Begini Keseruan Pesta Rakyat Hari Tanpa Bayang di Khatulistiwa

Masyarakat rela berpanas-panasan demi menyaksikan fenomena alam langka, yaitu kulminasi atau matahari tegak lurus tanpa bayangan.

oleh Aceng Mukaram diperbarui 24 Mar 2017, 18:00 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2017, 18:00 WIB
Hari Tanpa Bayangan di Pontianak
Warga dengan sukarela mengumpulkan ribuan telur untuk didirikan untuk membuktikan daerah mereka menjadi titik kulminasi atau tidak. (Liputan6.com/Raden AMP).

Liputan6.com, Jakarta Masyarakat rela berpanas-panasan demi menyaksikan fenomena alam langka, yaitu kulminasi atau matahari tegak lurus tanpa bayangan di Sungai Putat Kota Pontianak, Kalimantan Barat, kemarin 24 Maret 2017. Sejak 21-23 Maret masyarakat juga telah melakukan kegiatan pesta rakyat untuk menyambut kedatangan fenomena alam langka tersebut. 

Ketua Kreasi Sungai Putat (KSP) Syamhudi mengatakan, warga bersama dengan pemerintah setempat dalam hal ini pihak Kelurahan Siantan Hilir mengisi acara dengan pemaparan Lurah Siantan Hilir soal garis Khatulistiwa di Sungai Putat.

Tak hanya itu, kata Syamhudi warga dengan sukarela mengumpulkan ribuan telur untuk didirikan. Hal itu dilakukan guna mengetahui, apakah benar di Sungai Putat dilintasi garis titik kulminasi.

Tak ingin melewatkan momen bersejarah itu, warga dengan spontanitas melakukan lomba mendirikan telur. “Lomba mendirikan telur terbanyak dan tercepat. Menetapkan garis nol dengan alat sederhana berupa Gps Garmin,” kata Syamhudi.

Syamhudi menuturkan, ribuan telur dibawa oleh warga Sungai Putat atas kesadaran dan kepedulian. Karena, mereka bangga. “Dan warga bahagia dengan ada kegiatan ini. Sementara yang lebih penting adalam pengetahuan baru bagi warga soal garis Khatulistiwa,” ujar Syamhudi menjelaskan.

“Dan ternyata berada di sekitar lokasi kediaman mereka. Kegiatan dimulai pada pukul 11.50-12.30,” kata Syamhudi.

Deman Huri Gustira, salah seorang warga menilai, mendirikan telur yang dilakukan warga Sungai Putat adalah salah satu cara untuk mengetahui keseimbangan gravitasi antara kutub selatan dan utara bumi.

Lebih lanjut Deman Huri Gustira bercerita, pada saat ikut menyaksikan pencarian titik kulminasi di Sungai Putat. "Estimate position error (EPE) atau perkiraan kesalahan letak garis khatulistiwa, baru kali ini 2 meter. Kalau biasanya kawan-kawan seperti GIS Spesialis, errornya mulai dari 3 sampai 6 meter," kata Deman Huri Gustira. 

Video: Raden AMP/ Liputan6.com.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya