Perjalanan Dynand Fariz Besarkan Jember Fashion Carnaval, dari Pesta Kampung hingga Berkelas Dunia

Mimpi Dynand Fariz menjadi Jember sebagai kota karnaval dunia menunjukkan hasil. JFC kini menempati posisi ketiga sebagai karnaval terbaik di dunia.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 17 Apr 2019, 13:06 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2019, 13:06 WIB
Jember Fashion Carnival (JFC) 2018 t
Dengan tema Wonderful Archipelago Carnival Indonesia (WACI), JFC 2018 menjadi sajian mempesona.

 

Liputan6.com, Jakarta - Siapa yang menyangka Jember Fashion Carnaval (JFC) akan menjadi sebesar sekarang, menduduki posisi pertama di Asia dan ketiga di dunia sebagai karnaval terbaik. Padahal, JFC bermula hanya dari pesta kampung yang digelar Dynand Fariz.

Kisah JFC tak bisa dilepaskan dari sosok Dynand Fariz yang membuka rumah mode di kota kelahirannya pada 1998. Dilansir dari laman jemberfashioncarnaval.com, lelaki kelahiran 23 Mei 1963 itu kemudian merintis Pekan Mode Dynand Fariz pada 2001.

Saat itu, para karyawannya diminta untuk berpakaian mengikuti tren dunia selama sepekan. Ide tersebut kemudian berkembang menjadi acara keliling kampung hingga memutari alun-alun Jember pada 2002. Saat itulah, Dynand terpikir mencetuskan JFC.

Ide tersebut akhirnya terlaksana pada 1 Januari 2003. JFC pertama diselenggarakan bersamaan dengan HUT Kota Jember dengan mengangkat tema CowBoy, Punk, dan Gypsy.

Masih pada tahun yang sama, tepatnya 30 Agustus 2003, JFC 2 digelar bersamaan dengan Tanggung Jember Tradisional, tradisi gerak jalan tahunan yang digelar pemerintah daerah untuk merayakan Hari Kemerdekaan. Saat itu, karnaval mengangkat tema Asia, khususnya dari Arab, Maroko, India, China dan Jepang.

Setahun berikutnya, tepat pada 8 Agustus 2004, JFC 3 digelar dengan mengangkat tema busana Mali, Athena, Brazil, Indian, Futuristic dan Vintage. Berbeda dari tahun sebelumnya, acara tersebut kini dikelola Jember Fashion Carnval Center, sebuah lembaga nirlaba yang dibentuk untuk mencetak individu kreatif.

 

 

 

 

* Ikuti Hitung Cepat atau Quick Count Hasil Pilpres 2019 dan Pemilu 2019 di sini

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kota Karnaval

Kostum JFC 2019 Karen
Karen, salah satu inspirasi kostum Jember Fashion Carnaval 2019. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Seiring tahun, JFC semakin besar. Tepat pada 5 Agustus 2007, yakni pada JFC 6, Dynand mencanangkan Jember sebagai The World Fashion Carnival City, seiring semakin banyaknya penonton acara tahunan tersebut.

JFC tidak saja diharapkan menjadi milik Jember, tetapi juga milik Indonesia, bahkan dunia. Tema yang dipilih juga tak lagi isu regional, tetapi sudah mengglobal, yakni Save Our World.

Ada delapan defile saat itu yang berorientasi pada Human, Vegetal, Mineral dan Imagination. Tema tersebut dibagi dalam delapan defile, Kedelapannya adalah Archipelago Borneo, Prison, Predator, Undercover, Amazon, Chinesse Opera, Anime, dan Recycle.

Tahun berikutnya, Jember Fashion Carnaval mengangkat tema World Evolution. Sejumlah inovasi yang berorientasi International Performing Art pun tercipta dengan peserta yang jauh lebih banyak. Salah satunya menampilkan konsep Fashion and Dancing.

Sejarah baru juga tercipta pada JFC 10. Saat itu, jalanan kota sepanjang 3,6 kilometer disulap menjadi catwalk panjang bagi sekitar 600 peserta. Ribuan fotografer dan penonton berdatangan merekam acara yang menampilkan sembilan defile tersebut.

Rencana Besar 2019

Dynand Fariz
Dynand Fariz saat menjadi bintang tamu di acara Inspirato, SCTV Tower, Jakarta (20/12). (Liputan6.com/Fatkhur Rozaq)

Pada 28 Februari 2019, Dynand Fariz kembali meluncurkan rencana menyelenggarakan JFC pada 31 Juli hingga 4 Agustus 2019. Karnaval yang ke-18 itu mengusung Tribal Grandeur dengan mengangkat delapan sub tema, yakni suku-suku di dunia.

Liputan6.com meliput saat itu melihat mata Dynand bercahaya saat menyampaikan rencana besar tersebut. Tak hanya mengupas soal JFC, ia juga melontarkan rencana untuk membentuk lembaga pendidikan tentang rancang kostum nasional di kota tercintanya.

Namun, Dynand tak bakal sempat menyaksikan idenya terlaksana di Jember. Ia mengembuskan napas terakhir tepat pada hari pencoblosan, Rabu, 17 April 2019.

Setelah tiga hari dirawat di Rumah Sakit Klinik Jember, pria yang rancangannya pernah menyabet Best National Costume dalam Miss Universe 2014 itu menutup mata selama-lamanya, subuh tadi. Jenazahnya rencananya akan dimakamkan di Garahan, Jember, sehabis zuhur.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya