Perjalanan Membelah Hutan demi Sampai di Titik Nol Kilometer Sota Papua

Hutan Taman Nasional Wasur (TNW) wajib dilalui demi sampai di titik nol kilometer Sota, Papua, yang menjadi titik paling timur Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Jan 2019, 17:00 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2019, 17:00 WIB
Titik Nol Kilometer Sota
Titik nol kilometer Sota merupakan titik paling timur di Indonesia. (dok. Instagram @yoaneskristianus/https://www.instagram.com/p/BZzJW4qArXP/Dinny Mutiah)

Sota - Bila titik nol kilometer Sabang mewakili ujung paling barat Indonesia, Distrik Sota yang berada di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua, adalah yang menjadi lokasi nol kilometer (km) di sisi paling timur Indonesia.

Dilansir Antara, berjarak tempuh 80 km atau sekitar 1,5 jam perjalanan darat dari Kota Merauke, hampir separuh perjalanan dari Kota Merauke menuju ke sana akan menembus Taman Nasional Wasur (TNW).

Taman nasional seluas 4.138 kilometer persegi yang merupakan lahan basah terluas di Papua ini menjadi rumah dari berbagai jenis flora, mulai dari api-api (Avicennia sp.), tancang (Bruguiera sp.), ketapang (Terminalia sp.) hingga kayu putih (Melaleuca sp.).

Untuk fauna yang bisa ditemui mulai dari kanguru pohon (Dendrolagus spadix), kasturi raja (Psittrichus fulgidus), kasuari gelambir (Casuarius casuarius sclateri), dara mahkota/mambruk (Goura cristata), cenderawasih kuning besar (Paradisea apoda novaeguineae), cenderawasih raja (Cicinnurus regius rex), cenderawasih merah (Paradisea rubra), buaya air tawar (Crocodylus novaeguineae), hingga buaya air asin (C. porosus).

Jika kebetulan melintas saat musim hujan seperti saat ini, mungkin akan tampak hijau. Namun saat kemarau, yang terlihat dari jalan Trans-Papua yang membelah hutan konservasi ini memang pepohonan dan semak belukar sedikit lebih coklat.

Menurut Pujiyo, sopir yang mengantar sejumlah wartawan ke titik nol km Sota, terkadang ada yang sengaja membakar dengan harapan segera kembali terlihat hijau, sehingga satwa akan berdatangan.

Larangan untuk membakar sebenarnya cukup banyak dipasang di sepanjang jalan Trans-Papua tersebut. Dengan tegas tulisan di papan-papan peringatan mengingatkan warga untuk meninggalkan budaya membakar hutan, tapi tampaknya belum juga berhasil.

Pada satu kesempatan, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Wiratno mengeluhkan perburuan rusa di wilayah taman nasional ini.

Ini menjadi pekerjaan rumah untuk menyosialisasikan agar warga tidak lagi berburu. Lebih sulit lagi kala penganan dari daging rusa juga menjadi salah satu oleh-oleh khas Merauke.

Dalam perjalanan menuju Titik Nol KM Sota juga akan terlihat warga yang sengaja tinggal di hutan untuk membuat minyak kayu putih. Biasanya mereka akan berada di sana berhari-hari untuk menyuling.

Jalan Trans-Papua yang menghubungkan Merauke ke Boven Digoel terus dikebut pengerjaannya. Menurut Pujiyo, setiap kali ada pejabat setingkat menteri dari Jakarta dikabarkan akan berkunjung, jalanan semakin cepat dipermulus, apalagi ketika kabar Presiden akan berkunjung maka pengerjaannya semakin lebih cepat.

"Ini yang jadi sisi positif jika pejabat dari pusat pemerintahan datang ke Papua," kata Pujiyo sambil tertawa.

Sarang Semut Raksasa

Musamus, Sarang Semut Raksasa di Sota
Salah seorang pengunjung berfoto bersama sarang semut raksasa yang berada di kawasan dekat titik nol kilometer Sota. (dok. Instagram @yoaneskristianus/https://www.instagram.com/p/BZzLMB-gaJ5/Dinny Mutiah)

Sebuah tugu kecil dengan patung Garuda Pancasila di puncaknya dan peta Indonesia persis di bawahnya terlihat di sebuah pertigaan jalan, menandai bahwa perjalanan semakin dekat dengan Titik Nol KM Sota.

