Nikmatnya Nyate Sambil Ngopi di Gombengsari Farm Festival

Desa Gombengsari, Kalipuro, Banyuwangi, terkenal sebagai penghasil daging kambing dan kopi unggulan.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 27 Jul 2017, 16:00 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2017, 16:00 WIB
Gombengsari Farm Festival
Desa Gombengsari, Kalipuro, Banyuwangi terkenal sebagai penghasil daging kambing dan kopi unggulan. Foto: Dian Kurniawan/ Liputan6.com.

Liputan6.com, Banyuwangi Banyuwangi kembali menggelar festival yang mengangkat potensi lokalnya. Kali ini, kabupaten di ujung timur Pulau Jawa ini menghadirkan Gombengsari Farm Festival (GFF), sebuah even yang mengeksplorasi potensi alam Desa Gombengsari, Kecamatan Kalipuro, yang kaya daging kambing dan perkebunan kopi.

Suasana Desa Gombengsari begitu meriah saat festival berlangsung, Rabu (26/7/2017). Meski diadakan siang hari dan dihadiri ribuan orang, desa ini tetap terasa sejuknya. Maklum saja, desa ini berada di kaki Gunung Ijen. Di bawah rindangnya hutan mahoni, beragam potensi desa dipamerkan ke khalayak luas yang terbagi dalam berbagai zona. Ada zona kopi, zona kambing, dan zona produk olahan hewan ternak.

“Even ini salah satu upaya Pemda untuk mempromosikan potensi Gombengsari yang memang potensinya beragam. Di sini lengkap, selain menikmati hawanya yang sejuk, juga bisa melihat perkebunan kopi dan pengolahannya hingga peternakan kambing ettawa,” ungkap Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Anas mengatakan, Gombengsari memiliki potensi yang luar biasa, ditambah dengan hawanya yang sejuk, sangat pas untuk dijadikan destinasi wisata unggulan daerah. Desa ini, cocok dikembangkan ekowisata.

“Kami ingin mengembangkan ekowisata, karena konsep ini tidak merusak lingkungan. Desa ini juga potensial dikembangkan sport tourism. Tidak perlu kita ubah, alamnya tetap kita jaga seperti ini," kata Anas.

Dalam festival itu, pengunjung bisa melihat proses pengolahan biji kopi. Mulai pengupasan kopi, pengeringan, penyangraian hingga penggilingan. Seduhan kopi beraroma nikmat juga bisa dinikmati secara gratis oleh pengunjung disini.

Di zona kambing, ratusan kambing mulai jenis etawa, peranakan etawa dan jenis lainnya. Kambing-kambing itu tidak hanya dipamerkan, namun juga dijual. Harganya beragam, ada yang mulai Rp 2,5 juta hingga Rp 30 juta untuk kambing jenis ettawa.

Menariknya, para pengunjung juga bisa menikmati ribuan tusuk sate kambing muda yang dibakar dengan cara unik. Sebanyak 20 kambing disiapkan untuk acara ini. Ratusan sate ditusukkan ke dalam sepotong pelepah pisang, lalu dibakar di atas sebuah pembakaran besar. Para pengunjung pun saling berebut menikmati sajian sate gratis ini.

“Enak, empuk lagi satenya. Ayo, bareng-bareng nikmati satenya,” ajak Bupati Anas kepada pengunjung usai membakar sate ramai-ramai.

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Arief Setiawan menambahkan Kecamatan Kalipuro merupakan sentra peternakan kambing terbesar di Banyuwangi dengan populasi lebih dari 10 ribu ekor, dimana 2000 ekor dihasilkan oleh Desa Gombengsari. Potensi ternak ini muncul, lanjut Arief, tidak lepas dari adanya perkebunan kopi warga yang telah menjadi mata pencaharian turun temurun. Dimana tanaman pelindung kopi digunakan bahan pakan ternak.

“Perkebunan kopi dan peternakan kambing telah menjadi satu ekosistem yang saling menopang di Desa ini,” kata Aief.

Luas lahan perkebunan kopi rakyat di Gombengsari mencapai 850 hektar. “Setiap kelompok tani tersebut telah memproduksi bubuk kopi kemasan dengan merek yang berbeda. Ada yang mereknya Kopi Lego, Kopi Seblang, Kopi Gandrung, Kopi Lerek, dan Kopi Mas” ujar Arief.

Data dari Dinas pertanian menunjukkan produksi kopi perkebunan rakyat Banyuwangi pada 2016 mencapai 9.794 ton dengan luas lahan 9.649 hektare.

Desa Gombengsari juga memproduksi susu kambing etawa yang dipasarkan di luar Banyuwangi. Setiap bulannya desa bisa memproduksi 4000 liter susu kambing.

 

Simak juga video menarik berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya