Liputan6.com, Jakarta Sulit tidur merupakan salah satu masalah yang sebagian besar orang alami ketika menginap di tempat baru. Mungkin Anda pernah menanyakan tentang bagaimana tidur mereka, sebagian besar menjawab nyenyak, tetapi hal tersebut bisa saja bohong.
Kesulitan tidur di lingkungan yang sangat umum terjadi bahkan tak disangkal oleh para ahli saraf dengan menamakannya “first-night effect” (FNE). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa FNE pada dasarnya sama seperti tidur dengan satu mata terbuka, di mana hanya setengah otak saja yang beristirahat.
Baca Juga
Seperti dilansir dari Qz.com pada Senin (30/5/2016), menurut studi dari Current Biology, para peneliti bereksperimen dengan meminta relawan untuk tidur di sebuah lingkungan yang baru dan mengukur aktivitas gelombang otak mereka. Dalam percobaan tersebut, para peneliti menemukan bahwa subyek yang tidur hanya di otak sebelah kanan, sedangkan bagian kiri masih tetap beraktivitas.
Advertisement
Para peneliti mendapati bahwa otak bagian kiri cenderung lebih waspada ketika berada di lingkungan baru. Sedangkan pada malam kedua, kedua bagian otak tersebut seimbang sehingga tidur Anda lebih nyenyak.
Ternyata hal ini tak hanya terjadi pada manusia, tetapi juga hewan lain, seperti burung, lumba-lumba, dan singa laut yang tetap waspada walaupun sedang tidur. Selain eksperimen tersebut, para peneliti juga melakukan percobaan lainnya kepada relawan dengan meminta mereka menekan jari ketika mendengar suara saat sedang tidur di lingkungan baru.
Saat melakukan percobaan tersebut, para relawan terlihat sedang tidur, tetapi ketika peneliti memperdengarkan suara-suara sebanyak dua kali, mereka ternyata masih terjaga. Menurut salah seorang peneliti, Yuka Sasaki mengatakan bahwa manusia memiliki mekanisme perlindungan seperti pada hewan saat berada di lingkungan baru, tetapi belum ada penjelasan mengapa FNE membuat otak sebelah kiri lebih berguna dari sebelah kanan.