Tidak lama setelah berbelok ke arah timur, mulai tampak jalan-jalan lebih kecil lainnya di sisi kanan dan kiri jalan mulus beraspal. Ada sedikit perbedaan memang jika diperhatikan dengan lebih seksama dari kedua sisi tersebut.

Pemandangan di sisi kiri terlihat lebih alami, tampak belum terlalu banyak intervensi. Namun jika melihat di sisi kanan, lebih banyak lahan yang telah tergarap menjadi ladang.

Distrik Sota dihuni oleh penduduk asli Papua dan pendatang. Kebanyakan aktivitas penduduk asli memang berburu, sedangkan mereka yang merupakan warga pendatang lebih banyak bertani dan berdagang.

Setibanya di perbatasan, tidak lupa rombongan melapor ke Pos Lintas Batas Negara (PLBN) yang tentu saja dijaga pasukan TNI. Pada saat bersamaan, seorang warga yang tampaknya habis berburu di wilayah PGN mengendarai motor bebek dengan hasil buruan di belakangnya juga melapor untuk masuk ke wilayah Indonesia.

Masih berada di wilayah NKRI, berjalan sekitar 10 hingga 20 meter menuju Desa Wariaber di Papua Nugini (PGN), terlihat gapura dengan tulisan "goodbye and see you again another day".

Baru setelah itu terpampang dengan sangat jelas huruf-huruf berukuran besar berwarna merah-putih dan kuning yang merangkai kata-kata 0 KM Merauke-Sabang di sebelah kiri. Inilah lokasi favorit bagi wisatawan yang berkunjung karena sangat Instagramable.

Sedangkan di sisi kanan, sebuah pos kecil lainnya berdindingkan bambu dan beratapkan kulit pohon berdiri tegak lengkap dengan bendera Merah Putih yang berkibar. Pada sebuah kayu kecil yang tergantung di pos kecil tersebut tertulis Proper: Gaudia Petronela S Sos Tahun 2017 Badan Pengelola Perbatasan Negara.

Patok perbatasan hasil survei Indonesia dan Papua Nugini Tahun 1983 yang menjadi batas dua negara masih berjarak puluhan meter setelah gapura. Tidak begitu banyak hal yang terlihat setelah melewati patok tersebut, sebuah kotak kayu bergambar bendera Papua Nugini diletakkan di atas sebuah kursi kayu.

Setelah itu, dua sarang semut berukuran sangat besar dengan tinggi mencapai dua hingga tiga meter menjadi objek yang menarik untuk dieksplorasi di wilayah Papua Nugini. Jika ingin melihat desa terdekat, masih harus berjalan puluhan meter lagi dari patok bercat putih tadi.

Selalu ada yang berkunjung ke Titik Nol KM Sota ini dan, menurut Kepala Polisi Sektor (Kapolsek) Sota Ma'ruf Suroto, biasanya akhir pekan menjadi saat teramai warga dari distrik lain berkunjung. Tamu dari berbagai provinsi Indonesia juga selalu ada yang berkunjung, bahkan beberapa dari mereka mengincar untuk mendapat sertifikat sebagai bukti telah menginjakkan kaki di titik nol KM Indonesia.

Sota, menurut dia, juga menjadi daerah yang sering dikunjungi oleh warga Papua Nugini, khususnya warga Desa Wariaber. Ini karena mereka sering melakukan jual-beli. Ada pula beberapa warga mereka yang bersekolah di distrik tersebut. Bahkan, 56 anak dari Papua Nugini yang kerap melintas batas di Sota telah ikut mendapat imunisasi polio.

Presiden Joko Widodo di akhir 2018 menyambangi titik nol km Sota ini. Seperti yang sebelumnya dikatakan Pujiyo, jika ada pejabat dari pusat pemerintahan hadir, pembangunan di sana akan dipercepat.

Jika tidak ada perubahan, pada Januari 2019 ini PLBN di Distrik Sota akan segera mengikuti nasib tujuh PLBN lainnya yang berubah megah seperti di Kalimantan Barat ada PLBN Entikong, Badau dan Aruk, di Nusa Tenggara Timur Harapannya pembangunan tersebut mampu berdampak pada kesejahteraan masyarakat yang ada di garis terdepan Indonesia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya