Mendengar Kisah Berdirinya Sekolah Fesyen Susan Budihardjo

Ini kisah dibalik berdirinya Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo.

oleh Bio In God Bless diperbarui 30 Okt 2014, 16:35 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2014, 16:35 WIB
Susan Budihardjo
Foto: Panji Diksana / Liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta Berdiri sejak tahun 1980, Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budiharjo telah mencetak nama-nama besar insan fesyen Indonesia, sebut saja Sebastian Gunawan, Chenny Han, Sofie, Denny Wirawan, dan lain sebagainya. Tak berlebihan rasanya bila sekolah tersebut dikatakan sebagai salah satu sepuh sekolah fesyen di Indonesia.

Meski jelas tak bisa dipungkiri bahwa sekolah ini punya andil dalam membangun dunia fesyen Indonesia, siapa sangka bahwa sang pendiri sekolah bahkan tak punya impian menjadi desainer sejak kecil. Alasan di balik pendirian sekolah pun sederhana.

Bagaimana Susan Budihardjo kemudian memutuskan untuk membuat sekolah tersebut? Dan apa alasan di balik pendirian sekolah? Desainer seperti apa yang ingin dilahirkan oleh LPTB Susan Budihardjo? Berikut ini adalah hasil wawancara Liputan6.com pada Selasa (14/10/2014) dengan Susan Budihardjo di LPTB Susan Budihardjo yang berlokasi di Jl. Cikini Raya No.58 FF/GG, Jakarta.

 

Bagaimana ceritanya Anda bisa masuk dunia fesyen?

Dunia fesyen sesungguhnya bukan impian saya sejak kecil. Saya dulu bercita-cita menjadi seorang arsitek. Pada waktu dulu jenis pekerjaan yang dipandang adalah pekerjaan di bidang kedokteran, arsitektur, dan sejenisnya. Dunia fesyen saat itu belum `ada` di Indonesia.

Setelah menjalani setahun kuliah di bidang arsitektur, saya merasa bahwa bidang itu bukan dunia saya. Dunia musik yang kemudian saya jalani akhirnya dihentikan di tengah jalan. Saat remaja, saya menghadiri banyak acara dan saya selalu ingin berpenampilan beda dalam menghadiri acara-acara itu. Keinginan itu mendorong saya untuk mendesain baju-baju sendiri. Teman-teman saya yang melihat baju-baju itu ternyata meminta saya untuk membuatkan mereka baju seperti itu.

Ini membuat saya percaya diri untuk masuk sekolah fesyen di Indonesia. Saat itu sekolah fesyen yang ada di Indonesia hanya ASRIDE yang kini bernama ISWI. Di sana saya belajar selama 1 tahun, yakni pada tahun 1972. Merasa belum cukup, saya kemudian melanjutkan sekolah di kota Berlin, Jerman, dan setelah itu di London, Inggris.

Kenapa akhirnya memutuskan untuk mendirikan sekolah fesyen?

Saat bersekolah di luar negri, saya memutuskan bahwa saya harus kembali ke Indonesia untuk jadi desainer fesyen dan membuka sekolah fesyen. Terus terang keinginan membuat sekolah fesyen hanya dilatarbelakangi oleh kesulitan yang saya hadapi saat dulu mencari sekolah fesyen di Indonesia. Tak ada pemikiran saat itu untuk membuat sekolah fesyen dengan tujuan membangun dunia fesyen Indonesia.

Desainer seperti apa yang ingin dilahirkan oleh LPTB Susan Budihardjo?

Saya ingin siswa-siswi sekolah ini menjadi diri mereka sendiri saat menjadi desainer. Seorang desainer perlu memiliki karakternya sendiri.

Menurut Anda, seperti apakah desainer yang berkualitas itu?

Desainer berkualitas adalah desainer yang memiliki konsep kreatif dan dapat mewujudkannya. Jika seorang desainer kreatif dalam membuat konsep namun tak bisa mewujudkannya, atau sebaliknya hanya mahir mewujudkan konsep tapi konsep itu tidak kreatif bahkan merupakan hasil jiplakan, maka ia belum dapat dikatakan sebagai desainer berkualitas.

Menurut Anda bagaimana kondisi desainer fesyen Indonesia?

Dunia fesyen Indonesia masih sangat muda. Kita memang masih butuh waktu untuk membuat desainer-desainer Indonesia dipandang sejajar dengan desainer-desainer yang ada di Paris, Milan, London, dan New York. Tapi dari segi kreatifitas, desainer-desainer Indonesia itu bagus. Salah satu kendala yang kini dihadapi desainer-desainer fesyen Indonesia adalah perihal tekstil. Kendala tekstil ini merupakan salah satu hal yang menghambat perkembangan seorang desainer.

Sekarang banyak desainer muda yang desain rancangannya minimalis dan clean cut. Di mana couturier Indonesia?

Di Indonesia saat ini ada couturier namun tidak terekspos. Memang dunia ready to wear dengan cutting yang clean saat ini lebih mendominasi. Hal ini dikarenakan kebutuhan orang-orang zaman sekarang yang menginginkan kepraktisan, terutama mereka yang tinggal di kota metropolitan.

Hal apa yang harus diperhatikan saat seseorang ingin menjadi desainer?

Pertama bahwa seorang desainer harus punya karakter. Ia juga harus update tentang kondisi fesyen di sekitarnya. Seorang desainer harus bisa menggabungkan dua hal itu, menghasilkan karya-karya yang mencerminkan karakter desainnya sendiri dan bisa diterima masyarakat.

 

(Fotografer: Panji Diksana - Liputan6.com)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya