10/9/2021). Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB-TNBTS) mulai membuka pintu masuk kawasan wisata Bromo melalui Kabupaten Probolinggo. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Gunung Bromo merupakan salah satu objek wisata alam di Jawa Timur yang banyak dikunjungi wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri.

Gunung ini tergolong gunung yang masih aktif dengan aktifitas letusan 30 tahun sekali sejak abad 20. Informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, dahulu gunung ini konon terbentuk dari letusan Gunung Tengger.

Gunung Tengger adalah gunung dengan ketinggian 4000 mdpl. Gunung tersebut menjadi gunung tertinggi dan terbesar pada waktu itu.

Gunung Tengger kemudian Meletus dan menciptakan kaldera dengan diameter lebih dari 8 kilometer. Meletusnya Gunung Tengger juga memunculkan 4 gunung baru yaitu, Gunung Watangan, Gunung Kursi, Gunung Batok dan Gunung Bromo.

Gunung Bromo memiliki ketinggian 2.329 mdpl dan berada di empat wilayah sekaligus yaitu, Probolinggo, Pasuruan, Malang, Lumajang Jawa Timur. Asal nama Gunung Bromo adalah berasal dari kepercayaan warga umat Hindu di sekitar.

Masyarakat percaya bahwa Gunung Bromo meninggalkan jejak Dewa Brahma, selain itu mereka percaya bahwa Gunung Bromo adalah tempat bersemayam dewa yang melindungi mereka yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Siwa.

Terdapat suku asli dari daerah tersebut, yaitu Suku Tengger. Suku Tengger diambil dari nama Roro Anteng dan Joko Seger yang berhasil menikah setelah Roro Anteng menggagalkan usaha pria lain menikahinya yaitu Kyai Bimo.

Roro Anteng dipercaya sebagai keturunan Kerajaan Majapahit dan titisan Dewa yang memiliki paras cantik. Konon Kyai Bimo yang diberikan syarat untuk membuat lautan sebelum fajar tiba.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Upacara Kasada

Namun usaha itu gagal karena Roro Anteng sengaja membangunkan Ayam Ayam berkokok. Membuat Kyai Bimo percaya bahwa fajar telah tiba, sehingga ia sangat marah dan melemparkan sebuah batu besar yang tengkurap, saat ini dikenal dengan Gunung Batok.

Setelah itu Roro Anteng dan Joko Seger menikah dan hidup Bahagia namun mereka tak kunjung diberikan anak. Mereka kemudian bertapa di gunung dan mendengar bisikan goib bahwa mereka akan diberikan anak namun dengan syarat anak terakhir harus dikorbankan ke kawah Gunung.

Mereka menyanggupi syarat tersebut. Setelah bertahun Tahun Joko Seger mendapatkan mimpi untuk menepati janjinya, ia memiliki 25 anak dan anak terakhirnya yang Bernama Jaka Kesuma.

Sosok Jaka Kesuma memiliki paras tampan, pintar dan cerdik. Setelah bermimpi untuk mengorbankan diri oleh sang ayah agar tidak terkena sial. Dengan bijaksana Jaka Kesuma menyanggupi demi keluarga dan masyarakat.

Beramai ramai Jaka Kesuma diantar ke kawah Gunung Bromo lalu ia menceburkan diri. Namun sebelum menceburkan diri ia sempat berucap untuk minta diberikan hasil panen terbaik setiap tanggal 14 Bulan Kasada.

Sejak saat itu tiap tanggal 14 Kasada warga Gunung Bromo memperingati Upacara Kasada.

Penulis: Aisyah Salma Izzatunnisa

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya