Mengintip Keunikan Desa Adat Ciptagelar dari Langit

Salah satu daya tarik desa adat Ciptagelar adalah upacara tahunan panen padi yang disebut Seren Tahun.

oleh Irna Gustiawati diperbarui 19 Jun 2015, 08:01 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2015, 08:01 WIB
Ciptagelar
Desa Adat Ciptagelar

Liputan6.com, Jakarta Inilah Kasepuhan Ciptagelar. Berjarak 28 kilometer dari Pelabuhan Ratu Sukabumi. Salah satu desa adat yang disinggahi ribuan pengunjung setiap tahun.
Salah satu daya tariknya adalah upacara tahunan panen padi yang disebut Seren Tahun.

Desa adat ini mampu menghidupi 29.000 warganya dari hasil padi meski hanya panen setahun sekali.

Sama seperti masyarakat Baduy, menjual beras diyakini sebagai dosa besar, karena sama dengan menjual kehidupan. Tapi para pendatang tak akan kelaparan. Sebab Kasepuhan justru menyediakan nasi secara cuma-cuma.

Dalam satu tahun, setidaknya ada 30 kali upacara adat seperti Haraka Huma dan Tutup Nyambut. Haruka Huma adalah sedekah bumi untuk hasil panen non padi. Sementara Tutup Nyambut adalah penanda berakhirnya musim tanam padi di sawah atau ladang.

Kasepuhan dipimpin oleh seorang Abah yang kini berusia 29 tahun. Meski masih muda, Abah berhasil membawa Ciptagelar mencapai swasembada pangan dengan stok beras selama 3 tahun di 8.000 lumbung.

Simak video drone Ciptagelar dalam program Liputan6.com di Langit Indonesia, Jumat (19/6/2015): (Igw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya