Liputan6.com, Jakarta Dalam kesempatan bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara beberapa waktu lalu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terlihat mengenakan batik bermotif Parang Barong, sementara Presiden Jokowi sendiri mengenakan batik bermotif Gunungan. Warganet yang melihat pertemuan tersebut heboh, terus membandingkan motif batik mana yang lebih tinggi maknanya.
Neneng Iskandar, salah seorang pencinta kain Nusantara dari Himpunan Wastra Prema saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (27/10/2017) mengatakan, batik motif Parang yang dikenakan Anies Baswedan sebenarnya ada tiga jenis menurut ukuran, yaitu Parang Klitik, Parang Gendreh, dan Parang Barong. Motif Parang Barong untuk ukuran yang paling besar, dan dahulu hanya dipakai para raja. Sementara dari jenisnya, motif Parang Barong juga ada beberapa.
Baca Juga
“Yang dipakai Pak Anies itu Parang Rusa Barong, itu gambarnya menyerupai senjara. Punya konotasi merusak, tapi sebenarnya melindungi. Ibu-ibu zaman dulu juga sering pakai batik motif ini untuk menggendong bayi. Dipercaya bisa menjadi pelindung bagi bayi digendongan dari anasir-anasir jahat yang tidak terlihat,” ungkap Neneng.
Advertisement
Lebih jauh dirinya menjelaskan, batik Parang Barong merupakan batik tulis yang hanya bisa dibuat oleh mereka yang sudah pandai membatik. Mengingat motifnya yang rumit, tidak sembarang orang bisa membuat batik jenis ini.
“Tapi kalau orang yang sudah mahir, hanya dibantu garis saja tanpa membuat pola, mereka sudah bisa membuat motif batik ini,” kata Neneng.
Menurut Neneng, baju batik motif Gunungan yang dikenakan Presiden Jokowi juga memiliki filosofi kehidupan yang sangat mendalam. Motif Gunungan yang memiliki beberapa ragam hias, menurut Neneng, punya makna yang menggambarkan alam semesta. Motif batik ini juga sering digunakan para pemain wayang untuk menggambarkan alam semesta.
“Gunungan itu isi jagat raya, semua ciptaan Tuhan ada di situ. Itu pusat dari segala kehidupan. Motif ini menyimbolkan makna keseimbangan alam. Ada corak pohon kehidupan di dalamnya, yang filosofinya pohon bisa menjadi tempat berteduh yang akarnaya kuat tidak mudah goyah. Kalau ada gunungan berarti ada kehidupan,” ungkap Neneng.
Neneng Iskandar sendiri mengatakan, seiring berjalannya waktu, tidak ada lagi istilah motif batik yang lebih tinggi dibandingkan dengan motif batik lainnya, karena motif batik punya arti dan maknanya sendiri-sendiri.