Menpar Paparkan Pertumbuhan Pariwisata Indonesia ke CNN

Menteri Pariwisata Arief Yahya saat diwawancarai CNN di World Travel Market, London.

oleh Chrisensia Oliver Sitio diperbarui 07 Nov 2018, 16:02 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2018, 16:02 WIB
Menpar Paparkan Pertumbuhan Pariwisata Indonesia ke CNN
Menteri Pariwisata Arief Yahya saat diwawancarai CNN di World Travel Market, London.

Liputan6.com, Jakarta Kehadiran Wonderful Indonesia di World Travel Market (WTM) London mampu menarik perhatian dunia internasional. Buktinya, CNN melakukan wawancara dengan Menteri Pariwisata Arief Yahya. Dalam wawancara itu, Menpar memaparkan pertumbuhan pariwisata Indonesia.

Menteri asal Banyuwangi itu mengatakan, brand Wonderful Indonesia milik Kementerian Pariwisata makin kuat. Semakin mengakar. Buktinya, World Travel and Tourism Council (WTTC) menempatkan pertumbuhan pariwisata Indonesia di peringkat 9.

“Peringkat dari WTTC turut mendongkrak National Brand Indonesia di level dunia. Brand equity Indonesia hampir USD 1 Triliun. Selain itu, pariwisata tampil sebagai penyumbang utama devisa, selain trade and investment,” tutur Arief Yahya, Senin (5/11).

Namun, penghargaan dari WTTC bukan satu-satunya indikasi meningkatnya pariwisata Indonesia. Indikasi lainnya, adalah keberhasilan Wonderful Indonesia menempati peringkat 42 dunia versi WEF (World Economic Forum), di Travel and Tourism Competitiveness Index.

Tidak hanya itu, Indonesia masuk dalam daftar the fastest growing tourism industry. The Telegraph UK menempatkan pariwisata Indonesia di peringkat 20 besar.

“Tapi ada juga yang membuat bangga. Tahun 2016 Wonderful Indonesia mendapatkan 46 international awards, dari 22 negara. Tahun 2017, jumlah penghargaan bertambah menjadi 27 awards dari 13 negara. Sedangkan Tahun 2018, 30 awards dari 8 negara,” papar Arief Yahya.

Semakin tingginya reputasi Wonderful Indonesia, berdampak sangat signifikan terhadap kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Datanya pun tidak terbantahkan. Tahun 2014, Indonesia dikunjungi 9.3 juta wisman.

Jumlah ini meningkat tahun 2015, dengan 10,4 juta. Sementara tahun 2016, tercatat 12 juta wisatawan berkunjung ke Indonesia. Jumlah ini kembali meningkat tahun 2017 dengan 14 juta. Diperkirakan 2018 julah itu akan menjadi 16.5 juta.

Menpar juga memaparkan rahasia bagaimana pariwisata Indonesia bisa berkembang dengan cepat.

“Kuncinya, Digital Marketing dengan platform yang sudah Look, Book, Pay. Lalu menggunakan teknologi CDM, diperkuat dengan Digital Media, Google, Baidu, Trip Advisor, Ctrip, dan lainnya,” papar Arief Yahya.

Tapi tentu itu bukan satu-satunya strategi pemasaran yang ditempuh. Kemepar juga meluncurkan Hot Deals, More For Less. Program ini sukses di Kepri (Batam-Bintan), dan sedang diterapkan di Jakarta dan Bali.

“Yang juga tidak kalah penting adalah Deregulasi, kebijakan kemudahan untuk masuk ke Indonesia. Dengan visa free untuk 169 negara, ditambah pencabutan CAIT untuk Yachts, dan Cabotage untuk Criuse, wisman semakin banyak datang. Karena, kapal pesiar bisa embarkasi dan disembarkasi di pelabuhan utama di Indonesia,” ungkap Arief yahya.

Apa yang sudah diraih pariwisata Indonesia, tidak membuat Kementerian Pariwisata puas. Sejumlah langkah sudah disiapkan. Termasuk pengembangan destinasi sebagai produk wisata.

“Kita meluncurkan 10 Bali Baru, 10 Destinasi Prioritas, dan menempatkan 4 super prioritas. Yang kita pilih menjadi destinasi super prioritas adalah Danau Toba, Borobudur, Mandalika, dan Labuan Bajo,” kata Arief Yahya.

Untuk mendukung destinasi-destinasi prioritas itu, Kementerian Pariwisata juga fokus pada pengembangan akses. Hal ini dibuktikan dengan makin banyak bandara yang naik kelas menjadi bandara internasional, seperti Silangit Danau Toba, dan Belitung. Kemenpar juga menginisiasi dan membangun LCT (Low Cost Terminal) di Soekarno Hatta.

“Yang terbaru, kita menyasar Millenials Market, dengan destinasi Nomadic Tourism. Indonesia sedang dibangun menjadi surganya Nomadic Tourism, yang menjadi impian anak-anak millenials. Produk Amenitasnya: Glamcamp, Caravan, Homepod. Produk aksesnya, Helicity, Life a board,” papar Arief Yahya.

Arief Yahya menilai hal yang sangat penting adalah kebijakan Presiden Jokowi menempatkan pariwisata sebagai sektor prioritas. Kebijakan yang dilakukan selama 4 tahun terakhir.

“Dukungan Presiden Jokowi sangat nyata. Buktinya, beliau berkali-kali datang ke destinasi-destinasi dan event pariwisata. Hal ini menjadi dukungan nyata yang direspons positif wisatawan,” paparnya.

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya