Bukan Minat Baca yang Rendah, tapi Ketersediaan Buku yang Kurang

Anak-anak Indonesia Timur punya minat baca yang tinggi, namun ketersediaan buku masih sangat terbatas.

oleh Akbar Muhibar diperbarui 09 Okt 2016, 06:27 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2016, 06:27 WIB
20151011- Perpustakaan Keliling-Jakarta
Anak-anak membaca buku yang disediakan perpustakaan keliling di kawasan Tanah Abang, Jakarta, Minggu (11/10). Keberadaan perpustakaan keliling untuk meningkatkan minat baca pada anak-anak. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta Dalam peluncuran buku Lembar-Lembar Pelangi karya Nila Tanzil di Kinokuniya, Plaza Senayan, Jakarta, beberapa waktu silam, terungkap sebuah fakta yang mengejutkan bahwa anak-anak di Indonesia Timur ternyata punya minat baca yang tinggi.

Hal tersebut setidaknya disampaikan Nila Tanzil dan Windy Ariestanty sebagai relawan buku untuk Taman Bacaan Pelangi, sebuah perpustakaan yang didirikan di desa terpencil Indonesia Timur.

Pernyataan ini juga diamini Shahnaz Haque yang pernah berkunjung ke salah satu perpustakaan Taman Bacaan Pelangi. Dirinya menceritakan betapa antusiasnya anak-anak yang ingin membaca buku

“Waktu saya ke salah satu Taman Bacaan Pelangi membawa buku, mereka langsung mengambil buku yang mau mereka baca, padahal buku itu belum ditata di raknya, mereka langsung mengambil apa yang mereka mau baca,” ungkap Shahnaz Haque.

Saat pertama kali Nila Tanzil berkunjung ke Indonesia Timur, meninggalkan dunia korporasi dan karier cemerlangnya untuk memilih terjun ke dunia sosial, Nila mendapati anak-anak Indonesia Timur hanya memiliki satu cita-cita, yaitu menjadi pemain bola.

Enam tahun kemudian, setelah Nila Tanzil berhasil mendirikan 39 perpustakaan Taman Bacaan Pelangi yang tersebar di 15 pulau di timur Indonesia, dan mengenalkan buku kepada 12 ribu anak, cita-cita mereka kini menjadi beragam. Saat ditanya "apa cita-cita kalian?", anak-anak langsung mengangkat tangan dan beragam jawaban muncul, mulai dari ingin menjadi dokter, pilot, hingga arkeolog. 

Berkat buku, anak-anak mendapat wawasan baru yang memperluas mimpi mereka, sesuai dengan tujuan Nila Tanzil saat mendirikan Taman Bacaan Pelangi. Shahnaz mengatakan, mimpi adalah identitas masing-masing anak, dari mimpi mereka akan mendapatkan kepercayaan diri yang baik. Namun bagaimana mewujudkannya, ini yang masih jarang dilakukan, dan Nila Tanzil menjadi salah satu orangnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya