Potensial Jadi Nomor 1, Devisa dari Pariwisata Lampaui Perolehan dari CPO

Meski target kunjungan wisman tahun ini tak tercapai, perolehan devisa dari sektor pariwisata berpeluang menjadi nomor 1.

oleh Henry Hens diperbarui 21 Des 2018, 17:00 WIB
Diterbitkan 21 Des 2018, 17:00 WIB
Kementerian Pariwisata
Menteri Pariwisata Arief Yahya. (dok.Instagram @kemenpar/https://www.instagram.com/p/BrkdKWFjjVM/Henry

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menggelar acara Jumpa Pers Akhir Tahun (JPAT) 2018 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, Jakarta Pusat, Kamis, 20 Desember 2018.

Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam kesempatan itu mengungkapkan kunjungan wisman (wisatawan mancanegara) pada periode Januari sampai Oktober 2018 mencapai 13.240.827 jiwa atau tumbuh 11,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Di sisi lain, target kunjungan wisman tahun ini dipastikan tak akan tercapai.

"Memang target 17 juta wisman di tahun ini meleset karena kemungkinan besar hanya akan mencapai angka 16 juta. Meski target wisman tak tercapai, tapi untuk target devisa terhitung cukup tinggi, yaitu mencapai sekitar 17,6 miliar dolar AS," tutur Menpar Arief Yahya.

Angka perolehan devisa sebesar 17,6 miliar dolar AS tahun ini akan menempatkan sektor pariwisata di posisi teratas sebagai penghasil devisa atau mungkin bisa mengungguli CPO (Crude Palm Oil) yang saat ini menempati urutan pertama dengan nilai ekspor mencapai 17 miliar dolar AS.

"Di sini kita boleh bangga karena dengan proyeksi perolehan devisa tahun ini akan menempatkan sektor pariwisata berada di posisi teratas penghasil devisa. Posisinya bisa sejajar CPO (Crude Palm Oil) yang saat ini berada di posisi teratas," tutur Menpar.

Ia bahkan optimistis perolehan devisa dari sektor pariwisata bisa menempati posisi nomor 1 karena proyeksi nilai ekspor CPO di tahun ini mencapai 17 miliar dolar AS.  "Ini sesuai dengan program Presiden Jokowi yang telah menetapkan Pariwisata sebagai core ekonomi bangsa," ucapnya.

66 Penghargaan Sepanjang 2018

Arief Yahya
Menpar Arief Yahya jadi keynote speaker di Google for Indonesia. (foto: dok. Kemenpar)

Selain itu, pariwisata Indonesia pun semakin diakui dunia. Pada tahun ini, World Travel & Tourism Council (WTTC) menempatkan Indonesia di posisi ke-9 negara dengan pertumbuhan wisman tercepat di dunia nomor 3 di Asia dan nomor 1 di Asia Tenggara.

Kunjungan wisman ke Indonesia tumbuh 22 persen.Angka tersebut berarti tiga kali lipat dibanding rata-rata pertumbuhan regional Asia Tenggara (7 persen). Bukan itu saja, indeks daya saing Pariwisata Indonesia pun ikut menanjak. Dari peringkat 70 dunia di tahun 2013, meroket ke posisi 42 besar di 2017.

"Tahun 2018 kita memperoleh 66 penghargaan dari lembaga-lembaga yang kredibel. Kemenpar pun terpilih sebagai The Best Ministry Of Tourism atau Best National Tourism Organization (NTO) se-Asia Pasifik di ajang TTG Travel Awards. Kementerian pariwisata terbaik se-Asia Pasifik," ujar Arief Yahya.

Pertumbuhan pariwisata Indonesia yang menanjak juga sejalan dengan pertumbuhan investasi di sektor pariwisata. Menurut Menpar, Pariwisata makin terlihat seksi di mata investor. Sampai kuartal I 2018, nilai realisasi investasi pariwisata sudah mencapai 21,67 persen atau 433,5 juta dolar AS.

Padahal, target tahun ini hanya sebesar 200 juta dolar AS. Semua pencapaian itu membuat Kementerian Pariwisata optimistis bisa mencapai target 20 juta wisman di tahun depan.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya