Kerja Sudah Lama, tapi Gaji Tak Kunjung Naik? Ini Alasannya

Sudah kerja sekian lama namun gaji tak kunjung naik? Cari tahu alasannya berikut ini.

oleh Nabila Mecadinisa diperbarui 25 Jul 2017, 08:30 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2017, 08:30 WIB
Kerja Sudah Lama, tapi Gaji Tak Kunjung Naik? Mungkin Ini Kesalah
Sudah kerja sekian lama namun gaji tak kunjung naik? Cari tahu alasannya berikut ini.

Liputan6.com, Jakarta Merasa kerja sudah lama tapi gaji tidak bertambah? Bila iya, segera introspeksi diri dan cari tahu apa penyebabnya. Jangan buru-buru menyalahkan perusahaan tempat Anda bekerja, karena bisa jadi itu kesalahan Anda sendiri.

Menurut DuitPintar.com, walaupun Anda karyawan paling rajin sekalipun, gaji Anda tidak akan pernah naik kalau Anda masih melakukan empat hal ini.

1. Tidak ada inisiatif mengerjakan hal lain di luar jobdesc yang rutin

Mengerjakan pekerjaan rutin di divisi Anda hingga tuntas itu bukan prestasi, tapi kewajiban. Sebab, Anda sudah dibayar untuk melakukan pekerjaan itu. Kalau performa kerja Anda seadanya saja, jangan berharap bisa naik gaji.

Inisiatif mengerjakan pekerjaan lain di luar jobdesc rutin bukan berarti menyelesaikan pekerjaan orang lain. Tapi lebih kepada menawarkan diri untuk membantu atau menangani salah satu proyek yang jadi tanggung jawab divisi Anda.

2. Kurang vokal dalam menyumbang ide baru

Jika di setiap meeting Anda hanya diam dan mengikuti saja keputusan rapat, jangan heran kalau manajemen menilai Anda pasif dan kurang berkontribusi untuk perusahaan.

Ketika Anda hanya duduk manis dan diam sembari menunggu perintah, bos pun akan memandang Anda tak lebih dari sekadar “Yes Man”. Buat apa membayar mahal orang yang memang tidak pernah menyumbang ide?

3. Apatis dengan perusahaan

Sikap apatis atau tidak peduli dengan apa yang terjadi di perusahaan jelas harus dihindari. Misalnya hanya datang ke kantor untuk kerja, dan pulang tanpa mau bersosialisasi dengan manajemen dan rekan-rekan kerja.

Bila sikap ini dipelihara, jangan protes kalau Anda sulit mendapat kenaikan gaji. Kinerja yang baik itu tak hanya dinilai dari KPI (key performance index) yang dirancang bos, tapi ada komponen-komponen lain juga. Sebut saja seperti, kerajinan, loyalitas, dan keaktifan.

4. Soft skill kurang mumpuni

Kemampuan akademis dan teknik di dunia kerja, disebut dengan hard skill. Hard skill bisa diukur lewat riwayat pendidikan. Misalnya Anda lulusan desain grafis, sudah pasti bisa gambar, membuat layout, edit foto, dan lain-lain. Itulah yang namanya hard skill.

Lantas apa itu soft skill? Soft skill adalah kebalikan dari hard skill alias non-akademik. Bisa diartikan juga sebagai kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain atau interpersonal. Biasanya soft skill dilatih dalam organisasi.

Soft skill dalam dunia kerja erat kaitannya dengan bagaimana cara Anda berkomunikasi dengan atasan, rekan kerja satu divisi, divisi lain, hingga klien. Selain itu, soft skill juga berkaitan dengan cara pengambilan keputusan.

Secara hard skill mungkin Anda memang “ahlinya”, tapi urusan manajerial yang membutuhkan soft skill belum tentu Anda juga bisa. Bila Anda mengalami hal initak perlu khawatir, karena soft skill masih bisa diasah dengan baik.

Mulailah untuk lebih terstruktur dalam urusan pekerjaan. Buatlah jadwal kerja dan target Anda ke depan. Metode ini cukup baik untuk mengasah skill manajerial, terutama dalam hal waktu.

Mulailah aktif juga dalam berkomunikasi dengan atasan dalam berbagai hal, tapi bukan berarti cari muka. Tentunya lebih kepada berdiskusi secara personal untuk mencari solusi yang terbaik bagi perusahaan atau brand di masa depan.

Nah, apa Anda memiliki satu dari empat hal di atas? Jika iya, yuk diperbaiki agar tahun depan bisa naik gaji.

Saksikan Video Menarik Beriku Ini: 

 

 

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya